webnovel

Drugs + Love = Addicted

Author: Kennie_Re
Urban
Ongoing · 146.5K Views
  • 390 Chs
    Content
  • 5.0
    29 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Mature content (21+) Jenna Jameson dinyatakan menderita anemia aplastik, yang membuat dirinya sering bertemu dengan Dokter Ryan Karl, hingga secara tak sengaja terlibat cinta terlarang yang tidak seharusnya terjadi di antara mereka. Pada mulanya Jenna tak mengetahui bahwa Ryan ternyata adalah pria beristri. Hingga kepulangan Hellen Duncan-Karl, istri Ryan, menyadarkan Jenna bahwa dirinya dan Ryan tak akan pernah bisa bersatu. Jenna kemudian memutuskan untuk menerima pinangan Blake Gillian, mantan kekasihnya di masa lalu yang kembali hanya demi bisa menjalin kembali kisah cinta yang sempat terputus. Ketika Jenna dan Ryan telah memilih untuk melanjutkan hidup masing-masing, takdir justru seolah membuat lelucon. Secara kebetulan Ryan-Hellen dan Jenna-Blake berlibur ke tempat yang sama, sekaligus Dokter John Armando, yang merupakan sahabat Hellen sejak kecil, yang ternyata merupakan selingkuhan Hellen. Ditambah keterlibatan Clara—sahabat Jenna, membuat kisah cinta semakin rumit. Akankah cinta menemukan jalan pulang yang benar, jika cinta tak lagi cinta? Terlebih jika didominasi obsesi yang selayaknya candu, yang pada akhirnya memorak porandakan cinta yang dibangun dan dipupuk dengan tulus. Mampukah mereka menemukan kebahagiaan pada akhirnya? - Drugs + Love = Addicted - Reach me on IG: @kennie_r89 Vectorist: A_Nzee IG: @a_nzee

Tags
1 tags
Chapter 1Hello, Doctor

BRAKK!!!

Suara alarm keamanan mobil menjerit nyaring menyusul suara hantaman keras. Tubuhku terhempas pada jok, kemudian menabrak steering wheel. Kejadiannya begitu cepat hingga aku tak mampu menyusun memori saat itu. punggung dan dadaku terasa nyeri. Terlebih lagi hidung dan dahi.

"Aw!," desisku lemah. Kuarahkan spion kemudi dan memeriksa kening yang kemerahan. Ada sedikit goresan di sana. Pantas saja terasa sakit. Kurogoh laci dashboard dan mengambil selembar plester, menempelkannya di bagian yang terluka.

Aku harus segera mencari bantuan untuk mobilku. Dari sini terlihat kap mesin yang mengepulkan asap. Jika tidak cepat bisa saja mobil ini meledak. Namun tentu saja itu hanya ada dalam khayalanku.

Tabrakan, kap mesin berasap, percikan api, lalu ledakan. Hanya khayalan saja.

Dengan langkah lemah, aku keluar dan menjauh dari kendaraanku, berdiri di trotoar jalan tepat di depan sebuah klinik Dokter. Entah siapa namanya. Sepertinya aku lupa memakai soft lens, dan kaca mataku tertinggal di mobil, sehingga tulisan yang terpampang tempat itu tak terlihat jelas. Mungkin klinik dokter gigi—dari luar terlihat mewah dan imut. Ada beberapa balon warna pink dan biru muda menghiasi bagian depan pintu.

Lupakan tentang klinik itu. Aku harus segera menghubungi mobil derek untuk membawanya ke bengkel. Atau jika ada siapa pun yang bisa membantuku dengan kendaraan berwarna silver itu, aku akan sangat berterima kasih.

Aku mengambil ponsel dari saku celana, mencari nomor yang biasa kuhubungi saat terjadi kesialan semacam ini. Sepertinya sudah waktunya mengganti mobil ini dengan yang baru, yang lebih modern dan berkelas. Atau yang gahar dan powerful untuk berbagai medan. Siapa tahu suatu saat membutuhkannya untuk pendakian atau penjelajahan alam.

Pikirkan itu nanti, first thing first, menyelamatkan nasib kendaraan kesayanganku ini.

