webnovel

Odette Dan Raja Panthera

Author: Ogi Saga
Urbain
Ongoing · 113.6K Views
  • 444 Chs
    Content
  • ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Kisah ini bukan tentang si putri yang dikutuk jadi angsa tapi tentang Odette, seorang psikiater yang terbawa ke abad pertengahan. Untuk kembali ke zaman modern, ia harus membantu Arion–seorang raja yang memiliki kepribadian ganda, sebuah trauma mental yang muncul setelah memenggal kepala istri sendiri. Kekacauan, kekonyolan serta berbagai kegilaan harus dihadapi Odette dalam menghadapi semua kepribadian Rion yang berubah-ubah seperti cuaca ekstrem ditambah lagi Odette juga harus menghadapi pemikiran kolot dari orang-orang yang menganggap Raja Rion dikutuk oleh Lady Rose–sang ratu yang terpenggal, dirasuki roh jahat dan sedang disihir oleh penyihir. Seiring waktu, satu per satu dari penyebab munculnya kepribadian-kepribadian Rion ditemukan Odette dan jalan bagi Odette untuk pulang ke era modern semakin dekat namun langit membuat sebuah lelucon. Ia terlibat cinta segi tiga demgan Rion dan salah satu kepribadian Rion, lalu ketika cinta semakin tumbuh, sebuah kisah dari masa lalu muncul ke permukaan yang membuat Odette tidak tahu harus mencintai atau membenci.

Chapter 1PROLOG: Ratu Yang Dipenggal

Apakah kamu pernah mengalami hal seperti yang dialami Rion?

Kamu mencintai seseorang dengan sangat dalam tapi suatu hari kamu mengira orang itu menghianatimu. Kamu pun sangat marah, darahmu mendidih, hatimu terbakar sampai kamu gelap mata.

Kamu meneriakinya, memukulnya bahkan mungkin ... membunuhnya.

Setelah kamu melakukan semua itu, kamu tahu bahwa dugaanmu salah, kamu pun sangat menyesal, kamu ingin meminta maaf dan memperbaiki semuanya, tapi sudah terlambat, dia pergi.

"Hukuman terberat bukanlah hukuman mati, tapi rasa bersalah." [Arion D-Panther]

"Aku tahu kata-kata tidak akan bisa membuatmu merasa lebih baik. Aku tahu bahwa setiap ucapan tidak akan bisa menghilangkan sedih yang kamu rasakan. Tak apa jika kamu ingin menangis tapi jangan menangis sendirian, biarkan aku menemanimu, jika kamu malu kamu bisa menganggapku sebagai sebuah pohon.

Sebuah pohon yang tidak akan pernah memberitahu pohon lain tentang obrolan mereka yang bersandar dan bernaung di bawahnya.

Apa kamu tahu? Kamu adalah orang dengan hati paling kuat yang pernah kutemui, tapi kamu juga orang yang paling suka memaksakan diri yang pernah kutemui.Semua bebanmu, semua masalahmu, semua sedihmu, kamu memilih memendam semuanya sendiri. Kamu lupa bahwa kamu adalah seorang manusia yang butuh manusia lain.

Tapi yah, sudahlah.

Mungkin memang seperti itulah kamu. Atau mungkin juga sebenarnya kamu ingin bercerita tapi kamu tidak tahu bagaimana caranya. Apa pun itu aku ingin kamu tahu bahwa aku ada untukmu." [Odette Calestia]

.

.

.

PROLOG:

Gelap, dingin, lapar dan sakit.

Itulah yang dirasakan oleh perempuan cantik bergaun merah yang duduk bersimpuh di dalam sel. Matanya terpejam dan kedua tangannya mengatup – pertanda ia sedang berdoa.

TAP TAP TAP

Terdengar suara langkah kaki mendekat.

Mendengar itu, ia tersenyum.

