Mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Elliot yang baru saja menyadari bahwa dirinya bukanlah manusia biasa. Ada semacam kekuatan tak masuk akal yang ternyata dimiliki tanpa dia sadari sebelumnya. Kekuatan yang mampu membuat hal yang mustahil menjadi mungkin. Kekuatan yang mampu membuatnya menciptakan sebuah keajaiban hingga sanggup mengubah masa depannya dan orang-orang di sekitarnya. Kekuatan istimewa seperti apakah yang dimiliki Elliot dan segelintir orang tersebut? Temukan jawabannya dalam kisah ini serta ikuti petualangan Elliot bersama teman-temannya yang penuh dengan kejadian tak masuk akal, namun benar-benar menimpa mereka.
Suara itu terdengar seperti biasa, tak ada yang berbeda. Sering kumemikirkan, mungkinkah suara ini akan terus dapat kudengar? Apakah hal ini akan terus berlanjut? Kehidupan yang tenang dan damai ketika istirahat sekolah. Suara bel tanda istirahat selesai pun terdengar, siswa-siswa segera masuk ke dalam kelas, duduk dan bersiap untuk memulai pelajaran kembali. Raut wajah kekecewaan terlihat di wajah teman-teman sekelasku, begitu pun aku, pelajaran Ekonomi yang sebenarnya tidak aku sukai. "Hah … bisakah aku pulang saja sekarang?"
"Tidak boleh! Kau harus mengantarku ke perpustakaan dulu ya."
Suara itu berasal dari seorang gadis bernama Emily. Bisa dibilang dia sahabat baikku di sekolah ini. Aneh rasanya selalu seperti itu, seolah dia mempunyai pendengaran yang tajam ataukah dia bisa membaca pikiranku? Selalu saja dia bisa menebak apa yang aku tanyakan atau pikirkan dalam kepalaku.
"Hei, Elliot ..."
Suara lembut itu pun terdengar lagi dan aku masih berpura-pura tidak memperhatikan sambil tetap memandang ke arah jendela, melihat cerahnya langit di luar sana.
"… jangan melamun terus, aku tahu kau ingin pulang, kan? Masih tidak suka dengan pelajaran ekonomi, ya?"
"Hm ... biar aku pikirkan dulu, apakah aku bisa atau tidak." Itulah jawaban yang aku berikan padanya dengan pura-pura memasang ekpresi yang sedang kebingungan.
Setelah mendengar jawabanku, wajah Emily terlihat cemberut tanda kalau dia sedikit kecewa.
"Oh, ayolah. Antar aku sebentar saja, ada buku yang harus aku cari di sana, tolonglah temani aku!"
Dia bicara seperti itu dengan ekspresi wajah yang memohon. Bagiku ekspresi wajahnya yang sedang memohon itu benar-benar lucu, sehingga membuatku tidak tahan lagi untuk lebih lama menggodanya. Aku jadi kasihan padanya.
"Hahaha, baiklah. Kau tidak perlu memohon seperti itu, aku hanya bercanda tadi. Aku akan mengantarmu."
Emily terlihat senang setelah mendengar jawabanku. Wajahnya yang sempat cemberut, kini kembali ceria seperti biasa.
Sepulang sekolah, aku dan Emily melakukan perjalanan menuju perpustakaan. Kami sedang berjalan di samping jalan raya dan di sana kami menemukan seekor kucing berbulu putih yg sedang tertidur.
"Waah, Elliot, coba lihat kucing itu, lucu sekali!"
Emily memang sangat menyukai kucing, dia langsung memeluknya. Mungkin kucing itu terkejut karena tiba-tiba dipeluk oleh Emily, dia meronta-ronta dan berlari ke tengah jalan. Emily mengejar kucing itu, tanpa dia sadari sebuah bus melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi menuju ke arahnya.
Aku melihatnya dengan sangat jelas dan itu membuatku benar-benar terkejut, lalu aku berusaha menghentikan Emily. Tapi, semuanya terlambat ….
Emily tergeletak di tengah jalan dengan tubuhnya dipenuhi banyak darah, seketika itu juga tubuhku terasa sangat lemas.
Aku berjalan perlahan menuju Emily, serentak orang-orang pun menghampiri kami. Aku memeluk tubuh Emily tapi tubuh itu benar-benar lemah, bahkan aku tidak bisa merasakan tanda-tanda kehidupan dari tubuhnya.
Detik itu juga, air yang hangat keluar dari mataku dan mengalir dengan deras. Pandanganku seakan kabur dan tiba-tiba sebuah ingatan di masa lalu terkenang kembali. Kenangan ketika aku melihat kedua sahabatku berjalan menjauh dan meninggalkanku.
7 tahun yang lalu ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Aku memiliki dua orang sahabat, namanya Fredert dan Krad. Kami belajar di sekolah yang sama, bahkan kami pun sering bertemu dan bermain di luar jam sekolah. Mungkin karena orang tua kami bersahabat, itulah sebabnya kami jadi sering bertemu. Kami bertiga sangat dekat, hingga suatu ketika terjadilah tragedi itu. Sebuah tragedi yang membuat persahabatan kami retak dan kehidupan kami benar-benar berubah.