Tak berapa lama setelah nada tunggu, suara operator yang khas menyapaku dengan ramah. Aku tahu itu hanya rekaman, tapi ayolah, mereka memang ramah, bukan?!

'Untuk berbicara langsung dengan Customer Service silakan tekan nol!'

Aku menekan nomor yang diminta, karena memang ingin berbicara langsung dengan petugas pelayanan.

Bagus! Sudah terhubung.

"Ah, ya, halo. Aku Jenna Jameson. Jenna. J-E-N-N-A. Ya, ya benar." Aku mondar-mandir mencari tempat yang sedikit lebih tenang. Suara alarm mobil sudah tidak berbunyi lagi, mungkin pemiliknya sudah memeriksa mobil itu. Namun bunyi klakson dan riuh pejalan kaki cukup mengganggu konsentrasi.

Beberapa orang hanya menatap mobilku yang teronggok mengepulkan asap.

"Ya, aku sekarang di 21 Street. Iya, benar. Uhm ... tepat di depan sebuah klinik. Sebentar, sebentar ...." Aku menoleh dan mendekat pada jendela kaca berukuran besar itu, membaca kalimat yang tertulis di sana.

"Ya, halo. Health Clinic Dr. Karl. Karl. Ya, mana aku tahu Karl siapa! Haruskah aku masuk dan bertanya pada mereka siapa nama depan dokter itu? Ya, Tuhan! Bawa saja mobil derek ke sini mobilku berasap dan ...."

Tut tut tut!

Ah, sial! Bagaimana caraku memperbaiki benda ini kalau pelayanan derek saja sulit dihubungi. Aku tidak sedang berada di dimensi lain, 'kan? Seharusnya mereka tinggal cari saja titik lokasi tempatku berada. Apa gunanya GPS?

Kepalaku juga sudah terasa pening dan berputar. Haruskah aku masuk ke klinik ini untuk meminta pertolongan? Tidak. kurasa aku baik-baik saja, tapi tidak dengan tungganganku. Aku sudah meminum obat sakit kepala sebelum berangkat. Tapi kenapa rasanya ....

... ge-lap ....

***

Aku tersadar dan berada di sebuah ruangan sempit yang kira-kira hanya berukuran 3x4, seukuran kamar mandi di rumahku. Tapi tunggu, ada apa denganku? Kenapa aku berada di ruangan ini?

Aku berusaha bangkit. Sebuah jarum terpasang di punggung tanganku. Selain itu cairan mengalir melalui selang kecil yang terhubung dengan jarum infus yang menancap di sana. Aku tidak merasa sakit, kenapa tubuhku harus diberi cairan itu?

Seorang wanita dengan seragam berwarna baby pink dan pria berperawakan tinggi tegap dengan jas putih—jika boleh kutebak usianya kira-kira 35 tahun, masuk ke ruanganku. Sebuah senyum terulas di wajah mereka menyapaku yang sudah mulai sadar. Baiklah, aku tahu di mana aku sekarang.

"Kau sudah sadar rupanya. Perkenalkan, aku dokter Ryan Karl. Dan kau, Nona...." Ia membolak-balik kertas yang disodorkan perawat padanya, kemudian menyerahkan kembali pada wanita yang mengekor di belakangnya.

"Jenna Jameson," jawabku parau. Pria itu mengambil stetoskop dari sakunya memasang di telinga kemudian menempelkan lainnya ke dadaku. Ia juga menyentuh pergelangan tangan dan memeriksa denyut nadiku.

"K-kenapa aku ada di sini?" tanyaku tergagap. Dokter itu melepaskan stetoskop dan memasukkan kembali dalam saku jasnya.

"Kau pingsan. Apa kau bisa mengingat yang terjadi?"

Aku mengurut kening, ada rasa berdenyut di sana. Sekaligus berusaha mengumpulkan kembali ingatan tentang kejadian sebelumnya.

"Aku mengalami kecelakaan. Hanya benturan dan luka kecil di bagian kening. Selebihnya aku baik-baik saja."

Dokter yang bernama Ryan Karl itu menarik kursi dan duduk di samping ranjangku.

"Kau mengalami gejala kekurangan zat besi dan sel darah merah, apakah kau sedang datang bulan?" tanya pria itu. Aku menggeleng.