"Akhirnya kau datang, Rion." Kedua matanya terbuka dan menatap teduh ke arah pria yang berdiri di luar sel. Ia berdiri dan berjalan mendekati pria tersebut. Selama lima detik mata cokelat beningnya beradu pandang dengan mata hazel yang terlihat sangat tajam. "Apa sekarang kau menyesali perbuatanmu? Tidak apa-apa aku memaafkanmu."

Ia tersenyum sangat lebar, matanya berbinar-binar. Namun, kedua hal indah itu hilang seketika saat ....

"Lucas sudah dieksekusi, besok giliranmu."

Sepasang matanya terbelalak dan tulang-tulangnya seolah bergetar mendengar ucapan mengejutkan pria itu.

"A-apa ... k-kau benar-benar melakukannya, kenapa?" Suaranya gemetar, air matanya mengalir, dadanya terasa sesak. Ia membeku menatap nanar wajah dingin pria berambut abu-abu di depannya.

"Kau tahu persis alasannya."

"Apa yang kau lakukan, Rion? Lucas tidak bersalah."

"Kau benar. Dia tidak bersalah. Aku yang salah karena mencintaimu dan mempercayainya."

"Jadi kau percaya bahwa aku dan Lucas mengkhianatimu?" Ia menatap lekat wajah di depannya. Wajah itu terlihat tidak memiliki jejak emosi sama sekali. Lima detik berselang pria itu tidak memberikan jawaban apapun.

"Aku mengerti."

"Katakan permintaan terakhirmu."

Mata cokelat itu menatap sangat dalam ke sepasang mata hazel yang selama ini selalu menatapnya dengan penuh cinta dan kehangatan. Sekarang mata hazel itu benar-benar tidak mememiliki apa pun selain kebencian di dalamnya.

"Aku ... aku ada dua permintaan,” katanya pelan.

"Setiap terpidana mati hanya memiliki satu."

"Aku tahu, tapi apa kau ingat saat kita menikah, kau menghadiahiku dengan tiga permintaan? Aku sudah menggunakan dua, artinya masih ada satu."

"Katakan."

***

Di pagi hari yang mendung, orang-orang berkumpul di sebuah lapangan untuk menjadi saksi dari sebuah peristiwa besar yang sebentar lagi akan terjadi, seorang raja akan mengeksekusi mati ratunya.

Kabar bahwa raja menjatuhkan hukuman mati kepada ratu sudah menggemparkan istana dan sekitarnya sejak satu pekan terakhir. Situasi bertambah gempar lagi saat semalam raja mengatakan bahwa dia akan memenggal kepala ratu dengan tangannya sendiri.

Di atas altar eksekusi, dia, sang pria bermata hazel serta bertubuh tegap bergeming, memandang keramaian di bawah dengan pandangan yang sulit diartikan. Angin di ketinggian mengibarkan rambut panjang abu-abunya yang mencapai pinggang.

[Permintaan pertama, aku ingin besok kau yang menjadi algojoku.]

Kalimat tersebut terngiang berulang-ulang di dalam kepalanya. Tidak ada orang yang tahu jika saat ini seluruh tubuhnya diselimuti keringat dingin sampai ujung jari-jarinya memucat.

“Pengkhianat,!pengkhianat, booo!”

“Dasar pengkhianat!”

Teriakan dari keramaian di bawah membuatnya tersadar dari lamunan. Sekarang matanya terfokus kepada seorang perempuan bergaun merah yang dibawa menuju altar oleh kesatria berambut coklat dan seorang prajurit berseragam.

"Yang Mulia ampunilah ratu. Kami mohon ... hiks ...."

"Pengkhianat harus dihukum!"

Suara keramaian di bawah terbagi dua. Satu bagian menangis pilu, memohon agar ratu tidak dihukum, sementara satu bagian yang lain mendesak agar ratu dihukum. Sangat jelas kalau hal tersebut membuat pikirannya kalut.

"Yang Mulia."

