Dira menyudahi obrolannya dengan Maya lalu berjalan mendekati Mala, Dira memberi selamat kepada Mala, Mala terlihat tersenyum penuh kemenangan dan Dira tidak peduli,
"Selamat Mala," Dira mengucapkan dengan tulus.
"Makasih Dira..." jawab Mala.
Dira tersenyum dan beralih menatap Rey, ada hati yang tercubit dan masih sakit, namun Dira memaksakan senyumannya,
"Semoga selalu bahagia dan langgeng Rey," Rey mengangguk, saat tangan keduanya bersentuhan dan mata Rey bertemu mata Dira, Rey melihat kesedihan di matanya, membuat Rey bertanya dalam hati, apa yang merubah Dira selama ini? Dira dengan cepat menarik tangannya lalu bersalaman dengan Surya, Surya memeluk Dira dan mengusap punggungnya.
"Aku sudah selesai Ayah, Rey sudah terbebas dariku dan aku bahagia," Dira tersenyum, lalu berkata lagi, "aku akan baik- baik saja, kerena di sampingku sudah ada Kin, Ayah. Kita saling mencintai, walaupun aku tau untuk melupakan kenangan bersama Rey masih belum bisa," Dira menghapuskan kegelisahan Surya.
"Ma'af Dira..." ucap Surya. Bibirnya bergetar memandang Dira dengan tatapan sulit diartikan. Dira menggeleng dan melepaskan pelukan Surya.
Yang Dira dan Surya lakukan tak lepas dari pandangan Rey, membuat Rey bingung.
Dira menghentikan interaksinya dengan Surya saat Ibunya Rey datang mendekat, Dira tersenyum memberi hormat.
"Ada nyali juga kamu datang kemari?" Ibu Rey menatap Dira dan membalasnya dengan tatapan mengejek,
"Bu, ini pernikahan Rey. Jangan buat keributan!" Surya memperingatkan,
"Ibu tahu, ibu hanya bertanya kepada wanita rubah ini," Dira hanya tersenyum lalu meninggalkan pelaminan.
Dalam hatinya berbicara, 'Aku telah mengantarmu kekehidupan baru Rey, semoga bahagia, akupun telah bahagia,'
Dira kembali lagi menemui Nida dan berbincang, tak lama pelukan hangat Kin datang,
"Ma'af lama beb," Kin berbisik di telinga Dira,
"Tak apa Kin," Jawab Dira.
"Kin Dhanan Jaya, panggil aku Kin tunangan Dira," Kin mengulurkan tangan kepada pasangan Nida, mata Nida terbelalak,
"Daniel," Jawab Daniel singkat,
"Dira..." Nida menatap Dira. terlihat protes di matanya.
"Belum lama ini Nida, baru semalem," jawab Dira.
"Baiklah, Aku ikut bahagia," ucap Nida lalu keduanya berpelukan.
Di pesta itu Kin bertemu dengan beberapa rekan bisnisnya, mereka sangat hormat kepada Kin juga Dira.
"Kita kesebelah sana!" Ajak Kin.
Kin membawa Dira ketempat yang tidak terlalu ramai, Kin dan Dira minum dan memakan makanan ringan, sambil bercanda, beberapa media mengabadikan moment langka itu karena baru kali ini Kin, pria tampan dan pembisnis hebat terlihat ramah terhadap wanita bahkan tidak melepas pelukannya.
"Kin, ini tempat umum, kamu tidak malu?" Pipi Dira merona, tapi Kin tidak melepas pelukannya,
"Aku takut kamu di bawa pria lain," Jawab Kin, Dira tertawa...
"Siapa yang mau bawa aku?" tanya Dira, Dira tidak tau di kalangan rekan bisnisnya Dira sudah menjadi idola karena kepintarannya dan tentu saja cantik.
"Buka mata kamu! dari tadi aku cemburu, mata pria selalu mengarah padamu, makanya aku bawa kamu kesini," Jawab Kin, Dira menatap Kin lalu menempelkan tangan Kin ke pipi Dira,
"Seberapa banyak pria yang menatapku dan menginginkanku, Aku hanya milikmu," wajah Kin terlihat sangat bahagia dan sekilas mengecup bibir Dira,
"Aku mencintaimu..." Kin makin erat memeluk Dira.
