Rencana untuk mencuci otak keluarga Morgan gagal total. Sekarang saatnya Liona untuk melancarkan misi kedua, yakni menemui Naera. Tak perlu repot-repot memikirkan di mana keberadaan wanita itu, karena Liona sudah tahu dari anak buahnya sendiri.
Keesokan paginya sekitar pukul sepuluh, Liona sudah sampai di kediaman Adam. Alangkah terkejutnya ia saat melihat gedung yang ukurannya tidak seberapa itu. Dipikirnya Naera adalah sosok putri bangsawan dengan rumah bak istana. Namun, apa yang ia lihat? Kediaman Adam sama persis dengan rumah-rumah yang ditempati oleh pembantunya.
"Cih! William menikahi seorang gadis miskin? Bodoh sekali ia," gumam Liona.
Ia sedikit melongo ke arah pintu yang terbuka tersebut. Furniture yang berada di bangunan tersebut juga biasa aja. Tak ada yang mampu menarik perhatiannya.
"Siapa kau?"
Wanita bertubuh tinggi semampai dengan rambut agak pirang menyapa Liona. Ia membalikkan tubuh dan mendapati Naera sudah melirik ke arahnya penuh tanda tanya.
Liona menyisir sekujur badan Naera. Cukup cantik! Kemudian ia melirik ke arah tubuhnya sendiri. Mencari kelebihan yang dimiliki oleh Naera, tapi tidak dimiliki olehnya. Liona tak dapat membohongi hatinya sendiri. Biar pun miskin, tapi Naera memiliki wajah yang sempurna serta tubuh yang ideal. Pantas saja ia dicap sebagai danger woman atau perempuan bayaran kelas kakap. Barangkali, hal itu jugalah yang membuat William tergila-gila sampai rela mempersunting seorang Naera.
"Kau yang bernama Naera Rose?" Liona memicingkan mata.
Sebelumnya Liona hanya melihat sosok itu melalui sebuah foto. Ini merupakan kali pertama ia menyaksikan Naera secara langsung, yakni dengan mata kepalanya sendiri.
"Iya. Kau sendiri siapa?"
Naera yang baru saja pulang dari salah satu warung dikagetkan dengan kehadiran gadis modis di rumahnya. Ia tak mengenali perempuan tersebut.
"Aku Liona Vinch. Putri Vinch yang memiliki sebuah perusahaan ternama di negara ini," kata Liona menyombongkan hartanya.
Mata Naera yang bulat itu semakin terbelalak dan kepalanya tersentak ke belakang. Rupanya sosok yang sekarang berada di hadapannya adalah Liona Vinch, mantan dari calon suaminya. Naera langsung tidak menyukai perempuan yang berlagak sok kaya di depannya tersebut.
"Punya urusan apa kau ke sini?"
"Sejujurnya aku menyesal telah menginjakkan kaki di tempat kotor ini…" Eva mengangkat sebelah kakinya sambil merunduk. "…Tapi aku harus mengatakan padamu, bahwa kau harus menjauhi William!"
"Menjauhi calon suamiku sendiri? Apa kau sudah gila, hem?"
Naera melipat kedua tangannya sambil tertawa. Sekarang ia tahu, bahwa Liona masih tidak rela apabila mantan kekasihnya menikah dengan orang lain. Jika memang begitu, sebaiknya Liona tak melakukan pengkhianatan waktu itu.
"Naera Rose, kau adalah seorang kupu-kupu malam yang kerap menjajakan kelamin pada malam hari. Sementara William Morgan adalah pria terpandang yang juga berasal dari keluarga baik-baik. Lalu, apakah pantas kau bersanding dengannya?"
Naera yang semula tenang malah mendadak keringat dingin. Berarti Liona telah mengetahui siapa dirinya. Ia dengan segenap kemarahan di hati berteriak dengan lantang, "Berani-beraninya kau merendahkanku, wahai pengkhianat! Tidak usah sok tahu tentang aku dan urus saja hidupmu yang belum benar itu."
Naera mentotol jidat Liona dengan buku-buku tangannya. Untung saja tidak ada Adam serta Niola di rumah ini, sehingga dia bisa berbuat sesuka hati.
Gadis yang diperlakukan sedemikian rupa menjadi murka. Lancang sekali Naera menyentuh kulitnya apalagi di bagian kepala. Ini lebih parah dari kalimat yang baru saja ia lontarkan. Liona merasa, bahwa dirinya telah ternistakan.