Ayah Fredert meninggal. Tidak seorang pun di antara kami bertiga yang mengetahui pasti penyebab kematiannya. Hanya saja, semenjak ayahnya meninggal, Fredert menjadi pendiam. Tidak mau berbicara pada siapa pun dan kami bertiga jadi jarang bertemu. Hingga pada akhirnya setelah lulus sekolah, aku sama sekali tidak pernah bertemu dengan mereka lagi, hingga saat ini. Ingatan terakhir tentang mereka hanya sebuah pemandangan ketika kedua sahabatku terus berjalan menjauh dan meninggalkanku.
Aku telah kehilangan dua sahabat baik dan sekarang aku memiliki Emily sebagai pengganti mereka. Aku tidak mau kehilangan sahabat untuk kedua kalinya. Aku memeluk Emily dengan sangat erat, lalu aku berteriak dan memanggil nama Emily sekencang-kencangnya .…
"Emilyyyyyyyyyyyyyyyyyy!!"
Di saat yang bersamaan entah kenapa aku merasakan sebuah perasaan yang sangat aneh. Perasaanku seakan-akan terhubung dengan perasaan orang-orang yang begitu penting untukku. Aku yakin mengenal betul perasaan ini. Entah kenapa aku merasa kedua sahabatku, Fredert dan Krad berada dekat denganku? Lalu tiba-tiba terlintaslah bayangan dua orang di dua lokasi yang sepertinya aku mengenal lokasi itu. Mungkinkah itu Fredert dan Krad?
Tiba-tiba pandanganku benar-benar pudar dan entah apa yang terjadi, aku melihat Emily sedang berdiri di depanku sambil memeluk seekor kucing berbulu putih.
"Tunggu dulu, apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah tadi Emily ...?" Kata-kata itu terlintas di pikiranku. Situasi yang kualami ini sungguh aneh seolah aku telah kembali ke masa lalu.
Lalu tiba-tiba kucing yang sedang dipeluk Emily itu meronta dan berlari ke tengah jalan, setelah melihatnya aku sadar dan teringat dengan pemandangan ini. Ini pemandangan yang aku lihat beberapa menit yang lalu. Ya, aku tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Mungkinkah aku benar-benar kembali ke masa lalu, ke beberapa menit yang lalu sebelum Emily tertabrak?
Di tengah-tengah kebingungan ini, aku melihat Emily akan berlari mengejar kucing itu tapi dengan cepat dan dengan mengerahkan seluruh tenaga yang kupunya, aku menarik tangannya sehingga membuat kami berdua terjatuh.
Perasaan lega, khawatir dan penasaran bercampur menjadi satu. Sekarang Emily berada dalam pelukanku, dia baik-baik saja. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Kenapa aku bisa tahu jika Emily akan tertabrak? Aku kembali ke masa lalu ataukah aku bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan? Perasaan itu, perasaan yang aku rasakan dan bayangan itu, aku yakin itu Fredert dan Krad. Aku pun kembali berdiri dan berlari ke arah belakang bangunan sekolah di mana di sana terdapat sebuah toko buku seperti yang aku lihat pada saat bayangan Fredert terlintas di pikiranku tadi. Emily berlari mengikutiku dari belakang, tapi tiba-tiba kepalaku sangat pusing, pandanganku buram dan tubuhku benar-benar lemas. Seakan-akan sekelilingku berubah menjadi gelap gulita.
***
Aku membuka mata dengan perlahan dan bisa kulihat cahaya di sana. Aku mengira-ngira di mana aku berada saat ini. Ruangan ini sangat familiar dan tidak asing bagiku.
"Elliot, kau sudah sadar?"
Suara itu benar-benar telah mengembalikan kesadaranku. Itu suara lembut Emily dan terlihat ibuku berdiri di sampingnya. Ternyata aku berada di kamarku sekarang. Wajah Emily terlihat sangat mengkhawatirkanku. Sedangkan ibuku, seperti biasa memperlihatkan wajah tidak peduli. Aku tidak ingin bertemu dengan ibu saat ini, karena aku benar-benar belum siap dan terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya yang sudah aku duga pasti akan dia lontarkan padaku. Aku tetap menutup mata dan berpura-pura masih tertidur. Ibu mulai berbincang-bincang sedikit dengan Emily, sepertinya dia bertanya pada Emily tentang apa yang telah terjadi pada kami. Tak lama setelah itu, ibu pergi meninggalkan kamarku.
Ketika hanya Emily yang berada di kamarku, aku perlahan membuka mata. Aku melihat Emily tersenyum manis membuatku lega seketika karena Emily baik-baik saja.
"Syukurlah kau baik-baik saja, Elliot," ucapnya, masih dengan senyuman yang terulas di bibir ranumnya.
Aku pun membalas senyumannya. Aku senang karena berhasil menyelamatkan Emily. Setelah kejadian itu, aku sadar bahwa Emily sangat penting untukku. Aku tidak akan pernah membiarkan seorang yang berharga, seorang sahabat terbaik, seorang yang aku sayangi, pergi meninggalkanku lagi. Sekarang yang menjadi pertanyaan terbesar di dalam benakku, apa yang sebenarnya terjadi padaku? Benarkah tadi aku kembali ke masa lalu dan berhasil menyelamatkan nyawa Emily? Sebenarnya ada apa dengan diriku karena sebelumnya tak pernah sekalipun aku mengalami kejadian aneh seperti ini? Hah, sepertinya harus kuselidiki masalah ini karena aku yakin sesuatu yang aneh dan ajaib baru saja menimpaku dan Emily.