Setelah larut malam, Kin dan Dira pamit kepada Maya, Maya menatap Kin yang sangat lembut menghadapi Dira,
"Kamu menyukai Dira, Kin?" Kin mengangguk,
"Sangat tante..." jawab Kin cepat tanpa ragu. Maya tersenyum puas dengan jawaban Kin.
"Jagalah dia karena anak tante tidak bisa menjaganya, perlakukan dia dengan baik!" Entah mengapa semenjak bertemu Kin, Maya merasa sudah dekat dan melihat Kin dengan Dira juga Maya tidak keberatan.
"Pasti tante..." jawab Kin.
Kin memanggil Dira yang sedang bicara dengan Surya,
"Ayo beb pulang!" Surya seketika memperhatikan Kin, Kin tersenyum hormat, Dira pamit dan Kin melingkarkan tangannya di pinggang Dira,
Ezza dan Rey menatap tidak suka melihat Kin memperlakukan Dira, entah mengapa rasa panas muncul di tubuh Ezza dan Rey.
"Zza... Kamu akan menyesal pada akhirnya," Maya melirik Ezza lalu pergi dari hadapannya,
Dira dan Kin sampai di Apartemen Kin. setelah berganti baju, Kin mengantar Dira pulang dan berujung Kin tidak mau kembali dan menginap di tempat Dira,
"Kin, percuma kamu antar aku kalau akhirnya kita tetep bareng," Dira cemberut,
"Aku tidak bisa jauh darimu..." Jawab Kin manja memposisikan kepalanya di paha Dira. Dira membelai gemas pipi Kin,
"Besok kamu kerja pakai apa?" Dira mengingatkan Kin,
"Aku sudah menghubungi Reno untuk membawakannya," Jawab Kin, Dira hanya bisa menggeleng- gelengkan kepalanya.
Kriuk...kriuk...kriuk... Perut Kin berbunyi, Dira tartawa lalu mengangkat kepala Kin dan memindahkannya di bantal sofa, Dira segera membuatkan makan malam untuk Kin.
Kin dengan lahap memakan steak Ayam buatan Dira, "Sayurannya di makan Kin!" Dira mengingatkan Kin, karena yang Dira lihat sayurannya Kin singkirkan.
"Aku tidak..." belum sempat meneruskan kata- katanya, piringnya Kin sudah berpindah tempat menjadi di hadapan Dira, Dira memotong steak dan menyuapi Kin selang seling dengan sayurannya hingga habis.
"Tuan manja..." Kata Dira sambil membereskan piring bekas makan malam mereka.
Kin tersenyum dan bangkit dari duduknya, pindah ke sofa. Setelah Reno datang membawa keperluan Kin untuk bekerja besok, Kin dan Dira tidur sampai pagi.
Pagi- pagi ketika Kin dan Dira sampai kekantor, banyak wartawan yang memenuhi kantor, membuat Kin bingung,
"Va, ada apa?" Reva memberikan beberapa koran, dan terlihat Foto Dirinya dan Dira menjadi sampul utama, Kin bukannya marah malah tersenyum.
Reva yang melihat tingkah bosnya menggaruk- garuk kepalanya.
"Dira cantik bukan? cocok tidak dengan saya?" Kin bertanya kepada Reva, mau tidak mau Reva menjawab pertanyaan Kin,
"Sangat cocok bos, bukankah sudah saya bilang dari pertama, kalau Dira itu cantik lalu bos tampan pasti serasi," Kin teringat kata- kata Reva pertama kali dan tersenyum.
"Tok...tok...tok..." Dira mengetuk pintu ruangan Kin, wajahnya memerah menahan malu dari tatapan beberapa karyawan yang tersenyum penuh arti.
"Masuk..." Jawab Kin dari dalam.
Dira masuk, disambut senyuman dari bibir Kin, "Ada apa beb?" Dira duduk di sofa, diikuti Kin duduk di sebelahnya.
"Berita itu... membuat aku tidak nyaman," keluh Dira, Kin memeluk Dira erat,
"Kenapa tidak nyaman? Kamu sendiri dan aku sendiri, kita punya hubungan apa masalahnya?" tanya Kin.