Liona pun mencampakkan tasnya dengan sembarang, kemudian seketika ia menjambak rambut pirang Naera Rose. Perempuan itu meringis minta dilepaskan, tapi sepertinya Liona memang menginginkan sebuah pertengkaran.
"Jangan salahkan aku jika salah satu gigimu ada yang putus, Liona Vinch!"
Jika berhadapan dengan lelaki, maka Naera akan menjadi tikusnya. Namun, tenaganya itu akan berlebih saat menghadapi seorang wanita. Ia dengan mudah membalikkan lengan Liona dan menguncinya di belakang.
"Lepas!" pekik Liona sambil menendang-nendang udara.
"Kau sudah salah masuk kandang, Nona!"
PLAK!
Naera menampar kemudian mendorong tubuh Liona hingga perempuan itu telentang di tanah, lalu ia menduduki perut Liona dan lagi-lagi memberikan bogem untuk pipinya. Liona tak mampu berkutik selain berteriak meminta pertolongan. Ia bak semut yang diinjak-injak oleh gajah hutan.
"Rupanya hanya segini saja kekuatanmu, hah?" Naera terbahak-bahak.
Seekor lalat tiba-tiba datang dan hinggap di hidung Naera. Saat ia lengah akibat hewab bersayap itu, Liona pun mengambil kesempatan dengan menggulingkan tubuh Naera gantian. Ia berusaha menonjok wajah wanita itu, sedangkan Naera kerap menangkis dengan tenaga khas wanitanya.
Liona berhasil mengangkat kepala Naera dan membantingnya kembali ke tanah. Hal itu ia lakukan sebanyak tiga kali. Melihat lawannya semakin liar, Naera pun mengeluarkan tenaganya yang terakhir.
Ia memukul gunung kembar milik Liona sampai membuatnya berlari kesakitan. Dengan geramnya, Naera mengejar Liona dan menendang bokongnya hingga berbunyi. Liona terjatuh dan Naera tergesa-gesa mengambil gunting di dalam rumahnya.
"Rasakan pembalasanku!"
Krak! Krak! Krak!
Dara yang tengah kesetanan tersebut memotong rambut Liona tak beraturan. Karena Naera, sekarang Liona memiliki surai sebelah panjang dan sebelahnya lagi pendek. Mendapati mahkotanya rusak, Liona akhirnya menumpahkan air mata di tempat. Ia tak dapat menahan kesedihan atas rambut hitam pekat yang selama ini ia bangga-banggakan.
"Kau menangis? Hah, benarkah?" Naera mencekal dagu lawannya.
Ia tidak salah. Liona benar-benar terisak akibat kehilangan rambutnya. Pemandangan itu semakin membuat Naera percaya diri untuk menyiksanya lagi. Namun, Naera mengingat bahwa ia masih memiliki urusan yang jauh lebih penting ketimbang meladeni si perempuan sinting.
"Aku bisa saja membunuhmu sekarang, Liona! Sebaiknya kau pergi sebelum aku melakukan hal itu," kata Naera tanpa memandang lawan bicaranya.
Liona yang sudah merasakan kehebatan Naera, lantas ciut dan kocar-kacir menuju mobilnya. Ia malu sekali dengan Naera. Pasti perempuan itu mencceritakan kejadian ini dengan keluarga Morgan.
"Naera kurang ajar! Lihat saja. Aku akan membalasmu, sialan!"
Liona memukul kemudi mobilnya berkali-kali. Ia juga memegang rambutnya yang sudah entah seperti apa itu. Sekujur tubuh Liona rasanya ingin patah. Ia pun memutuskan untuk ke tempat khusus pijat, lalu ke salon guna merapikan surainya tersebut.
***
Malam ini dengan semua niat dan rencana yang telah Liona kumpulkan kembali, ia menuju kediaman Naera untuk membuat perhitungan. Kali ini ia ditemani oleh tiga bodyguard. Jadi, siapapun tak akan mampu melawannya, termasuk Adam sang kepala rumah tangga.
Mereka bergerak di saat semua manusia tengah terlelap. Bak komplotan maling, tiga lelaki itu mencongkel rumah Naera melalui pintu belakang. Tak lupa mereka juga memakai topeng untuk menambah penyamaran.
"Aku akan melenyapkanmu dengan segera, Naera Rose!" batin Liona setelah anak buahnya berhasil membobol pintu belakang rumah Naera.
***
Bersambung