webnovel

Mencari Jalan Pulang (1)

Sinar matahari perlahan-lahan mulai terasa menyengat.

Saat ini Odette sedang berada di ruang kerja Rion. Dia sedang menatap gambar dari sebuah gulungan besar yang terbuka di atas meja. Kalau diperhatikan lebih dekat gambar tersebut adalah sebuah peta.

Sementara Odette memperhatikan peta, Rion yang duduk di seberang meja memperhatikan Odette begitu juga dengan Trish yang berdiri di samping Rion.

Saat ini Odette sedang mencari nama negaranya.

Setelah sarapan tadi pagi Rion menanyakan di mana Odette tinggal karena Rion akan memulangkan Odette jika Odette mau pulang namun saat Odette menyebutkan nama kota dan negaranya, pria itu sama sekali tidak mengerti.

Odette sempat kesal karena merasa Rion mempermainkannya.

Rion yang sudah tidak tahu lagi bagaimana cara membuat Odette mengerti bahwa negara yang Odette sebutkan tidak ada akhirnya mengajak Odette untuk melihat peta dan mencari sendiri negaranya.

Sudah satu jam Odette menatap peta tersebut tetapi tidak juga menemukan negara yang ia cari. Bahkan ia menyadari bahwa semua nama negara yang ada di peta tersebut sangatlah asing dan tidak pernah Odette dengar sama sekali.

Dia mengangkat pandangan melihat dua pria di depannya lalu menegakkan punggungngya.

"Apa kau sudah menemukan negaramu?" tanya Rion datar.

Odette tidak langsung menjawab. Dia baru menyadari kalau dia baru saja melakukan hal bodoh.

Dia hanya hanyut di sungai kecil, kan? Jadi bagaimana mungkin dia terdampar hingga ke luar negeri?

Odette menghembuskan napas kasar. Saat ini ia merasa kesal karena merasa Rion dan Trish sedang mempermainkannya tetapi dia berusaha untuk mengontrol emosinya.

"Dengar. Aku meminta tolong kepada kalian untuk berhenti mempermainkanku seperti ini. Aku benar-benar harus pulang. Ada pasien yang menungguku dan ada seorang gadis yang saat ini benar-benar membutuhkan dampinganku."

Rion dan Trish nampak menatap lurus dan menyimak Odette dengan baik-baik.

"Nama gadis itu adalah Mia. Mungkin kalian sudah menonton beritanya di youtube, di televisi atau membacanya di koran."

Sesaat Rion dan Trish nampak bingung tetapi mereka memutuskan untuk tidak menyela dan terus mendengarkan.

"Dia adalah korban pernikahan dini. Selama bertahun-tahun, dia disiksa oleh suami dan keluarga suaminya. Suami Mia menikahi Mia hanya untuk mendapatkan pewaris keluarga karena istri pertama sang suami tidak bisa memberikan pewaris."

Trish nampak menatap prihatin. Bahkan Rion yang sejak tadi terlihat datar pun ikut memandang prihatin.

"Mia akhirnya melahirkan anak untuk suaminya dan setelah dua tahun, saat suami merasa anaknya sudah tidak butuh asi lagi, Mia diceraikan dan ditendang keluar rumah seperti sampah."

"Biadab sekali," ucap Trish menggertakkan gigi sementara itu Rion nampak tenggelam dalam pemikiran sendiri.

"Mia dipisahkan dari putranya dan karena itu dia sangat depresi. Dia sudah mengalami banyak penderitaan di dalam hidupnya. Aku sudah berjanji kepada Mia kalau aku akan ada di sisinya sampai dia berhasil mendapatkan hak asuh putranya dan menjalani hidup dengan baik. Karena itu aku mohon kepada kalian agar membantuku untuk pulang."

Odette sangat berharap kisah Mia bisa menyentuh hati kedua pria di depannya dan mereka mau membantu Odette untuk pulang.

Odette tidak tahu bagaimana nasib Mia setelah jatuh ke sungai tetapi dia berharap gadis itu selamat dan tidak sedang terdampar di tempat asing seperti yang Odette alami.

Mia pasti selamat. Ah, dia harus selamat demi putranya dan Odette juga harus pulang untuk membantu mereka serta memenuhi janji yang sudah dia buat.

