webnovel

Setitik Cahaya

" dis! gue harap Lo gak pernah deket sama cowok lain selain gue! ", aku mematung mendengarnya. Kalimat itu tidak pernah dipikirkan oleh seorang Adisha. Dia hanya mengikuti alur membawanya kemana. Dia pikir itu hanya sekedar kalimat biasa dari seorang Dave. Namun siapa sangka tanpa sadar dia menuruti perkataan itu. Hingga saatnya tiba, apakah seorang Dave akan bertanggung jawab dengan kalimt yang diucapkannya? Entahlah! hanya takdir yang tahu! Seorang gadis remaja yang menghabiskan masa SMA nya dengan sahabat terbaiknya. Adisha yang belum pernah merasakan cinta sebelumnya kemudian ada seseorang yang mulai menunjukkan perhatian lebih terhadapnya. Tapi apakah adisha menyadari hal itu? Adisha yang selalu cuek dengan kehidupan percintaannya lalu ada seseorang yang mulai menunjukkan keseriusannya. Disamping itu Adisha banyak mengalami tekanan dalam keluarganya. Dengan hal itu bagaimana Adisha menjalani kehidupannya? ⚠️ CERITA INI BENAR-BENAR FIKSI!!

Viaaf09 · 青春言情
分數不夠
44 Chs

35 Konseling!

Akhirnya semester 2 sudah dimulai. Hari ini hari pertama masuk sejak selesainya liburan semester 1. Aku yang baru turun dari angkot langsung disambut oleh teriakan Fara. Dan ya! Aku jarang sekali berkomunikasi sama mereka-mereka selama liburan apalagi setelah liburan kami itu. Palingan cuma sama Fara, itupun gak sering-sering amat.

" Adishaaaa! ", teriak Fara yang udah mengalahkan suara to'a.

" haduhh Ra! jangan teriak-teriak juga kali Ra! ", protesku.

" habisnya aku seneng banget bisa ketemu sama kamu lagi sejak liburan kita kemarin ", ungkapnya.

" hehe aku juga seneng Ra bisa ketemu sama kamu lagi. Apalagi dirumah tuh bosen banget tau! "

Kami sama-sama berjalan ke kelas kita.

" hai dis! ", sapa seseorang yang tiba-tiba nongol dari belakang. Kalo dari suaranya aku sudah bisa menebak, ini pasti Dave.

" oh hai juga Dave! ", balasku. Dave tersenyum lebar menatapku. Fara terlihat membuang mukanya malas.

" Gue mah apa atuh! berasa jadi makhluk astral gue! ", sindir Fara.

" Lo mau gue sapa juga Ra? ", tanya Dave yang mengerti maksud Fara.

" gak perlu! ", ujarnya sinis. Astaga! baru hari pertama masuk udah pada ribut! Heran aku ngelihat dua makhluk itu.

" hai Faraaa! ", sapa Dave dengan senyum yang dibuat-buat.

" ihhh ilfeel gue! ", sarkasnya yang membuat Dave meraup muka Fara.

" Lo gue sapa bukannya jawab malah ngatain gue! nyesel gue! ", ujar Dave.

" siapa suruh lo nyapa gue! ", tukas Fara masih dengan nada sinisnya.

" yaudah gak jadi, gue tarik kembali "

Kalo sudah begini bakalan lama nih! Dari tadi kita sama-sama masih berdiri didepan sekolah karena keributan Dave dan Fara. Aku sudah bosan jadi penonton setia mereka, aku memilih untuk pergi aja dari sini. Biarin deh mereka ribut semaunya!

" eh dis! mau kemana? tungguin napa! main tinggal-tinggal aja! ", Fara terlihat berlari menyusul ku dengan diikuti oleh Dave. Tentu saja mereka masih ribut tapi kalo ini sambil jalan.

" hai dis! ", sapa Rio mengagetkanku.

" oh hai Yo! kamu udah dateng? ", pertanyaan yang absurd banget. Udah tahu Rio ada disini, jelas udah dateng lah!

" iya dis, oh ya Dis! soal telepon waktu itu.. ", ucap Rio dengan memberi jeda sebentar. Aku sudah tahu pertanyaan Rio mengarah kemana. Langsung aja aku potong sebelum dia melanjutkan kalimatnya.

" udah lupain aja Yo! ", tukasku.

" Lo udah gak marah dis? ", tanyanya.

" emang aku kayak marah ya? ", tanyaku yang membuatnya bingung.

" emm dari yang gue lihat sih lo biasa aja! "

" yaudah "

" tapi gue mau minta maaf sama lo dis kalo becanda gue kelewatan ", ucapnya merasa bersalah.

" udah Yo lupain aja! aku gak mau bahas itu lagi ", sahutku. Aku gak mau pembahasan ini terus berlanjut, karena hanya akan mengingatkanku tentang mimpi buruk itu lagi. Dan aku gak mau memikirkan hal itu.

" ok deh! "

" ngapain lo Yo! ", sahut Dave yang tiba-tiba sudah ada disamping Rio.

" kepo Lo! ", Rio mulai memancing Dave kayaknya.

" awas aja ya lo! ", ancam Dave yang aku tidak mengerti. Emang ya urusan laki-laki mah gitu! pakek kode-kode an segala.

" idihh! biasa aja tuh muka,. sewot amat! gue cuma bilang maaf ke Disha soal telepon yang waktu itu ", Rio menjelaskan ke Dave. Aku tidak mau lagi mendengar kelanjutannya karena itu hanya akan membuatku malu saja. Jadi aku pergi meninggalkan mereka, kebetulan juga Fara tiba-tiba menarik lenganku agar menjauh dari mereka berdua.

