Risya semakin erat menggeggam tangan Toni yang dikira Arul. Hati Toni terbakar cemburu karena cinta Risya yang begitu besar pada Arul. Andai waktu itu Toni menyatakan cintanya pada Risya mungkin Risya tidak akan menikah diam-diam seperti ini. mungkin Risya akan menikah dengannya bulan depan seperti rencananya. membawanya ke Jakarta. memberikan pernikahan seperti seorang Princes seperti impiannya dimasa kecil.
" kak...Toni....kak Toni lihat deh." Risya kecil berlari kearah Toni membawa sebuah kotak musik dengan boneka putri dan pangeran sedang berdansa. musiknya sangat indah.
"apa itu Sya ?" tanya Toni yang nggak mengerti dengan boneka.
"ini kotak musik kak. liat nih !" Risya lalu membuka kotak musik dan memasang sepasang boneka yang sedang berdansa.
"wah..indah banget sya musiknya." toni sangat suka melihatnya.
" bagus kan kak. " Risya memperhatikan boneka pasangan itu.
"kak, besok kalo udah gede aku mau jadi seperti boneka itu kak. menjadi princes, aku mau menikah ditempat yang mewah, pake baju yang bagus kaya princes dan menikah dengan pangeran kak. pangeran itu pasti orang kaya kan kak ? " tanya Risya.
" iya pangeran pasti orang kaya. emang kamu mau menikah sama orang kaya?"
" mau kak. pokoknya aku mau menikah dengan pangeran tampan yang kaya raya."
impian Risya kecil yang ingin diwujudkan oleh Toni.hingga dia berusaha keras untuk menjadi orang kaya. namun takdir berkata lain. Princess kecilnya saat ini sedang menderita karena pangeran tampan. namun bukan dirinya. Toni lalu mengangkat tubuh Risya dan dibaringkan di ranjang kamar pribadinya di ruangan itu.Dibiarkannya Risya tidur. sementara Toni tidur di sofa.
*******
Arul kembali ke rumah kontrakannya dengan Risya. Dilihatnya hiasan2 di ruang makan. lampu flipflop yang di pasang Risya untuk makan malam mereka tampak masih menyala indah. Ruangan yg sudah dihias begitu cantik oleh Risya. dan makanan yang bahkan tidak tersentuh sedikitpun. masih begitu rapi. ternyata istrinya juga menyiapkan sebuah candiled Dinner untuknya di rumah. Arul melihat makanan kesukaannya diatas meja.yang sudah dihias dengan indah oleh Risya seperti hiasan makanan bintang 5.
Arul menarik kursi dan duduk lalu melahap makanan sambil membayangkan istrinya duduk di depannya dengan senyuman cantiknya. lesung pipit di kedua pipinya membuat Senyuman Risya sangat manis.Arul tersenyum namun bayangan Risya menghilang tiba-tiba membuat Arul tersadar kalau itu hanya halusinasinya saja. Air mata Arul mengalir deras menyesali kebodohannya hingga dia terjebak oleh Bu Dela dan harus berpisah dengan Risya. Arul semakin terisak bahunya sampai terguncang hebat karena emosi yang tertahan, dadanya terasa sesak namun dia masih menyuapkan makanan ke mulutnya hingga berceceran di lantai karena isakan tangisnya yang semakin keras.
Hati Arul tak sanggup kehilangan Risya. serpihan sertifikat menikah siri yang sudah dirobek2 oleh Risya menjadi serpihan kecil. kemudian di susun kembali oleh Arul sampai Arul tidak tidur semalaman.
Pagi harinya mang Ali yang tidak melihat Arul di masjid sholat subuh datang ke kontrakan Arul.entah mengapa mang Ali merasa terjadi sesuatu sama Arul hingga dia tidak sholat subuh berjamaah di masjid. Mang Ali hendak mengetuk pintu, tapi ternyata pintu depan tidak terkunci.
" Assallmuallaikum...rul, Arul. " Mang Ali lalu masuk ke dalam rumah. Dilihatnya Arul yang tertidur sambil duduk di lantai dan kepala diatas meja. diatas sertifikat pernikahan yg sudah disusun kembali. namun tidak pernah bisa sempurna. tubuh Arul bergetar hebat dan mulutnya memanggil-manggil nama Risya terus menerus. membuat mang Ali khawatir.
