webnovel

NAERA ROSE MENGHILANG!

Masih dengan dendam yang sama, Liona memandang sebuah kamar yang ia yakini bahwa Naera berada di kamarnya. Pasalnya, di depan pintu kamar itu ada ukuran huruf NR. Siapa lagi kalau bukan Naera Rose?

Liona dan komplotan bejatnya hanya fokus pada Naera saja. Mereka tak akan mengusik Adam serta Niola yang juga sama-sama berada di rumah tersebut.

Cklek!

Pintu bilik berhasil dibobol hanya dengan satu kali congkelan.

"Lihatlah betapa miskinnya gadis ini! Rumahnya saja mudah dimasuki, karena tidak memiliki pengaman." Liona berbisik pada orang-orang suruhannya.

Dan, tampaklah seorang gadis dengan piama kurang bahannya itu tengah tergelempang di atas kasur dan sedikit mendengkur. Tak ingin berlama-lama apalagi sampai ketahuan, mereka langsung membekap mulut Naera menggunakan sapu tangan yang sudah disemprot oleh cairan bius.

Naera sempat membuka mata dan melihat ada empat manusia bertopeng di kamarnya, tetapi detik itu juga ia pingsan dan tak mampu merasakan apa-apa lagi selain aroma yang menyengat dan mematikan indrra penciuman.

Dia dibopong menuju mobil dan dilarikan ke suatu tempat.

***

Semua orang yang berada di kediaman Adam dibuat heboh dengan menghilangnya Naera Rose. Sejak pagi hingga pukul 12 siang gadis itu tiada menampakkan batang hidung. Niola mendapati handphonenya di meja nakas kamar. Begitupun Adam yang tak menemukan tanda apapun, karena komplotan Liona berhasil menutup pintu kamar serta pintu belakang dengan rapi kembali.

"Merepotkan saja, hah!" Niola bermonolog dengan dirinya sendiri. Ia kemudian menghampiri Adam yang sedang sibuk di beranda rumah sambil menanti kepulangan putrinya.

"Kurasa Naera kabur dari rumah ini," ujar Adam saat melihat kedatangan sang istri.

"Mustahil! Dia yang sudah berjuang untuk mendapatkan hatimu lagi, tak mungkin semudah itu pergi," balas Niola dengan ucapan yang masuk akal.

"Bagaimana ini?"

"Ah, sebaiknya kita bicarakan saja pada William."

Seketika itu pula Adam berlari ke kamarnya dan mengambil gawai. Untungnya mereka sempat bertukar nomor telepon waktu itu.

Adam mengabarkan pada William yang tengah sibuk di kantornya. Ia berkata, kalau perempuan itu tidak ada di kamar hingga tengah hari. Bahkan, ponselnya saja pun tidak ia bawa.

Orang yang mendapat kabar tentu saja bingung dan memutuskan untuk meninggalkan urusannya demi menyambangi kediaman Adam. Meski pernikahannya dengan Naera hanya sebatas kertas, tapi bukan berarti ia akan diam apabila kehilangan calon istrinya tersebut.

"Tunjukkan padaku di mana kamar Naer Rose!" kata William setelah ia berhadapan dengan Adam.

Calon mertuanya membawa William ke sebuah bilik dengan logo NR di pintunya. Ia melongo ke seluruh penjuru guna menemukan jejak-jejak hilangnya Naera.

"Apa di sini ada cctv?" tanya William.

"William, sesungguhnya kami tak akan kebingungan, jika di sini terdapat benda perekam seperti itu," jawab Adam.

Setelah selesai bicara, Adam duduk di ranjang milik putrinya sambil menundukkan kepala. Ia tidak tahu motif apa yang membuat Naera hilang tiba-tiba.

William sangat akrab dengan perasaan Naera yang begitu menyayangi Ayahnya. Jadi, mustahil bagi dia meninggalkan lelaki itu apalagi tanpa kabar. Hanya ada dua kemungkinan; Naera yang sengaja pergi untuk melakukan sesuatu dan tidak berniat kabur, atau …

Tap!

"Benda ini?"

William menangkap sebuah gelang permata merah di kaki ranjang milik Naera Rose!

"Apakah Naera mempunyai benda ini?" katanya sambil mengangkat benda bulat tersebut.

Adam dan Niola sama-sama menggelengkan kepala.

"Seingatku dia tidak ada memakai perhiasan apapun," jawab istri Adam.

"Aha! Tertangkap kau."