"T-tidak."

"Apa ada benturan di bagian lain selain kepala?" Pria itu bangkit kemudian menekan bagian perutku. "Apakah sakit?"

"Tidak."

Pria itu kembali duduk. "Apakah kau sering merasa berkunang? Jika ya, seberapa sering kau merasakan itu? Terlebih ... hingga pingsan."

Aku menggeleng. Tentu saja aku tak ingat, tapi memang cukup sering. Apakah penting untuk menjawabnya?

"Memang apa yang terjadi padaku? Aku cukup sering merasa berkunang-kunang, lalu pingsan. T-tapi aku tidak tahu apa hubungannya dengan itu?"

Dokter Karl bangkit lalu tersenyum. Kembali mengambil catatan di tangan perawat yang masih berdiri menemaninya.

"Aku sudah mencatat semuanya, kita akan lihat perkembangan setelah ini. Ini hanya dugaan, harus ada beberapa tes yang dilakukan agar kita tahu apa benar merujuk ke sana. Diagnosa sementara, kau mengalami gejala anemia. Aku akan memberi suplemen penambah darah."

"L-lalu, kapan aku bisa keluar dari sini?" tanyaku. Entah sudah berapa lama aku tertidur atau pingsan, yang pasti masih banyak hal yang seharusnya aku kerjakan hari ini.

"Tunggu sampai kantong itu kosong," jawabnya sembari tersenyum, menunjuk kantong yang menggantung pada tiang infus. Isinya tinggal sepertiga.

"Apakah ada keluarga yang bisa dihubungi?" tanya pria berkacamata itu lagi.

"Uhm, orang tuaku. Tapi mereka berada di kota lain dan pasti akan sangat panik jika mengetahui kondisiku." Aku tersenyum kecut. "Mereka agak berlebihan, jadi kurasa tak perlu hubungi keluarga."

Pria itu mengangguk kemudian pamit untuk keluar dari ruanganku. Dan sepeninggal mereka, aku berusaha memejamkan mata. Setidaknya sebentar saja. Kondisiku jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Setidaknya beristirahat mungkin akan membuatku lebih cepat pulih.

***

Ada rasa seperti gigitan serangga di punggung tangan yang membuatku terbangun. Seorang perawat sedang melepaskan jarum infus dari sana. Ah, syukurlah ... Berarti aku bisa pulang sekarang. Tubuhku pun sudah merasa lebih segar. Hanya ... masih sedikit merasa pusing karena terlalu banyak tidur, mungkin.

Aku bangkit perlahan, membereskan barang-barang sebelum kemudian mengekor langkah perawat ke luar dari ruangan. Salah seorang dari mereka menghampiri.

"Untuk administrasi sebelah sini, Nona Jameson." Ia menunjukkan jalan padaku. Kuikuti langkahnya sembari mengedar pandangan ke bagian dalam gedung ini.

Ada beberapa pintu bertuliskan angka yang sepertinya merupakan ruang perawatan. Apa pun itu, tidak lagi penting. Aku bersyukur sudah membaik dan harus segera menyelesaikan pembayaran lalu keluar dari tempat ini. Jika tidak Clara pasti akan membunuhku karena tak memberi kabar. Terlebih kami sudah berjanji akan bertemu di kafe malam ini.

Selesai melakukan pembayaran, aku segera mengambil ponsel dalam saku celanaku. Dan benar saja. Ada puluhan panggilan tak terjawab serta pesan dari Clara yang isinya... Jangan tanyakan. Dia sangat mengamuk.

[Jenna, kau di mana?]

[Oke, aku akan menunggumu 10 menit lagi]

[Baiklah, aku pulang! Kau tidak mengangkat teleponku bahkan mengacuhkan pesanku. Apa yang kau lakukan? Kau sedang tidur dengan siapa lagi?]

[Baiknya kau mempersiapkan jawaban yang tepat, jika tidak, aku akan marah!]

Nah, sudah cukup itu saja pesan yang kubaca. Lainnya pasti sama seramnya dengan itu dan tak ada yang tak takut jika Clara sudah marah.

