sebuah kisah cinta terlarang antara guru dan murid yang sudah terjamin masa depannya sebagai pasangan suami istri
Hari yang cerah dan sekarang jam istirahat sedang berlangsung tepatnya pukul 12:11 aku duduk di ruang club fisika bersama salah satu guru disana dan juga sama-sama guru fisika, aku duduk di sebelahnya karena aku sedang makan bersamanya di ruang tersebut. Kami saling menatap mata satu sama lain dan dia selalu saja tersenyum dan menyuapiku makanan yang dia makan, setiap makanan yang dia suapkan ke padaku rasanya sungguh enak karena dia membuatnya sendiri dan tidak sepertiku yang masih dibuatkan oleh ibuku. Hubungan kami dimata orang lain hanyalah sebatas guru dan murid dan sangat akrab karena kami selalu bersama saat disekolah, namun itu hanyalah pandangan mereka karena dia adalah calon istriku dimasa depan yang sah.
Ini bermula pada tanggal 15 Januari 2015 tepatnya di hari dimana aku sedang pulang sekolah saat itu, waktu menunjukan jam 16:40 dan karena hujan sorepun terasa hampir gelap. Aku menyusuri setiap jalan pulang dan mencari jalan cepat sampai kerumah, namun tujuan yang seharusnya kerumahku waktu itu aku ubah. Karena aku melihat IBU GURU PUTRI sedang berteduh di bawah ruko yang tutup, aku tidak menyangka bahwa guru yang sangat di sukai semua murid ada di sini dan kenapa dia tidak membawa payung akupun tidak mengerti.
"BU PUTRI SEDANG MENUNGGU SESUATU?"
Aku mencoba bertanya kepadanya agar rasa gelisah di wajahnya hilang, dia berkata bahwa dia sedang menunggu sampai hujan reda. Namun nampaknya hujan ini sangat sulit untuk reda karena awan di atas sangatlah hitam, tatapan dari wajahnya yang menunjukan bahwa dia ingin aku untuk mengantarnya terpancar. Aku tidak bisa berpikir lagi apa yang harus aku lakukan namun saat itu aku memintanya untuk berbagi payung denganku, wajahnya menunjukan keceriaan dan tanpa satu dan dua hal dia langsung berada di sebelahku untuk berjalan pulang.
Rute aku kini kuubah dan harus mengantarnya terlebih dahulu, aku tidak tahu apakah ini benar atai tidak karena guru dan murid memiliki jarak seperti ini. Baunya wangi dan tingginya sama sepertiku itulah bentuk fisiknya dan dia juga memiliki tubuh yang bagus untuk seorang seumur dirinya, dia sangat dekat denganku namun saat aku menjauh sedikit dia malah menggandenga tanganku. Saat kami hampir sampai di rumahnya Bu Putri aku merasa lega karena ini hampir berakhir, hujan masih deras dan petir mulai mengeluarkan suaranya. Dia tiba-tiba saja memelukku dan aku tidak mengerti kenapa, aku menanyai hal kenapa dia memelukku dan dia berkata bahwa dia sangat takut petir. Aku tidak bisa menatap wajahnya yang sangat imut itu namun tubuhnya sangat menempel denganku sangatlah empuk, aku mencoba berdiri dan menenangkannya karena hampir sampai. Setelah dia tenang dan kami tiba di rumahnya, tidak aku sadari bahwa dia memiliki rumah yang besar dan anak dari orang kaya. Aku mengantarnya sampai di depan pintu rumahnya dan berpikir bahwa ini sudah selesai, ya ini sudah selesai itulah pikirku TAPI.
Sebauh mobil hitam sangatlah bagus melintas di depanku saat aku akan keluar gerbang dan Ibu Putri masih melihatku pergi, mobil itu seperti menghentikanku dan kaca mobil itu tiba-tiba saja terbuka dan seseorang berbicara kepadaku. Aku tidak tahu dia siapa tapi dia menyuruhku untuk masuk kerumahnya, ya itu adalah rumah Ibu Putri itu sendiri. Aku tidak mengerti apa yang dia katakan namun tatapannya nenunjukan bahwa aku telah berbuat kesalahan, aku dengan terpaksa mengikuti perintahnya dan masuk juga bertemu kembali dengan Ibu Putri. Ibu Putri mengatakan bahwa itu adalah ibunya yang sepulang dari sekolahan karena dia adalah kepala sekolah di sekolahan yang aku tenpati, aku terkejut akan hal yang aku baru tahu sekarang dan aku tidak bertemu dengannya sampai saat ini aku kelas tiga dan kenapa Ibu Putri bekerja di sekolah itu.
