"Apa saja yang kau bicarakan pada Genta?"
Kak Alan menatapku intens. Aku mengalihkan pandanganku dan sibuk mengambilkan piring untuknya.
"Tidak ada" jawabku singkat. Aku mengambilkan nasi dan memberikannya.
"Sepertinya dia terlalu banyak bicara" kak Alan mengambil beberapa sendok sup ayam. Aku termangu melihatnya, ternyata pria selevel kak Alan masih bisa menelan masakan rumahan, kukira, dia hanya mau menelan masakan bercita rasa tinggi atau berlebel hotel bintang lima. Yah, aku memang cukup terkejut begitu tahu dia suka sup ayam.
"Kenapa?" Tanyanya mendapati ekspresiku yang keheranan.
"Tidak" jawabku singkat, kak Alan menaikkan sudut bibirnya ke atas, aku hampir meleleh melihat senyum tulus yang sudah sangat lama kurindukan. Aku sudah tidak ingat kapan terakhir kali aku melihatnya. Selama ini kak Alan hanya berwajah datar ataupun menyeringai kejam.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com