"Tentu saja," kata Rion. "Kau hanya perlu memberi tahu di mana kau tinggal. Aku akan meminta beberapa Kesatria Phantera untuk mengantar dan mengawalmu," Rion menambahkan.

Odette membuang napas lelah lalu beranjak dari duduknya kemudian menatap Rion dan Trish.

"Kalau kalian tidak ingin membantuku aku akan mencari jalan pulang sendiri," katanya lalu berjalan keluar meninggalkan ruangan.

Hembusan angin menggugurkan beberapa helai daun di pohon dan menerbangkan helai-helai rambut Odette yang baru saja keluar dari bangunan castle.

Tanpa pernah berbalik dia terus melangkah menuju gerbang. Para pelayan castle yang melihatnya nampak keheranan, begitupun para penjaga yang menjaga pintu gerbang.

"Buka," kata Odette kepada salah satu penjaga pintu gerbang tetapi penjaga tersebut hanya diam dan merasa bingung harus membuka atau tidak. Namun, saat ekor mata penjaga itu melihat sang raja yang berdiri di depan pintu masuk bangunan memberikan satu anggukan pelan sebagai isyarat untuk membuka pintu gerbang, penjaga itu pun segera mengangguk lalu membuka gerbang.

Odette segera melangkah keluar tanpa rasa ragu.

***

Matahari terus bergerak naik dan sinarnya pun semakin terik.

Saat ini Odette sedang menyusuri jalan setapak yang diapit oleh padang rumput yang luas.

Wajahnya sudah dipenuhi oleh keringat. Napasnya terengah-engah dan dia merasa sangat haus. Dia pikir dia akan menemukan permukiman sehingga dia bisa bertanya kepada orang-orang tentang jalan untuk pulang. Mungkin sekalian meminta bantuan agar diantar pulang.

Semuanya benar-benar di luar perkiraannya. Sejak keluar castle, dia menyusuri jalan setapak yang diapit oleh padang rumput serta pepohonan. Odette mengira dia akan segera sampai di ujung jalan tersebut. Namun,setelah berjalan selama tiga jam, ujung jalan tersebut tidak kunjung ia temukan. Bahkan sejauh matanya memandag, ujung jalan tersebut masih belum juga terlihat .

Parahnya lagi, sejak tadi dia berjalan, tidak ada orang yang lewat yang bisa dimintai tumpangan.

Bagaimana jika malam hari tiba dan dia masih belum juga menemukan ujung jalan itu? Bagaimana jika keadaannya masih sama, tidak ada orang yang bisa dimintai tolong atau jusru dia bertemu dengan orang jahat?

Hiks.

Rasanya Odette ingin menangis. Namun, napasnya menjadi sedikit terhentak saat mendengar suara langkah kaki kuda yang sedang berlari cepat.

Dia menyipitkan mata dan melihat dua orang sedang menuju ke arahnya dengan mengendarai kuda cokelat.

**

"Apa? Nona Ody pergi? Kenapa?" Anwen terkejut saat dia baru saja diberi tahu olah dua pelayannya bahwa Nona Odette meninggalkan castle. "Kenapa kalian baru memberitahuku sekarang?"

"Sejak tadi kami ingin memberi tahu tetapi kami tidak melihat Tuan Putri di mana pun," jelas salah satu pelayannya.

Seketika Anwen ingat bahwa dari tadi dirinya duduk di atas pohon. Dia sedang merasa sangat galau memikirkan bahwa dia akan segera dinikahkan oleh neneknya.

"B-begitu yah," ucapnya pelan. "Apa kakakku tidak berusaha menahan Nona Ody?"

"Tidak, Tuan Putri."

Setelah mendengar jawaban pelayannya, Anwen segera berlari keluar untuk mengambil kuda putihnya dan bergerak untuk mencari Odette.

"Bagaimana bisa kakak membiarkan Nona Ody pergi begitu saja, jalan kaki dan tanpa pengawalan? Bagaimana jika Nona Ody bertemu bandit?" Anwen menggerutu sambil melepas tali kudanya.

"Ayo berangkat, Dan," katanya kepada sang kuda dan sang kuda segera berlari cepat.

**

Sementara itu, Odette sekarang berdiri berhadapan dengan dua wanita berambut pirang yang memiliki wajah yang sama. Mata keemasan dari kedua wanita itu terlihat mempesona.

Next chapter