webnovel

Love Rain

Ara. Seorang gadis yang memiliki sebuah penyakit turunan dari sang ibu, ia harus melakukan hal lain, untuk dapat mengingat sesuatu. Lalu, sebuah mimpi buruk tiba-tiba hadir di malam-malam tidurnya. Mimpi buruk yang selalu membuatnya merasa ketakutan saat terbangun. Juna. Teman masa SMA Ara. Ia menyukai Ara sejak kelas 1 SMA, tapi sampai ia dewasa, ia tak pernah bisa mengungkapkan perasaannya ke Ara. Apalagi, Ara telah memiliki kekasih. Lalu, sebuah kenangan masa lalu, membuat diri Juna selalu diliputi perasaan bersalah dan marah. Dewa. Teman kuliah Ara. Dia anak lelaki yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Lalu disaat dirinya memiliki kekasih, cinta lamanya kembali hadir. Kembali mengusik percintaan Dewa. Lalu, dapatkah Ara mengetahui tentang penyebab mimpi buruk yang selalu mendatanginya? Dan dapatkah Juna akhirna bisa menyatakan rasa sukanya ke Ara? lalu bagaimana ia menghadapi rasa bersalah dan rasa marahnya akan kenangan masa lalunya? Dan untuk Dewa, bisakah ia menghadapi godaan cinta masa lalu yang tiba-tiba hadir di tengah kisah percintaannya? Sebuah takdir yang akan menuntun mereka, entah mereka mampu menerima atau tidak dalam memperoleh jawaban yang mereka cari selama ini. Karena semua bukan hanya tentang jawaban, tapi tentang cara kita menerima akan sebuah jawaban itu.

Caira_Asmara · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
397 Chs

Siapa ya?

"Berarti lu emang gak beneran suka dari hati Dit, bisa jadi hanya perasaan kagum aja."

"Begitu ya kak?"

"Menurut kakak sih gitu. Emang si cewek itu siapa sih? Berani nolak aura ganteng lu."

"Adalah kak pokoknya. Setidaknya, berkat dia gue jadi belajar sesuatu."

"Tentang?"

"Hati."

"Baguslah kalau seperti itu, tapi lu juga harus Percaya! Bahwa lu bisa nemuin seseorang yang bisa membahagiakan elu dan elu akan berusaha membahagiakan dia juga nantinya."

"Iih, kok kata-katanya hampir sama kak."

"Kata-kata siapa?"

"Kata-kata kak Jun sama cewek itu."

"Hanya kebetulan mungkin Dit, ini sebenarnya kata-kata dari si cewek itu Dit . Dia selalu mengucapkan kalimat tersebut jika diantara teman-teman kita ada yang putus cinta atau ditolak cintanya, walaupun terlihat klise, tapi gue suka dia mengucapkan kalimat tersebut."

"Kenapa gak kakak utarain aja sih, rasa suka kakak ke dia. Nanti keburu diambil orang kak."

"Inginnya seperti itu Dit, tapi entah kenapa, mulut gue gak bisa bilang itu di depan dia."

"Kakak yang bilang sendiri kan kalau dia orangnya gak peka banget sama sikap-sikap kakak waktu dulu, jadi mungkin dia akan responsive kalau kakak bilang langsung."

"Iya Dit. Gue pasti akan bilang, nanti."

~~~~~

-->Ara

Sepulang dari Jogja, gue memutuskan untuk meliburkan diri, lebih tepatnya tukar hari libur sama Talia sih. Setelah kepulangan Sammy, gue masih berkutat dengan draft-draft untuk novel terbaru yang akan gue buat.

Bersyukur banget, karna novel terakhir gue diterima baik dengan para pembaca. Walaupun pasti, ada yang tidak menyukainya juga. Libur kuliah tinggal minggu ini saja, hari Senin nanti sudah normal kuliah dan menjalani semester dua.

"O iya, kenapa gue gak minta nomer handphone Juna ya? Dasar," ucap gue menepok jidat.

"Gimana reaksi Juna ya? Kalau tahu tentang pengakuan Dito ke gue kemarin, semoga aja Dito gak cerita-cerita ke Juna. Bisa-bisa gue diomelin lagi kayak waktu jaman SMA dulu karna nolak perasaan orang lain lagi. Apalagi yang gue tolak kemarinkan, adiknya. Arrrghh, jangan sampai deh Juna tahu,"ucap gue.

Dulu Juna selalu seperti itu, ngomel-ngomel karna gue menolak rasa suka mereka ke gue. Padahal gue belum sempet cerita, tapi dia udah tahu duluan dan mulailah dengan segala khotbah dia. Kalau ingat waktu itu, merasa lucu sekarang.

Flashback…

"Ra? Kamu nolak Demian?"

"Nolak apaan sih, Jun?"

"Nolak pengakuan cintanya ke kamu."

"Iya, kok lu tahu sih?"

"Semua anak juga tahu kali Ra, kan dia nembak kamu di depan banyak siswa."

"Ya tapikan, elu gak ada di sana Jun."

"Bukan itu masalahnya sekarang. Masalah yang sekarang, kenapa lu tolak dia Ra? Padahal dia udah ngedeketin lu dari lama."

"Ngedeketin gimana sih? Kan dia emang deket sama banyak orang."

"Kamu itu bener-bener gak peka banget ya? Selama ini kan dia selalu baik dan berusaha deket sama kamu Ra, masak kamu gak sadar sih? Padahal semua orang juga tahu kalau dia ada rasa sama kamu."

"Tapi gue gak suka dia Jun. toh, gue juga udah pacar. Kenapa dia masih nembak gue."

"Pacar? Siapa?"

"Elu lah, gimana sih Jun."

"Tapi kan, kita cuman boongan Ra."