Kelas sudah ramai dengan para siswa yang heboh bercerita soal liburan kemarin hingga guru memasuki ruang kelas kami.

" selamat pagi anak-anak! ", sapaan yang biasa diucapkan setiap guru ketika akan memulai kelas.

" pagiiii Buu ", jawab kami serempak.

" Berhubung ini awal semester ibu akan mengajak kalian sharing-sharing aja ya! "

" ok! bagaimana kalo kita sharing tentang perkuliahan, ibu yakin sebagian besar dari siswa dikelas ini pasti ada yang melanjutkan ke perkuliahan, betul? ", tanya Bu Yuni.

" betul! ", semua siswa serempak menjawabnya.

" baiklah! biasanya dibulan-bulan seperti ini beberapa universitas sudah mulai membuka pendaftaran. Jadi kalian sudah harus berpikir mulai sekarang tentang akan kuliah dimana? difakultas apa? dijurusan apa? peluang kerjanya bagaimana? itu semua sudah harus kalian pikirkan. Untuk itu nanti saat istirahat akan ada konsultasi dengan guru bimbingan konseling mengenai minat kalian. Jadi ibu harap kalian nanti bisa menjawab atau mencurahkan apapun yang kalian inginkan, paham? ", tanya Bu Yuni. Semua siswa menjawab serempak lagi.

Seketika suasana kelas menjadi riuh karena akan ada sesi konseling dengan guru BK mengenai minat siswa. Dalam hal ini biasanya si siswa akan ditanya soal minatnya diperkuliahan. Kemudian ditanya soal bakat-bakat atau prestasi-prestasi yang dimiliki. Lalu si guru BK akan memberi saran dan masukan untuk si siswa mengenai tindak lanjut yang akan dilakukan. Kurang lebih seperti itulah yang aku tahu dari kakak-kakak senior sebelum angkatanku. Sejak diberitahu seperti itu, aku memikirkan apa yang harus aku sampaikan saat waktunya konseling nanti? Kenapa juga kelas ku mejadi yang pertama? kenapa nggak kelas yang lain dulu aja! Karena ada banyak kelas disekolah ini terutama kelas 12, maka sesi konseling nya dijadwalkan. Untuk kelasku mendapat jadwal hari ini tepat dihari pertama setelah libur.

" gimana Ra? ", tanyaku pada Fara yang baru saja keluar dari ruangan BK.

" aku gugup banget Ra! ", Gak tahu kenapa tapi rasanya aku mengeluarkan keringat dingin.

" santai aja dis! cuma sharing-sharing biasa kok ", Fara berusaha menenangkan aku. Baiklah Disha! tarik napas dulu lalu buang! Cara ini cukup ampuh untuk mengurangi kegugupan. Setelah mendapat ucapan semangat dari Fara aku langsung membuka pintu. Tampak pak Surya yang duduk dikursinya menunggu setiap siswa datang keruangannya.

" silahkan duduk Disha ", pak Surya tersenyum padaku sambil mempersilahkan. Dengan sopan aku duduk dikursi yang disediakan. Aku duduk berhadapan dengan pak Surya. Rasa gugup itu muncul lagi.

" Kamu gugup Disha? ", tanya pak Surya.

" sedikit pak "

" hahaha kamu tidak perlu gugup kita hanya sharing-sharing saja disini, saya bukan mau menghukum kamu Disha ", ucap pak Surya bermaksud membuatku sedikit rilex. Aku tersenyum hambar menanggapi pak surya. Memang benar kata pak Surya aku disini bukan untuk dihukum tapi untuk sharing tentang perkuliahan. Tapi aku nya aja yang lebay. Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa mencegah kegugupanku.

" baiklah Adisha! apa kita sudah bisa memulainya? "

" iya pak "

Selama beberapa menit konsultasi mengenai perkuliahan dimulai. Seperti dugaanku pak Surya akan menanyakan aku berminat dijurusan apa. Jujur saja aku masih bingung, aku tidak bisa mengenali bakat yang aku miliki. Aku juga menceritakan soal orang tuaku yang memaksaku mengambil jurusan hukum. Tapi tidak ada yang bisa aku harapkan dari konsultasi ini. Pak Surya menyuruhku mengikuti kata hati. Tapi bagaimana bisa aku mengikuti kata hati kalau kata hatiku sendiri saja tidak tahu. Susah banget membedakan antara logika dengan kata hati. Kalian para readers bisa membantuku?

Saat aku keluar dari ruangan pak Surya, Fara sudah menyambutku dengan pertanyaan yang sama dengan yang aku berikan kepada Fara tadi.

" gimana dis? "

" ya gitu! "

" kenapa kamu kayak sedih gitu dis? "

" gapapa Ra! ayo kita pergi ke kantin saja aku laper nih ", ajakku karena aku masih tidak ingin membahas tentang itu.

"OK! ayoo dis! aku juga laper nih ", Ciri khas antara perempuan kita saling bergandeng tangan menuju kantin. Tapi ditengah jalan ada yang mencegah kami.

" Adisha! Fara! ", panggil seseorang yang suaranya sudah tak asing lagi ditelinga kami.

Hai hai hai! Teman-teman web novel! ^^ kalian masih setia dengan cerita seorang Adisha? Kalo boleh aku mau minta keringanan tangan kalian para pembaca buat mengisi kolom komentar disini ya ^•^ Tenang aja! kasih komentar gratis kok! wkwkwk Makasih banget buat kalian yang selalu mendukung karya receh ini:'(

Viaaf09creators' thoughts