webnovel

Mencari Jalan Pulang (2)

Kedua wanita itu memperhatikan Odette, begitupun sebaliknya.

"Kenapa semua orang di sini memakai pakaian yang kuno," Odette membatin saat melihat penampilan kedua wanita itu yang mengenakan pakaian seperti seorang kesatria kerajaan.

Setelah terdiam sekitar tiga detik kedua kesatria wanita tersebut yang tidak lain adalah Kesatria Erika dan Kesatria Erina berjalan mendekati Odette.

"He-hey." Odette menyapa takut-takut karena melihat pedang yang tergantung di pinggang kedua wanita itu.

"Siapa kau?" tanya Erika dengan alis menukik dan mata menatap tajam. Dia terlihat tidak ramah dan hal itu membuat Odette merasa tegang.

"Kalau kau bertanya dengan wajah seperti itu, siapapun akan merasa takut." Erina menepuk bahu saudarinya lalu beralih melihat Odette dan tersenyum. Sikap Erina terlihat sangat berbeda dari Erika. Dia terlihat lebih ramah.

"Ada yang bisa kami, bantu? Aku perhatikan kau sedang bingung," kata Erina. Sikapnya membuat Odette merasa senang. Tadi ia sudah khawatir karena berpikir ia tidak akan mendapatkan bantuan.

"Y-ya. Sebenarnya aku memang sedang bingung. Aku sudah berjalan selama tiga jam menyusuri jalan ini tetapi aku masih belum menemukan ujungnya. Apa kau tahu di mana ujung jalan ini?"

Erina berekspresi bingung. Kenapa wanita di hadapannya ini menanyakan hal itu. Sebenarnya wanita ini dari mana dan mau ke mana?

"Lima kilo meter dari sana." Jawaban Erina membuat Odette menelan ludah. Hanya dengan membayangkan dirinya berjalan menempuh jarak sejauh itu, ia merasa ingin pingsan.

Sementara itu Anwen yang memacu Dan dengan sangat cepat tiba-tiba menarik tali kekang Dan sehingga kuda tersebut berdiri dan berhenti secara mendadak. Setelah itu ia dengan sangat hati-hati menarik kekang kudanya untuk berjalan menuju barisan pepohonan yang berada di sebelah kiri jalan untuk bersembunyi.

Anwen melompat turun kemudian berkata, "Dan, ssst."

Dia meletakkan telunjuknya di depan mulut sebagai isyarat agar Dan tidak bersuara dan Dan pun menuruti tuannya.

Setelah Dan tenang, Anwen mengintip dari balik pohon dan memperhatikan Kesatria Erina dan Kesatria Erika mengobrol dengan Nona Ody.

"Nenek benar-benar tidak bisa menunggu walau sebentar saja. Bagaimanapun caranya aku tidak akan membiarkan mereka membawaku pulang ke istana," Anwen bergumam.

Setelah beberapa menit diam memperhatikan, Anwen akhirnya melihat Kesatria kembar itu kembali menaiki kuda mereka dan meninggalkan Odette sendirian.

Saat kedua kesatria tersebut melintas di depannya, Anwen terus melihat mereka hingga sosok mereka perlahan terbenam di kejauhan

Setelah itu ia keluar dari persembunyian dan kembali menunggangi Dan untuk menghampiri Odette.

Odette yang sedang terdiam sedikit terkejut ketika mendengar langkah kaki kuda mendekat.

"Anwen?"

"Nona Ody." Anwen langsung melompat turun dari kuda sesaat setelah dia tiba di dekat Odette. "Nona Ody, kenapa kau meninggalkan castle seperti ini? Aku sedih karena kau pergi begitu saja tanpa memberitahuku."

Sejenak Odette memperhatikan wajah Anwen. Kesedihan yang tipis terlihat di mata gadis itu dan ekspresi wajahnya terlihat jujur bukan sandiwara.

"A-aku minta maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin segera pulang," jelas Odette dengan mata biru yang menunduk sedih.

"Nona Ody ...." Sesaat Anwen menatap Odette dengan dalam lalu tersenyum. "Aku maafkan. Kalau begitu bagaimana kalau aku mengantarmu pulang. Walaupun aku perempuan tetapi aku bisa diandalkan kalau kita bertemu bandit.”.

"Benarkah?" Odette mengangkat pandangannya untuk melihat Anwen.

"Tentu saja. Ayo naik, aku akan membantumu," ucap Anwen. Ia lalu menarik Dan lebih dekat dengan Odette.

Sesaat Odette merasa ragu karena dia tidak pernah naik kuda sebelumnya tetapi dia tidak punya pilihan lain. Ia pun memutuskan untuk naik dengan bantuan Anwen.