" Risya... jangan pergi...sayang...jangan pergi."
" Rul...Arul...apa yang terjadi.waduh...badannya panas pisan. kamu sakit Rul. " mang Ali memegang dahi Arul yg begitu panas.
" waduh...gimana ini. mana badannya panas gini. nenk Risya lgi kemana atuh? ini suaminya sakit begini.Ya Ampun...sampe lupa nenk Risya mah tadi malem berangkat ke Jepang ya. malah suaminya teh sakit. "
" Rul...bangun atuh rul.kita ke dokter ya. " mang Ali masih mencoba membangunkan Arul yang semakin pucat, badannya sampai menggigil dan tubuhnya sangat lemah. akhirnya mang Ali meminta bantuan warga untuk mengangkat tubuh Arul dan dibawa ke rumah sakit. Arul harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. mang Ali mencoba menelpon Risya berkali-kali namun tidak pernah diangkat oleh Risya. mang Ali jadi bingung pasti terjadi sesuatu antara Risya dan Arul.
Arul sudah lebih baik dan lebih bersemangat pagi ini. Ada bahagia di wajahnya karena hari ini dia boleh pulang dan besok dia akan berangkat ke Jepang bertemu dengan istri tercintanya Risya. Arul bertekad untuk menjelaskan kesalahpahaman ini pada Risya jika perlu dia akan berlutut memohon Risya dan meminta maaf padanya.
" Rul, kamu sudah siap?" tanya mang Ali yang menjemput Arul
"Iya mang. aku sudah siap. "
" Rul, apa mamang boleh tau apa yang terjadi sama kamu dan nenk Risya?" Tanya mang Ali lalu duduk disebelah Arul.
" panjang mang ceritanya. "
" kalian berdua marahan? "
Arul mengangguk. " Risya salah paham mang sama Arul "
" maksud kamu ? "
Arul lalu menceritakan kejadian yang terjadi malam sebelum Risya pergi ke Jepang.
" wah...kok jahat bener ya bu Dela.tapi beneran nggak terjadi apa-apa antara kamu sama bu Dela Rul?" mang Ali masih nggak percaya dengan perkataan Arul.
" aku yakin nggak mang. tapi aku nggak tau bagaimana banyak sekali kissmark di tubuhku mang. tapi aku sungguh nggak ingat apa2 setelah minum air yang diberikan bu Dela padaku. "
" Nah itu yang mamang takutkan Rul. terjadi apa-apa antara kamu sama Dia. aduh bagaimana besok kamu menghadapi nenk Risya disana atuh. "
" Yang penting aku harus ketemu dulu sama Risya mang dan menjelaskan semuanya. aku nggak mau berpisah dengannya mang. beberapa hari saja aku sudah sangat tersiksa sampe harus diopnam begini mang. "
" mamang tau Rul kamu sangat mencintainya. mamang doakan kalian rujuk kembali. Dan kembali baik dan bersama lagi. mamang ikut sedih liat kondisi kamu kalo terpisah dengan nenk Risya. Kamu bagaikan ayam yang kehilangan induknya. "
" hm...iya mang. aku sangat merindukannya walau baru sebentar berpisah dengannya. "
" Ya udah tuh ayuk kita pulang. kamu jugakan harus siap2 buat berangkat ke Jepang besok."
" Ayuk mang. aku nggak sabar pengin segera berangkat dan bertemu Risya. "
" ya...iya....mamang paham rasanya. mamang juga pernah muda kaya kamu." mang Ali menepuk-nepuk punggung Arul.
Sementara Risya sudah 4 Hari berada di Rumah Toni dan terbaring sakit. hingga harus diinfus di rumah. karena Toni nggak mau membawa Risya ke rumah sakit. takut kalo Arul akan menemukan Risya.
Kepala Risya masih terasa pusing setelah semalam demam tinggi hingga Toni terpaksa tidak tidur untuk menjaga Risya. Risya menemukan Toni yang tertidur disamping ranjang sambil terus memegang tangannya.
Risya berusaha bangun dan menarik tangannya dari genggaman Toni perlahan karena nggak mau membangunkan Toni. Tapi Toni begitu khawatir dengan kondisi Risya hingga gerakn Risya yang begitu lemah membuat Toni terbangun.
" eh sya..kamu udah bangun? gimana kondisi kamu? apa udah lebih baik ? tanya Toni lembut