Kini aku sudah berada di luar Klinik. Langit sudah gelap, tapi jalanan masih padat lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki. Aku harus bergegas ke rumah Clara jika tak ingin dia makin naik darah. Sahabatku satu ini memang sedikit kurang sabar. Tapi tunggu, aku harus terlebih dahulu memastikan mobilku tidak akan meledak saat kunyalakan.

Benda berwarna silver itu masih terparkir di sana. Lebih tepatnya terabaikan. Di tempat yang sama di mana terakhir kali aku tinggalkan. Sudah tidak berasap lagi, syukurlah. Aku bergegas masuk dan mencoba menyalakan mesinnya.

Yes! Masih berfungsi! Berarti aku tidak membutuhkan jasa mobil derek hanya untuk menarik benda ini. Aku memakai kaca mata agar mempermudah melihat jalanan dan tidak terjadi tabrakan lagi. Dan jangan lupa, kemudikan mobil dengan hati-hati dan tidak bermain ponsel. Oke, aku akan mengingat itu.

Kukemudikan tungganganku perlahan, meluncur menuju ke rumah Clara. Lebih baik langsung bertemu saja, sekaligus mengganti waktunya yang sia-sia karena menungguku.

***

You May Also Like

Setelah Bercerai, Keluarga Besar yang Berkuasa Menyambutnya Kembali ke Rumah!

Setelah Tan Ming hamil, suaminya menyerahkan surat cerai padanya. Dua puluh tiga tahun yang lalu, Tan Ming masih merupakan anak yatim piatu yang tidak ada yang menginginkan. Orang tua angkatnya mengadopsinya dari panti asuhan karena mereka kesulitan memiliki anak sendiri. Namun, nasib sial Tan Ming tidak berubah karena hal itu. Dalam waktu satu bulan, ibu angkatnya hamil. Setelah adiknya, Tan Si, lahir, Tan Ming menjadi orang yang paling tidak disukai di keluarga. Sejak kecil, dia harus mengalah pada Tan Si dalam segala hal. Orang tuanya hanya menyukai Tan Si karena Tan Ming bukan anak biologis mereka. Tiga tahun lalu, Keluarga Tan memaksanya menikah dengan seorang pria yang koma demi kepentingan bisnis mereka. Selama dua tahun penuh, Tan Ming hidup sebagai seorang janda. Hingga setahun yang lalu, ketika suaminya yang koma tersebut bangun secara tidak terduga, Tan Si jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Kali ini, Tan Ming memutuskan untuk tidak mengalah lagi. Dia dengan tegas berusaha memutus hubungan dengan Keluarga Tan. Namun, dia tidak menduga bahwa pada akhirnya dia akan dihadapkan dengan surat cerai. Untuk kepentingan anak-anak dalam kandungannya, Tan Ming dipaksa oleh suaminya untuk menandatangani surat-surat tersebut. Ketika anak-anaknya lahir, ayah biologis mereka sedang menemani wanita lain untuk tes kehamilan. Saat dunia Tan Ming berada dalam kegelapan terdalam, kerabat kandungnya muncul. Mereka adalah keluarga yang sangat kaya hingga Keluarga Tan pun memandang mereka dengan hormat, dan mereka menyambutnya kembali ke rumah! Setelah kembali ke rumah, dia tidak lagi menjadi anak yang tidak diinginkan. Tidak hanya dia memiliki orang tua yang memanjakannya, tetapi dia juga memiliki tiga saudara laki-laki yang sangat memperhatikannya! Kemudian, mantan suaminya menyesali keputusannya dan datang untuk meminta maaf secara langsung. "Tetap jauh dari hidupku," kata Tan Ming.

