Sampai dirumah sakit terlihat Dave yang terbaring lemah, banyak luka disekujur tubuhnya yang seakan kaku. Fara sudah berdiri disamping Dave sambil menangis tersedu-sedu. Rio terlihat mencoba tegar melihat kondisi Dave. Entah kemana keluarganya Dave! aku hanya melihat Fara dan Rio saja disini.
" Ra! ", panggilku. Spontan Fara langsung memelukku erat yang kubalas dengan pelukan juga mencoba memberi kekuatan pada Fara.
" Dave dis! Dave! dari tadi dia belum bangun juga dis, hiks hiks "
Aku tidak tahu harus berkata apa, tiba-tiba saja air mata ku lolos begitu saja. Dadaku rasanya sesak sekali melihat kondisi Dave seperti ini. Mata Rio juga tampak berkaca-kaca kemudian dia pergi meninggalkan ruangan. Aku menatap mata Dave yang terpejam. Rasanya baru kemarin kita seneng-seneng tapi kenapa Dave bisa terluka seperti ini? Dari tadi Fara terus menangis hingga napasnya seperti tercekat. Aku sendiri sudah terisak tak kuat menahan tangis. Sedetik kemudian Fara mendadak pingsan tak sadarkan diri. Tubuhnya berhasil aku tangkap sebelum dia benar-benar jatuh.
" Fara!! ", teriakku spontan karena panik melihat Fara.
" Ra! kamu kenapa? Fara! ", teriakku berulang kali. Namun Fara tak kunjung sadar. Aku tak tahu harus gimana! Tangisku semakin kuat. Aku khawatir dan juga panik. Melihat kondisi Dave yang terbaring lemah, disamping itu Fara juga mendadak pingsan di hadapanku. Kenapa tubuh Fara terasa dingin? Aku memanggil-manggil Rio dan dokter tapi tak ada satupun yang mendengarku.
" hiks! hiks! hiks! "
" non Disha! ", aku kaget seseorang menepuk bahuku yang membuatku membuka mata.
" bibi? ini Disha dirumah ya? ", tanyaku bingung.
" iya non! dari tadi non Disha emang dirumah! Kenapa non? non Disha mimpi ya? ", aku lega mendengar bibi. Tadi itu cuma mimpi ternyata. Lagi-lagi mimpi yang menyedihkan bahkan kali ini lebih menyeramkan. Dua teman baikku seakan pergi meninggalkanku.
" iya bi! tadi Disha mimpi! ada apa bi? ", tanyaku.
" itu non ada telpon katanya temennya non Disha ", refleks aku berdiri mendengar bibi mengatakan itu. Ini sama seperti mimpiku. Tanpa basa-basi dan bertanya lagi, aku langsung berlari dan segera mengangkat telepon. Semoga mimpi itu tidak jadi kenyataan! Aku sedikit takut dan ragu saat menerima panggilan telepon itu.
" ha-lo? ", kataku sedikit terbata.
' halo dis! ini gue Rio.."
Deg!
Jantungku berdegup lebih kencang. Kenapa harus Rio? ini sama seperti mimpiku barusan. Oh Tuhan! Semoga bukan! semoga bukan!
" a ada apa Yo? ", tanyaku masih terbata.
' ini dis si Dave!...', mendengar nama Dave aku langsung panik. Dan belum sempat Rio meneruskan kalimatnya tapi sudah aku potong dengan pertanyaan.
" Dave kenapa? ", tanyaku cemas. Rio diam saja tidak menjawab, aku semakin panik. Jangan sampai mimpiku jadi kenyataan.
" Yo! Dave kenapa? ", tanyaku lagi karena belum mendapat jawaban dari Rio.
' Lo kenapa dis? ', tanya Rio balik. Dengan cepat aku menjawabnya.
" aku gakpapa! Dave kenapa Yo! dia baik-baik saja kan? ", tanyaku sekali lagi.
' enggak dis! dia lagi gak baik! '
Mendengar Rio mengatakan itu, tubuhku seakan lemas. Apa mimpiku benar-benar jadi kenyataan? Oh Tuhan! Aku diam mematung ingin mendengar kalimat Rio selanjutnya.
' Dave! dia... ', ucapan Rio terhenti. Aku masih diam mendengar kelanjutannya.
' dia..dia frustasi dis! katanya dia kangen sama Lo, sejak tadi dia terus aja ganggu gue--- ', ujar Rio disebrang sana. Aku menghembuskan napas lega. Tapi sekaligus tidak bisa menyembunyikan rasa marahku. Kenapa Rio main-main sih!