"Ha?" Napasnya terhentak. Lagi-lagi ia melamun sampai tidak menyadari bahwa tiga sosok yang tadi ia perhatikan telah berada di dekatnya.

Sekilas, ia menatap kesatria berambut cokelat lalu beralih kepada perempuan bergaun merah. Selama beberapa detik mereka saling memandang.

"Terima kasih sudah memenuhi permintaanku yang pertama. Aku harap kau juga memenuhi permintaanku yang kedua.”

"Trish, bawa dia."

Suara dari bawah semakin riuh ketika kepala sang ratu dimasukkan ke lubang maut. Mereka yang tidak ingin ratu dihukum mati, menangis sejadi-jadinya dan berteriak parau agar raja tidak melakukannya. Sementara mereka yang ingin ratu dihukum pun berteriak, memrovokasi raja agar melakukannya dengan dalih menegakkan hukum.

"Yang Mulia." Trish mencemaskan keadaan rajanya, ia sangat tahu kalau rajanya saat ini sangat tertekan.

Sang raja tidak mengatakan apa-apa, ia mulai mengangkat tangannya untuk memegang gagang pedang, tangan itu terlihat sangat gemetar.

Trish semakin cemas.

Lima detik berlalu, sang raja bergeming menatap tangannya yang menggenggam gagang pedang. Berat, sangat berat. Sakit, sangat sakit. Hatinya menangis. [Kenapa kau melakukan ini, Rose? Aku sangat mencintaimu tapi kau ... kenapa?!] Rasanya ia ingin berteriak. Kesal, marah, kecewa, sedih. Semuanya bercampur aduk.

"Yang Mulia, hukum pengkhianat itu!"

[Benar. Pengkhianat harus dihukum.]

Ia mempererat genggaman tangannya dan membulatkan tekad.

[Selamat tinggal, Rose.]

Ia memejamkan mata dan menarik turun gagang di tangannya. Pedang terjatuh dan ....

Tap!

Kepala sang ratu terlepas. Tangisan dan teriakan dari bawah pun pecah.

"Yang Mulia!" Trish dengan cepat menahan tubuh rajanya yang mundur dengan langkah terhuyung dan akan jatuh seandainya ia tidak datang tepat waktu.

"Yang Mulia ...." Ia memeluk erat tubuh sang raja. Tubuh itu sangat sangat gemetar dan sangat dingin. “Oh tuhan.”

Trish melihat ke langit, mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar. Dia tidak pernah melihat rajanya gemetar seperti sekarang.

***

Ratusan bunga mawar bermunculan dari dalam tanah dan tumbuh secara tidak wajar sesaat setelah tubuh sang ratu dimakamkan. Tentu saja, fenomena tersebut membuat terkejut dan bingung orang-orang yang menyaksikannya. Tidak terkecuali sang raja. Ia terlihat yang paling terkejut.

Dengan cepat kelopak-kelopak mawar merah bermekaran dan, entah apa yang terjadi, kelopak-kelopak tersebut bersinar dan menunjukkan sesuatu yang membuat raja terbelalak.

[Permintaan kedua. Kubur aku di tempat kau melamarku dulu. Jika tanah di sana menjadi tandus maka artinya aku bersalah, tetapi jika tanah di sana ditumbuhi banyak mawar artinya aku benar, cintaku benar dan kematianku akan menjadi penyesalan terdalammu.]

Yah, kelopak-kelopak tersebut menunjukkan rangkaian kilas balik kebenaran sejati dari sang ratu.

"A-apa yang sudah kulakukan?" Sang raja jatuh berlutut. Matanya memandang kosong.

[Semoga kau bisa memaafkan dirimu sendiri, rajaku. Ratumu meminta izin untuk pergi.]

Jiwa sang ratu tersenyum lalu menghilang, menyisahkan kelopak-kelopak mawar yang beterbangan, menari mengikuti angin dan membuka kisah dari "Odette Dan Raja Panthera".