JQK · Urban
Not enough ratings
385 Chs

Mendadak Menikah

Follow Instagram @sere_nity_lee untuk info novel terbaru Serenity Lee Juara 4 WPC 32 #59 Female Lead Menikahi Pria Asing || Vol 1-3 TAMAT ======================== "Jadi, Mas, dosen aku?" tanya Audia saat mereka berdua dalam perjalanan di dalam mobil pribadi Alvin. Alvin berdehem sekali. "Ya, begitulah." "Pantes aku, kok, kaya ngerasa kenal sama muka Mas Alvin," tutur Audia menyocokan memorinya. "Mas ngajar apa, ya?"  "Arsitektur." Audia menganggukan kepala sambil mulutnya membentuk huruf 'o'. 'Eh?  ....  Wait  ...  what?' Tiba-tiba syaraf-syaraf otaknya menekan memori di hipokampus. "Pak Mandala?" tanya Audia memastikan. Yang langsung mendapat anggukan dari Alvin. "No way!" jerit Audia tidak percaya. Matanya membulat menatap lekat Alvin. "Kenapa?" tanya Alvin heran. "Pak Mandala yang kutau, mengajar memakai kacamata. Kok, bisa beda banget, ya, tanpa kacamata?" ujar Audia masih tidak percaya, bahwa yang di hadapannya ini adalah 'pak Mandala yang itu'. Dosen angkuh, sok cool, pelit senyum, muka datar,  killer. Sangat berbeda dengan Alvin yang kini menjadi suaminya. Tak disangka 'pak Mandala yang itu' dan Alvin—suaminya, ternyata adalah orang yang sama. 'Orang menyebalkan itu ternyata suamiku?' batinnya. 'Oh tidaaaaaak!' * * *** Calon mempelai wanita mendadak mengundurkan diri dari pernikahan karena perjodohan. Kemudian kabur dan tidak diketahui kabar beritanya. Tinggallah sang calon mempelai pria terdiam terpaku di hadapan tamu undangan. Bimbang sesaat. Membatalkan akad nikahnya atau mencari calon mempelai wanita pengganti dadakan. Hingga netranya menangkap seorang wanita bergaun putih yang duduk di antara tamu undangan. Yang tak lain adalah mahasiswa di kampusnya tempat ia baru saja mengajar. Sebagai dosen pengganti. Bagaimanakah kelanjutan kisah pernikahan mereka ini? Akankah benih-benih cinta tumbuh di antara dua orang asing ini? Dengan segudang tanda tanya pada hati sang mempelai wanita, mengapa dirinya yang dipilih di antara sekian banyak wanita lajang lainnya yang turut hadir di pernikahan akbar anak salah satu pengusaha real estate terkenal di Indonesia itu. Cover www.freepik.com === SIMAK KOMENTAR DI SETIAP BAB, SUDAH TAYANG KUIS DADAKAN DAN BERHADIAH SOUVENIER MENARIK UNTUK PEMBACA SETIA MENDADAK MENIKAH ^^ MASUKKAN COLLECTION/TAP LOVE/ADD SEBELUM BACA. AGAR CERITA INI ADA DI DALAM DAFTAR BACAAN KAKAK DAN MENDAPAT NOTIFIKASI SAAT UPDATE BAB BARU ^^ DUKUNG TERUS CERITA INI YA KAK DENGAN MELEMPAR POWER STONE SI BATU BIRU UNTUK CERITA INI! — 1 POWER STONE NANTINYA KAKAK DAPAT 1 VOUCHER GRATIS LHO BUAT BUKA BUKU YANG TERKUNCI. JANGAN LUPA, REVIEW BINTANG 5 YA! MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN YA KAK: 1. Elegi Cinta Asha 2. ALISHA (PRETENDING) 3. Zarina the Abandoned CEO 4. Terpotek Cinta CEO Botak tapi Ganteng 5. Annethaxia Luo Putri Negeri Salju 6. Saat Kita Muda 7. Angela the Alpha's Mate TERIMA KASIH