" jadi Dave gak kenapa-napa? kenapa kamu gak bilang dari tadi Yo! kenapa kamu buat main-main sih! tadi tuh aku beneran takut tau gak! lain kali jangan bercanda kayak gitu lagi Yo! aku gak suka! yaudah maaf ya aku tutup teleponnya ", ucapku dengan nada sedikit marah. Lalu langsung mengembalikan gagang telpon ke tempatnya. Ini pertama kali nya aku marah-marah kayak gitu, apalagi ke Rio. Biarin deh! salah sendiri dia main-main kayak gitu! dia gak tau apa! aku baru aja mimpi buruk soal Dave dan Fara. Kejadiannya sama banget lagi kayak dimimpi. Tapi aku bersyukur mimpiku gak jadi kenyataan. Namun aku tetap masih kesal sama Rio.
Tenang dis! tenang! Calm down! Tarik napaaaasss! Buaang! Huuhh! Aku kembali ke taman belakang untuk mengambil laptopku yang kutinggal begitu saja. Hari semakin sore, entah berapa lama aku tertidur. Efek dari PMS marahku belum reda juga. Aku kesal sekali sama Rio. Untung aja masih ada beberapa hari sebelum masuk sekolah jadi aku gak perlu melihat Rio untuk sementara waktu. Entah bagaimana nanti kalo aku bertemu sama Rio, semoga aja dia lupa kalo aku pernah marah-marah sama dia.
Aku pergi ke kemar untuk mandi. Melihat handphone ku sebentar dan ternyata lowbat. Setelah memastikan baterai ponselku terisi aku melanjutkan niat ku untuk mandi. Aku memilih berendam di air dingin untuk menyegarkan tubuhku. Aku menghela napas panjang.
Kenapa akhir-akhir ini aku selalu mimpi buruk sih? dan kenapa dimimpiku selalu ada Fara!
Ra! kenapa kamu selalu datang dimimpiku sih? Mimpiku sebelumnya ada Fara sama kak Genta, kemudian setelah itu kak Genta pergi dari rumah. Dan dimimpiku yang sekarang ada Fara sama Dave. Semoga aja ini bukan pertanda apa-apa! Tadi itu cuma mimpi! cuma mimpi dis! kamu gak usah mikirin macem-macem! Aku berusaha menenangkan diriku sendiri. Setelah beberapa menit berendam aku segera mengakhiri ritual mandiku. Selesai dari mandi aku pergi ke dapur untuk mencari makanan. Aku lapar sekali! Tadi aku bahkan belum makan siang gara-gara ketiduran.
" non Disha mau makan non? ", tanya bibi yang melihatku berada didapur.
" iya bi! disha laper banget! "
" waahh non! bibi tadi gak masak non karena non disha tidur tadi! tapi kalo non Disha laper biar bibi masakin sekarang ya non! non Disha mau makan apa? ", tanya bibi.
" emmm gak usah deh bi, biar Disha masak sendiri aja ", sahutku. Mendadak aku mendapat ide untuk memasak sendiri. Lumayan untuk menghilangkan rasa bosan. Sekali-kali coba makan hasil masakan sendiri.
" non Disha yakin? biar bibi masakin aja ya non! ", ucap bibi.
" enggak bi, Disha mau coba masak sendiri aja. Udah bibi kesana aja! disha mau masak dulu bi "
" beneran non? nanti kalo non Disha butuh bantuan panggil bibi aja ya non! ", tukas bibi yang langsung aku angguki.
Setelahnya aku mulai mengeluarkan aksiku didapur. Aku menyiapkan bahan dan alat yang aku butuhkan untuk memasak. Berbagai peralatan dan bahan masakan sudah tidak karuan bercecer didapur. Sebenarnya aku gak bisa masak, cuma gara-gara tadi aku sempet lihat tutorial masak-masak jadi aku pengen masak sendiri. Yahh walaupun cuma omlet rasa keju doang. Gak tau rasanya jadi gimana nanti! Selama beberapa menit aku berkutat didapur akhirnya omlet rasa keju buatanku jadi juga. Omlet sudah terdampar cantik diatas piring dan siap aku makan. Gak jelek-jelek amat penampilannya! aku kasih nilai 75 deh buat penampilannya! Ku iris sepotong omlet lalu kusendokkan kedalam mulutku. Aku membelalakkan mataku. Ahh asin sekali! kayaknya aku kebanyakan masukin garemnya deh ditambah ada kejunya kadi makin asin deh! Percobaan pertama failed! Lain kali aku bakal coba lagi yang lebih enak dari yang ini. Kalo makan kayak gini rasanya aku gak bakal kuat ngabisinnya deh! kemudian aku punya ide cemerlang. Aku pergi ke dapur mengambil kecap manis dari sana. Lalu menuangkannya diatas Omlet tadi. Aku memakannya lagi, lumayan lah! seenggaknya gak se asin yang tadi!
Waahh Akhirnya aku bisa up juga ya! ^•^ Ada yang seneng gak sama chapter ini? Ada yang nungguin? Semoga kalian tetap setia ya sama Adisha dan juga Dave ^^. Seperti biasa aku mau ngucapin terimakasih sama kalian buat yang setia sama kisah dari adisha ini^^
Semoga menghibur ya;)