You May Also Like

Setelah Bercerai, Keluarga Besar yang Berkuasa Menyambutnya Kembali ke Rumah!

Setelah Tan Ming hamil, suaminya menyerahkan surat cerai padanya. Dua puluh tiga tahun yang lalu, Tan Ming masih merupakan anak yatim piatu yang tidak ada yang menginginkan. Orang tua angkatnya mengadopsinya dari panti asuhan karena mereka kesulitan memiliki anak sendiri. Namun, nasib sial Tan Ming tidak berubah karena hal itu. Dalam waktu satu bulan, ibu angkatnya hamil. Setelah adiknya, Tan Si, lahir, Tan Ming menjadi orang yang paling tidak disukai di keluarga. Sejak kecil, dia harus mengalah pada Tan Si dalam segala hal. Orang tuanya hanya menyukai Tan Si karena Tan Ming bukan anak biologis mereka. Tiga tahun lalu, Keluarga Tan memaksanya menikah dengan seorang pria yang koma demi kepentingan bisnis mereka. Selama dua tahun penuh, Tan Ming hidup sebagai seorang janda. Hingga setahun yang lalu, ketika suaminya yang koma tersebut bangun secara tidak terduga, Tan Si jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Kali ini, Tan Ming memutuskan untuk tidak mengalah lagi. Dia dengan tegas berusaha memutus hubungan dengan Keluarga Tan. Namun, dia tidak menduga bahwa pada akhirnya dia akan dihadapkan dengan surat cerai. Untuk kepentingan anak-anak dalam kandungannya, Tan Ming dipaksa oleh suaminya untuk menandatangani surat-surat tersebut. Ketika anak-anaknya lahir, ayah biologis mereka sedang menemani wanita lain untuk tes kehamilan. Saat dunia Tan Ming berada dalam kegelapan terdalam, kerabat kandungnya muncul. Mereka adalah keluarga yang sangat kaya hingga Keluarga Tan pun memandang mereka dengan hormat, dan mereka menyambutnya kembali ke rumah! Setelah kembali ke rumah, dia tidak lagi menjadi anak yang tidak diinginkan. Tidak hanya dia memiliki orang tua yang memanjakannya, tetapi dia juga memiliki tiga saudara laki-laki yang sangat memperhatikannya! Kemudian, mantan suaminya menyesali keputusannya dan datang untuk meminta maaf secara langsung. "Tetap jauh dari hidupku," kata Tan Ming.