Serenity_Lee · Urban
5.0
243 Chs

Satu Malam Liar

Lucinda Perry, seorang penyendiri sosial dan pekerja keras, berjanji pada dirinya sendiri untuk benar-benar menggila di ulang tahunnya yang ke-25 dan bahkan mencetak one night stand jika ia mendapatkan promosi yang sudah lama ditunggu di pekerjaannya. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-25, dia dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi dan tidak hanya itu, tapi ke kantor pusat di kota yang berbeda. Harus menghabiskan malam ulang tahunnya di kota baru, dia pergi ke klub di mana dia bertemu dengan orang asing tampan, Thomas Hank, yang menawarkan diri untuk menjadi one night stand-nya setelah melihat daftar berani-melakukannya, yang termasuk memiliki satu malam berdiri. Thomas Hank, setelah digunakan oleh beberapa wanita di masa lalu, bertekad untuk mendapatkan wanita impiannya yang akan mencintainya untuk dirinya sendiri dan bukan karena kekayaannya. Jadi ketika dia bertemu Lucinda Perry yang imut dan polos di klub, dia memutuskan untuk menjaga identitas aslinya dari dia dan mencari tahu apakah dia layak untuk dia pertahankan. ***Excerpt*** Apa yang lebih menghibur daripada sisi karakter yang gila? Katakan halo pada Sonia dan Bryan. Jantung Sonia berhenti berdetak sebentar, lalu berbagai pemikiran mulai berterbangan di kepalanya pada saat yang sama. Bryan Hank? Idola selebriti yang dia naksir sedang berlutut tepat di depannya dan memintanya untuk menjadi istrinya? Apakah dia salah mengira dia dengan orang lain? Apakah mungkin ini adalah lelucon, atau mungkin ini seperti salah satu lelucon selebriti dan ada kamera-kamera di sekitar, menunggu untuk merekam dia membuat dirinya tampak bodoh? Atau mungkin dia sedang bermimpi? Sonia bertanya-tanya sambil melihat-lihat sekitar mereka, tetapi yang dia lihat hanyalah penonton yang penasaran. "Tolong! Jadilah istriku dan buat aku menjadi pria paling bahagia di Bumi," katanya dengan suara keras yang menarik perhatian semua orang. Editornya yang telah ditunggunya selama lebih dari satu jam karena dia mencoba menandatangani kesepakatan dengan produser film yang tertarik dengan salah satu ceritanya, muncul saat itu juga, "Sonia, kamu kenal Bryan Hank?" Tanyanya dengan heran saat melihat adegan di depannya. Sepertinya sudah berjam-jam sejak Bryan berlutut, tapi ternyata baru satu menit. Bryan tahu tidak ada wanita yang cukup gila untuk menerima proposal gila seperti itu, dan bahkan jika ada yang mau menerima, membayarnya dan membatalkan keseluruhan hal tersebut akan mudah karena yang dia inginkan hanyalah skandal yang bisa terjadi dari situ. Judul beritanya mendatang akan tentang proposal pernikahan yang ditolak atau pertunangannya yang dikatakan, yang cukup membuat Sophia lepas dari kaitannya. "Ya!" Jawab Sonia dengan semangat sambil menganggukkan kepalanya dan mengulurkan jarinya agar dia memakaikan cincin pertunangan. "Ya?" Tanya Bryan dengan bingung saat mendengar jawabannya. "Ya! Aku akan menjadi istrimu dan membuatmu menjadi pria paling bahagia di dunia!" Sonia berkata dengan tertawa dan menggerakkan jarinya hingga Bryan memasukkan cincin itu ke jarinya. Secara mengejutkan cincin itu adalah ukuran yang tepat untuknya, dan duduk di jarinya seolah-olah dibuat khusus untuknya. Suara tepuk tangan meledak di sekitar mereka saat Sonia berdiri dengan senyum lebar di wajahnya dan memeluk Bryan sebelum menciumnya tepat di bibir. Bryan sedikit terkejut dengan keberaniannya tapi cepat pulih karena ini adalah permainannya, dan dia harus ikut serta. Dia lah yang mendekatinya terlebih dahulu, bagaimanapun juga. Jadi ketika dia mencoba memutuskan ciuman, dia memegang dagunya dan perlahan menggigit bibir bawahnya sebelum membuka bibirnya dengan lidahnya dan mengisapnya dengan cara yang menggoda, mengeluarkan desahan dari Sonia. Sonia merasa pusing. Ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Itu haruslah mimpi. Bagaimana lagi dia bisa menjelaskan bahwa pada suatu saat dia duduk di lobi hotel menunggu editornya, dan pada saat berikutnya dia bertunangan dengan idola selebriti yang dia naksir dan menciumnya di sini di depan umum?

Miss_Behaviour · Urban
Not enough ratings
989 Chs
Table of Contents
Volume 1
Volume 2 :Hazel is Upgraded Jenna