Aku duduk di kursi yang telah dia tunjukan bersama Ibu Putri disebelahku, aku masih tidak mengerti apa yang akan dia lakukan tapi aku ingin sekali untuk pulang karena rasa gugup ada di tubuhku. Ibu kepala sekolah itu bernama IBU LILIANA kepala sekolah di SMA SEMANGAT BANGSA yaitu sma yang sekarang aku tempati, tapi apa yang membuat aku sampai duduk di sebelah Ibu Putri dan Ibu Liliana dengan tatapannya ada di depanku. Ibu Liliana menatapku dengan tatapan tajamnya namun aku tidak bisa mengelak hal itu , lalu setelah lama dia menatapku dia meminta Ibu Putri untuk berbicara dengannya sebentar tanpa sepengetahuanku.
Setelah lama aku menunggu mereka, merekapun tiba dan duduk kembali di posisi yang lama dan saat itulah kejadian mengejutkan terjadi. Ibu Liliana berkata bahwa apakah aku ini adalah anak dari IBU SARWENDAH
"Namamu FAJAR kan, anak dari ibu SARWENDAH"
aku menjawabnya bahwa aku FAJAR SAPUTRA anak dari IBU SARWENDAH DAN BAPAK BAMBANG. Melihat senyuman keluar darinya dan meminta aku untuk pulang diantar oleh salah satu supirnya, aku pulang dengan masih mempertanyakan hal yang barusan dia katakan tapi dari wajah Ibu Putri menunjukan wajah yang merah dengan rasa gugup ada di dirinya.
Setibanya aku tiba di rumah aku disambut oleh ibuku dan adikku karena ayahku yang sedang bekerja diluar kota dan aku satu-satunya lelaki di rumah ini, dan kakak perempuanku yang selalu saja tidur di atas sofa tanpa malu menggunakan pakaian pendek itu menyapaku. Setelah mandi lalu ganti baju aku turun untuk makan dan saat aku makan aku bertanya kepada ibuku tentang Ibu Liliana, namun dirinya itu sangatlah terkejut dan bertanya balik kepadaku
"Fajar apakah kau bertemu dengannya dan apakah kau bertemu dengan anaknya"
Aku tidak mengerti apa yang dia katakan tapi aku menjawab yang sebenarnya terjadi dan tiba-tiba saja dia menelpon ke seseorang dengan wajah yang semangat.
Ibuku memintaku untuk segera ganti baju karena akan pergi ke tempat makan mewah di ujung kota, aku tidak mengerti apa yang dia katakan tapi perutku sudah kenyang karena makan tadi. Tapi adik dan kakakku sangat semangat ingin pergi kesana, aku sudah bersiap untuk pergi kesana dan saat aku sedang dalam perjalanan ke sana aku menanyakan hal itu kepada ibuku
"Ibu kita mau apa disana"
Yang dia lakukan kini hanyalah tersenyum lebar dan aku tidak mengerti apa yang sedang dia lakukan sekarang.
Sesampainya disana aku duduk di meja yang telah disiapkan dan aku bertemu kembali dengan Ibu Liliana beserta Ibu putri yang berdan dan cantik, mereka duduk di meja yang sama dengan keluargaku. Lalu mereka berdua meniggalkan aku dan ibu Putri sendiri, aku tidak mengerti apa yang sedang mereka diskusikan tapi rasa gugup ada di diriku. Aku menatapnya saja tidak bisa apalagi memulai perkataan, lalu saat mereka kembali rasa gugupku kembali menurun. Namun itu tidaklah lama karena perkataan dari Ibu Liliana membuatku terkejut setengah mati
"Fajar sekarang kau adalah calon suami dari putriku"
Kata-kata yang membuatku kaget dan tidak bisa berkata-kata lagi dan ibu Putri saat itupun tidak ikut berbicara sama sekali, namun aku paksakan diriku untuk berbicara tentang apa yang dia katakan.
"Aaaku tidak mengerti yang anda katakan dan sekarang apakah masih terjadi yang namanya perjodohan, lalu apakah ibu putri menerimanya begitu saja"
Ibu putri dengan wajah sang memerah karena malu dia bangun dari kursinya dan berkata
"Aku menerimanya karena aku mencintaimu"
Hal yang membuatku terkejut kembali karena yang dia katakan di luar perkiraanku, dan aku memikirkan apa yang dia maksud dengan mencintaimu apakah dia benar mencintaiku.