JQK · ชีวิตในเมือง
Not enough ratings
574 Chs

Satu Malam Liar

Lucinda Perry, seorang penyendiri sosial dan pekerja keras, berjanji pada dirinya sendiri untuk benar-benar menggila di ulang tahunnya yang ke-25 dan bahkan mencetak one night stand jika ia mendapatkan promosi yang sudah lama ditunggu di pekerjaannya. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-25, dia dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi dan tidak hanya itu, tapi ke kantor pusat di kota yang berbeda. Harus menghabiskan malam ulang tahunnya di kota baru, dia pergi ke klub di mana dia bertemu dengan orang asing tampan, Thomas Hank, yang menawarkan diri untuk menjadi one night stand-nya setelah melihat daftar berani-melakukannya, yang termasuk memiliki satu malam berdiri. Thomas Hank, setelah digunakan oleh beberapa wanita di masa lalu, bertekad untuk mendapatkan wanita impiannya yang akan mencintainya untuk dirinya sendiri dan bukan karena kekayaannya. Jadi ketika dia bertemu Lucinda Perry yang imut dan polos di klub, dia memutuskan untuk menjaga identitas aslinya dari dia dan mencari tahu apakah dia layak untuk dia pertahankan. ***Excerpt*** Apa yang lebih menghibur daripada sisi karakter yang gila? Katakan halo pada Sonia dan Bryan. Jantung Sonia berhenti berdetak sebentar, lalu berbagai pemikiran mulai berterbangan di kepalanya pada saat yang sama. Bryan Hank? Idola selebriti yang dia naksir sedang berlutut tepat di depannya dan memintanya untuk menjadi istrinya? Apakah dia salah mengira dia dengan orang lain? Apakah mungkin ini adalah lelucon, atau mungkin ini seperti salah satu lelucon selebriti dan ada kamera-kamera di sekitar, menunggu untuk merekam dia membuat dirinya tampak bodoh? Atau mungkin dia sedang bermimpi? Sonia bertanya-tanya sambil melihat-lihat sekitar mereka, tetapi yang dia lihat hanyalah penonton yang penasaran. "Tolong! Jadilah istriku dan buat aku menjadi pria paling bahagia di Bumi," katanya dengan suara keras yang menarik perhatian semua orang. Editornya yang telah ditunggunya selama lebih dari satu jam karena dia mencoba menandatangani kesepakatan dengan produser film yang tertarik dengan salah satu ceritanya, muncul saat itu juga, "Sonia, kamu kenal Bryan Hank?" Tanyanya dengan heran saat melihat adegan di depannya. Sepertinya sudah berjam-jam sejak Bryan berlutut, tapi ternyata baru satu menit. Bryan tahu tidak ada wanita yang cukup gila untuk menerima proposal gila seperti itu, dan bahkan jika ada yang mau menerima, membayarnya dan membatalkan keseluruhan hal tersebut akan mudah karena yang dia inginkan hanyalah skandal yang bisa terjadi dari situ. Judul beritanya mendatang akan tentang proposal pernikahan yang ditolak atau pertunangannya yang dikatakan, yang cukup membuat Sophia lepas dari kaitannya. "Ya!" Jawab Sonia dengan semangat sambil menganggukkan kepalanya dan mengulurkan jarinya agar dia memakaikan cincin pertunangan. "Ya?" Tanya Bryan dengan bingung saat mendengar jawabannya. "Ya! Aku akan menjadi istrimu dan membuatmu menjadi pria paling bahagia di dunia!" Sonia berkata dengan tertawa dan menggerakkan jarinya hingga Bryan memasukkan cincin itu ke jarinya. Secara mengejutkan cincin itu adalah ukuran yang tepat untuknya, dan duduk di jarinya seolah-olah dibuat khusus untuknya. Suara tepuk tangan meledak di sekitar mereka saat Sonia berdiri dengan senyum lebar di wajahnya dan memeluk Bryan sebelum menciumnya tepat di bibir. Bryan sedikit terkejut dengan keberaniannya tapi cepat pulih karena ini adalah permainannya, dan dia harus ikut serta. Dia lah yang mendekatinya terlebih dahulu, bagaimanapun juga. Jadi ketika dia mencoba memutuskan ciuman, dia memegang dagunya dan perlahan menggigit bibir bawahnya sebelum membuka bibirnya dengan lidahnya dan mengisapnya dengan cara yang menggoda, mengeluarkan desahan dari Sonia. Sonia merasa pusing. Ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Itu haruslah mimpi. Bagaimana lagi dia bisa menjelaskan bahwa pada suatu saat dia duduk di lobi hotel menunggu editornya, dan pada saat berikutnya dia bertunangan dengan idola selebriti yang dia naksir dan menciumnya di sini di depan umum?

Miss_Behaviour · ชีวิตในเมือง
Not enough ratings
1016 Chs

SUPPORT

6 top fans
gift received0
  • theFthingGifted Pizza
  • theFthingGifted Pizza
  • theFthingGifted Ice cola
  • theFthingGifted Ice cola
  • Z3e_zeestyGifted Pizza
  • Serena_15Gifted Ice cola
  • Serena_15Gifted Ice cola
  •  Ice cola10
  • Pizza50
  • Inspiration capsule100
  • Massage chair500
  • Luxury car1000
  • Dragon2000
  • Magic castle5000
  • Spacecraft10000