~~~~~

Hubungan gue sama Juna memang hanya pacar bohongan, itupun hanya kami berdua yang tahu. Walaupun di mata para siswa kami bilang pacaran, tapi tetap saja ada siswa-siswa yang menyatakan rasa sukanya ke gue maupun Juna. Entah mengapa jawaban kami berdua selalu menolak pengakuan mereka.

Alasan gue menolak mereka, karna memang gue gak ada rasa yang sama ke mereka. Dulu gue berpikir, walaupun hubungan gue dan Juna hanya bohongan, setidaknya harus ada kata usai dulu dari hubungan kita. Gue gak mau dicap jadi cewek gak baik karna menerima orang lain disaat gue punya suatu hubungan dengan Juna, walaupun hubungan kami hanya bohongan.

Dulu sih Juna selalu bilang kalau dia udah suka lama dengan seorang cewek, itulah alasan dia selalu menolak para gadis yang menyatakan cintanya. Gue sempet tanya gimana kalau si cewek itu tahu soal hubungan gue sama Juna, dan Juna hanya menjawab,

"Tenang aja Ra. Dia cewek terkebal dengan segala tindakan cowok di sekitar dia."

Kadang gue berfikir, secuek apa sih tu cewek sampe gak bisa tahu kalau ada Juna yang udah menyukai dia dari dulu. Padahal Juna itu cowok yang mudah membuat seseorang nyaman di dekat dia, gue aja ngerasa nyaman banget di dekat dia. Penasaran banget sama itu cewek. Pasti Dito tahu soal cewek itu, sampai-sampai Juna nutup mulut Dito buat cerita kemarin waktu di Jogja. Tapi kok, gue gak tahu apa-apa ya? Juna curang.

Tring… bunyi notifikasi pesan masuk.

#####

"Ra, ini aku. Juna."

Juna? Pasti dia minta nomer gue ke Dito.

"Oke Jun, gue save ya?"

~~~~~

Keesokan hari

"Morning-morning?" ucap Ara memasuki cafe love milk.

"Morning Ra, gimana liburan lu?" tanya Bembi.

"Alhamdulillah seru Bem, lu gimana?"

"Seru juga dong, gue udah jadian Ra," ucapnya berbisik.

"Seriusan? Sama Talia kan?"

"Iya serius. Iyalah sama dia, kan gue sukanya sama dia Ra."

"O, iya ya. Tapi kok, Talia gak cerita ke gue sih kemarin?"

"Dia pengen diem-diem dulu Ra, malu katanya."

"Oalah, congrats yaa kalau gitu. Akhirnya rasa galau lu yang selalu lu ceritain terjawab bahagia juga. Gak sabar pengen ngejahilin Talia gue Bem," ucap Ara, dengan mimik jahil.

"Thanks Ra, berkat lu gue jadi bisa jadian sama Talia. Jangan Ra, entar ngambek dia sama gue."

"Hahaha, canda Bem."

"Perhatian! Perhatian! Bisa berkumpul sebentar?" pinta pak Rico, sambil menepukkan kedua tangannya tiga kali.

Seluruh pegawai cafe mulai bergegas mendekati area pak Rico, tak terkecuali Bembi dan Ara yang sedang asik berbincang. Setelah semua pegawai berkumpul, pak Rico memulai kembali pembicaraannya.

"Pertama-tama, saya sangat berterima kasih dengan kinerja dan kerja keras kalian semua untuk cafe ini, hingga cafe kita bisa menjadi lebih hidup dan baik dalam segi pelayanan dan makanannya. Kedua, saya ingin berpamitan ke kalian untuk pergi selama dua bulan dari kegiatan cafe ini."

"Pak Rico mau ke mana pak?" tanya Ara.

"Saya mau ke Australia Ra. Ada hal yang harus saya selesaikan di sana."

"Lalu? Siapa yang akan mengawasi dan membimbing kita pak?" tanya Bembi.

"Seorang teman baik saya akan mengantikan saya sementara Bem. Jadi, saya harap! Kalian mampu beradaptasi dan bersosiali dengan dia nantinya."

"Apakah dia galak pak?" tanya Talia.

"Hahaha, tidak Tal. Kalian akan merasa senang dia ada di sini, dia ganteng lho!" ucap pak Rico menegaskan.