William menggenggam gelang tersebut dan memasukkannya ke dalam saku celana. Tak lain dan tak bukan perhiasan itu adalah milik Liona Vinch, sang mantan kekasih. Orang mana yang saat ini terlibat dengan Naera kalau bukan wanita itu? Kebetulan sekali gelang ini adalah kepunyaannya.

"Ada apa?" Adam mendapati senyum menyeringai di wajah William.

"Tuan dan Nyonya tidak perlu khawatir, karena aku sudah menemukan siapa dalang di balik semua ini. Naera Rose telah diculik!"

Pernyataan itu mengundang keterkejutan di diri Adam serta Niola. Siapa yang sudah dengan tega menculik anak perempuan di rumah itu? Seketika Adam menjadi cemas. Ia berspekulasi, bahwa Naera telah dihukum oleh para penculik tersebut tanpa tahu apa kesalahannya.

"Siapa yang telah melakukannya?"

"Kau akan tahu setelah manusia itu kubawa ke sini,Tuan!"

William keluar dari bilik Naera menuju mobilnya sendiri.Sebelum benar-benar pergi, ia sempat berpesan pada calon mertuanya."Tetaplah di sini dan jangan panik! Aku akan kembali dengan membawa Naera Rose."

Adam beserta istri tidak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Namun, William memberi semangat pada keduanya untuk tidak mencemaskan Naera. Detik itu juga Adam merasa bahwa harapan untuk melihat dan tinggal bersama putrinya kembali hadir. Ia pun dengan rela melepas kepergian William dengan segala janjinya.

***

"Lepaskan William atau aku akan semakin menyiksamu!"

Di sebuah rumah tua dan terpencil, Liona membawa Naera dan menyekapnya di sana. Sejak wanita itu sadar dari dosis bius, ia tiada henti menghardik Naera. Perempuan yang sedang terbakar api itu terus saja memaksa agar Naera memutuskan William dan membatalkan acara pernikahannya. Setiap kali Naera menolak, maka ia akan menampar atau menjambak rambutnya. Liona juga tak segan-segan memberikan siksaan di luar dugaan Naera Rose.

Naera yang sedang diikat di atas kursi mendongak menatap lawan bicaranya. Meskipun tidak diberi makan dan kerap dihardik, tetapi Naera masih bisa mempertahankan tubuh serta keteguhan hatinya. Berulang kali ia menolak suruhan Liona, bahkan meminta wanita itu untuk lenyap dari kehidupan William.

"Jawab, Naera!"

PLAK!

Sebuah tamparan lagi-lagi mendarat di pipi kanan Naera Rose.

Kepala Naera bergulir ke sebelah, lalu kembali menghadap Liona. "Kau terlalu membuang waktu untuk hal tidak berguna ini, Liona. Bahkan, ketika kau siksa aku hingga nyaris mati pun, aku akan tetap bertahan dengan pilihanku."

Balasan Naera semakin mengundang amarah di diri Liona. Dia meminta sebotol air pada anak buahnya dan menyiram Naera tanpa aba-aba.

BYUR!!!

Saat itu juga sekujur tubuh Naera basah kuyub.

Tanpa mengedepankan hati, Liona mencekoki mulut Naera dengan sisa air yang masih ada, sehingga dara satu itu kesulitan bernapas. Naera menggeol-geolkan kepalanya dan menyundul botol tersebut sampai jatuh ke lantai.

"Ohoho! Masih bisa melawan ternyata. Apa kau menginginkan penyiksaan yang lebih kejam dari ini, Naera?" Liona tertawa licik.

Karena Naera tak menjawab, Liona pun beranjak ke dapur rumah tersebut dan kembali dengan membawa korek serta minyam tanah. Naera sempat membulatkan mata, tapi sebisa mungkin ia menahan kegugupannya. Naera hanya berharap semoga akan ada keajaiban di sana.

"Kau ingin melepaskan William atau tidak?" bentak Liona sambil mengarahkan mulut botol minyak tanah ke kepala Naera.

"Lakukan saja, Liona. Kelak kau akan mendapat balasan yang setimpal."

Liona semakin tertantang dengan ucapan Naer Rose. Wanita yang baru disiram oleh air tersebut, kini harus ditimpa lagi dengan minyak tanah. Naera dapat merasakan rasa pahit akibat air yang berhasil menembus bibirnya, meskipun telah terkatup rapat. Sekarang ia benar-benar pasrah. Jika harus mati, maka ia akan mati dalam keadaan menang melawan Liona Vinch.

***

Bersambung