Matahari saat ini sudah berada di atas kepala.

Dan berlari cepat membelah angin

Odette yang duduk di belakang Anwen melihat rerumputan yang terhampar luas lalu melihat langit biru di atas.

"Sebenarnya aku ada di mana?" batinnya. Kenapa semua orang yang dia temui tidak tahu tentang kotanya. Bahkan kedua wanita kembar tadi juga tidak mengetahuinya.

Sekarang satu-satunya harapan Odette untuk pulang adalah sungai di hutan. Dia akan meminta Anwen mengantarnya ke sungai itu.

Anwen yang tidak tahu kota yang dimaksud oleh Odette, memutuskan untuk menemani Odette mencari jalan pulang. Anwen tidak ingin pulang ke castle karena di sana ada Kesatria Erika dan Erina sedangkan di istana ada neneknya.

Saat berhasil menemukan jalan pulang dan mereka tiba di rumah Odette, dia akan meminta supaya diizinkan tinggal di sana selama beberapa waktu.

Sementara itu, Kesatria Erika dan Kesatria Erina telah tiba di Green Castle dan sekarang mereka berdiri berhadapan dengan Kesatria Trish.

"Apa Tuan Putri Anwen ada di sini?" tanya Erika.

Trish tidak langsung menjawab, dia mengingat Anwen yang terlihat begitu sedih tadi pagi. "Tidak," jawabnya.

Erika menatap Trish dengan alis yang menukik.

"Jangan berbohong kepada kami. Kau pasti sudah bersekongkol dengan Tuan Putri," tukas Erika.

"Tidak," jawab Trish tenang.

Erika menatap semakin tajam tetapi Trish hanya menatap datar.

"Kesatria Trish."

Manik mata cokelat Trish bergeser melihat Erina.

"Kami diperintahkan oleh Yang Mulia Cristela untuk menjemput Tuan Putri Anwen untuk kembali ke istana. Aku mohon kerjasamanya," ucap Erina.

Sebelum Trish menjawab, Rion datang dari belakang.

Erika dan Erina segera membungkuk hormat saat sang raja berdiri di hadapan mereka.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Rion.

"Kami diperintahkan oleh Yang Mulia Cristela untuk menjemput Tuan Putri Anwen kembali ke istana," jawab Erina.

"Aku tidak mengizinkan," ucap Rion yang membuat kedua kesatria wanita tersebut terkejut. Bahkan keterkejutan yang tipis juga terlihat di wajah Trish.

"Tapi Yang Mulia–"

"Pulang dan katakan kepada Yang Mulia Cristela kalau dia tidak berhenti aku akan membuat pengumuman yang berisi bahwa Yang Mulia Cristela sedang mencari jodoh." ucap Rion memotong ucapan Erina.

"Pffft." Trish hampir tidak bisa menahan tawanya sedangkan Kesatria Erika dan Erina nampak terkejut. Untuk sesaat mereka tidak bisa berkata apa-apa.

"Apa aku harus mengantar kalian keluar hingga ke pintu gerbang?" tanya Rion dengan nada datar namun terasa menakutkan.

"Ti-tidak Yang Mulia." Erina tergagap. Sambil membungkuk hormat bersama dengan Erika, ia menambahkan, "Kalau begitu kami permisi.”

Setelah melihat kedua kesatria wanita tersebut pergi, Trish berkata, "Saya senang melihat Anda peduli dengan Tuan Putri Anwen."

Rion tidak memberikan tanggapan apapun. Sesaat dia hanya memejamkan mata lalu berbalik dan melangkah pergi.

***

Lima orang pria yang mengenakan seragam prajurit Panthera memacu kuda mereka dengan cepat agar tidak kehilangan jejak Tuan Putri Anwen dan Odette. Mereka adalah para prajurit yang diutus Rion untuk mengawal Odette secara diam-diam dan memastikan Odette sampai ke tempat tinggalnya dengan selamat.

Sebelum Anwen datang, mereka hanya membuat kuda mereka berjalan pelan dan sesekali membuat kuda-kuda itu bersembunyi jika Odette menoleh. Namun setelah Anwen datang mereka harus memacu kuda mereka secepat yang mereka bisa karena Anwen merupakan salah satu penunggang kuda tercepat di Panthera. Hanya ada satu orang yang mampu mengalahkan kecepatan Tuan Putri itu dalam berkuda yaitu Raja Rion.

Setelah beberapa menit berlari akhirnya Dan memijakkan kakinya di tanah sebuah perkampungan.