Dira menatap Kin, "Apa tidak mengganggumu? Aku takut mempengaruhi bisnismu?" Kin seketika tertawa,
"Heyyy... aku tidak peduli apapun, yang aku pedulikan adalah kamu," Kin mengusap lembut pipi Dira, lalu berkata lagi, "Kita bertunangan secara resmi, bagaimana?"
Dira menggeleng, "Yang kemarin sudah cukup," Kin mengecup pipi Dira, mungkin bagi yang lain, mendapatkan laki- laki sekelas Kin akan menginginkan pesta pertunangan yang mewah, tetapi tidak halnya dengan Dira,
"Baiklah, kalau begitu kita kabarkan saja kalau kita sudah tunangan, semua selesai," ucap Kin.
"Oke terserah kamu, aku kembali bekerja," Dira tidak menolaknya, membuat Kin semakin bahagia, Dira beranjak dari sofa tapi, Kin menarik tubuh Dira dan melabuhkan ciumannya ke bibir Dira, lembut sangat lembut, Dira memejamkan matanya terlena dengan ciuman Kin hingga akhirnya ciuman itu berhenti karena pintu ruangan ada yang mengetuk.
Pipi Dira merona lalu merapikan penampilannya, "Aku kembali bekerja," lirih Dira, Kin mengangguk dan mengecup kening Dira lalu melepaskan Dira.
Dira keluar ruangan, sementara Reno masuk,
"Ada apa?" Kin menatap Reno dan terlihat tidak suka, Reno menundukan kepalanya karena tahu dia mengganggu bosnya,
"Bos besar memanggil bos untuk menemuinya," Kin mengangguk, lalu bersiap berangkat bersama Reno.
Kin masuk kesebuah Restoran mewah dan masuk ke ruang VIP, terlihat seorang lelaki yang masih gagah dan tampan tersenyum menatap kehadiran Kin.
"Putraku..." sapanya hangat. Kin hanya menatapnya dengan tatapan datar.
"Ada hal apa papa menemuiku?" Kin mengerutkan keningnya,
"Kamu anak kurang asem, kenapa jarang pulang? Terus mempunyai kekasih tapi tidak mengenalkannya pada Papa," Wijaya sedikit cemberut,
Kin tertawa mendengar Papanya protes. "Nanti papa naksir," jawab Kin berubah datar. Kini Wijaya yang tertawa.
"Dia memang cantik dan pintar, papa tau setelah dia ada di perusahaanmu, perusahaanmu berkembang pesat, pekerjaannya juga bagus,"
"Papa tau sejauh itu?" Kin menghela nafas panjang, karena papanya tau semuanya, "Aku sangat mencintainya pah," Kin menatap Wijaya seakan meminta persetujuannya.
"Papa setuju, bahkan jika kamu tidak mencintainya, papa akan jadikan istri..." Jawab Wijaya.
Kin "...???..." wajah Kin memerah dan tangannya mengepal. "Papa mau menikah dengannya?" Wijaya tertawa seketika, apalagi melihat wajah Kin yang marah.
"Maksud papa mau di jadikan istrimu," jawab Wijaya.
Wajah Kin melembut lagi, "Papa bangga padamu yang pertama mencintai perempuan dan kamu serius padanya, jadikanlah dia satu- Satunya!" Wijaya mengingatkan, karena dulu dia pernah saling mengkhianati dan menyesal sampai sekarang.
"Aku tidak akan seperti papa," Jawab Kin.
Wijaya menghela nafas, "Maaf, bahkan mengenalkanmu pada mama kamu, papa belum berani bertemu," Kin menatap Wijaya datar,
"Jika papa menyesal kenapa tidak berubah?"
"Kebutuhan biologis..." Jawab Wijaya jujur. Kin menepuk keningnya.
Up lagi... semoga suka,
Terimakasih yang telah setia membaca dan memberikan apresiasi untuk tulisan aku, maaf tulisan masih belum sempurna.
Yang belum kasih PS kasih buat aku, jangan pelit yah! bintang, ulasan juga chapter coment nya juga di tunggu!