webnovel

Masa Mudaku Kisah Cintaku

Aku jatuh cinta. Cinta terlarang dengan teman sekelas. Seseorang dengan semua perbedaan yang banyak dan sulit. Bisakah aku mempertahankan cinta ini? Tidak banyak angsa pelangi di kelas buaya karena ada satu dua rubah betina dari planet lain yang suka merundung junior mereka. Bukankah itu hal biasa dalam sekolah? Atau masalah utamanya ada pada Anggi sendiri? Bagaimana rasanya setiap tahun berpindah sekolah? Itu adalah yang selalu dirasakan Anggi, ngenes kata orang. Lalu, ketika kamu sudah merasa telah menemukan kehidupan baru dan memiliki beberapa teman yang mengerti dan nyaman akan hal itu. Tiba-tiba kamu harus pindah sekolah lagi? - cover is mine

Ningsih_Nh · Urbano
Classificações insuficientes
314 Chs

MKC 26 Selisih jarak satu tahun

Keluarga Budi termasuk dalam kategori keluarga petani mapan namun dengan tampilan sederhana. Lihat saja rumahnya yang bergaya limasan khas jaman dulu, pekarangan lebar penuh dengan pohon buah dan kendaraannya pun didominasi sepeda gunung serta sebuah trakor yang terlihat baru beli. Mempunyai lima anak dengan selisih jarak satu tahun itu bagi gue hebat banget.

Pertanyaan gue adalah bagaimana cara ibu Budi merawat anak-anaknya tersebut?

"Oh gitu ya bu. Anggi tunggu disini saja ya." ucap gue lalu duduk di kursi bambu dekat pohon jambu yang sedang berbunga. Sebentar lagi bisa rujakan nih.

"Masuk mbak. Ini sudah ibu buatkan teh manis dan singkong rebus." kata ibu Budi melongok dari jendela.

"Iya bu, jadi merepotkan." decit gue tidak enak. Masuk ke dalam ruang tamu yang luas, sekaligus sebagai ruang kerja ibu Budi di pojokan.

"Enggak mbak. Tadi pagi bapak dapat singkong enak, apa mbak Anggi mau bawa juga yang masih mentah?" tawar ibu Budi semakin membuat gue tidak enak. Beliau orangnya baik banget, sifat yang menular kepada semua anaknya.

Ada sekitar tiga puluh menitan gue berbincang-bincang dengan ibu Budi sebelum Santi pulang. Dari obrolan tersebut ibu Budi berkeluh kesah bagaimana menghadapi lima anaknya yang super-super, terutama tiga anak pertama. Ternyata menjadi ibu rumah tangga juga ada dramanya tersendiri.

Gue jadi penasaran, bagaimana gue nanti kalau sudah dewasa dan menjadi ibu rumah tangga kelak?

"Mbak Anggi...sepedanya enak banget dipakai loh. Beli dimana sih?" tanya Santi.

"Ayah yang beli. Gue nggak tau dimana belinya San." jujur gue.

"Ya udah mbak. Ati-ati pulangnya dan terima kasih sudah pinjemin Santi sepeda." seru Santi mengiringi kepergian gue.

Ada untungnya juga gue menitipkan sepeda di rumah Budi. Gue jadi kenal dengan Santi, adiknya Budi, cewek SMP yang baik hati dan ramah. Tapi kalau mendengar Budi cerita soal adik ceweknya itu terdengar berbanding terbalik dengan apa yang gue rasakan.

Apa mungkin Santi mempunyai dua kepribadian berbeda seperti didalam novel misteri? Atau jangan-jangan Budi lah yang berkepribadian ganda?

Seperti yang sudah disepakati, Minggu pagi gue sudah bersiap untuk ke pantai dengan seijin orang tua tentunya.

Ana menjemput gue dengan tergesa-gesa, seolah memasang mimik tidak percaya. Bukan karena gue tentu saja. Pasti sumbernya ada di rumah atau rumah Jono.

"Lo tau berapa anak yang Jono bawa?" teriak Ana dari jok depan.

"Satu kelas?" tebak gue asal.

"Bener banget. Gila tuh Jono. Mau apaan sih dia?" teriak Ana lagi.

"Mana gue tau Ann. Nanti juga bakalan tau." seru gue berbalas.

Dari suara gaduh gue bisa tebak sedang ada pesta di rumah sebelah. Ana memarkirkan motornya asal saja di garasi rumah.

"Dia kira gue apaan coba? Cewek nggak guna?" dengus Ana masih kesal. Melangkahkan kaki lebar-lebar menuju area belakang rumah Jono yang terdengar sangat ramai.

"Lo kenapa sih dari tadi marah-marah?" ketus gue jadi kesal. Gue yang tidak tahu apa duduk persoalannya dijadikan ajang pelampiasan emosi Ana yang sering kali membludak seperti ini.

"Kita itu kan temen ya Nggi? Apa di nggak bisa kasih bocoran dikit kek, gue kayak cewek bego tauk..." desis Ana. Langkahnya otomatis terhenti saat sampai disamping kolam renang. "Hai ... bro... happy ulang tahun ya..." teriak Ana histeris lalu berjalan kearah Edi, menjabat tangan kemudian memberikan pelukan kecil.

Ada spanduk putih besar panjang membentang dari ujung kolam sampai ujung lainnya. Spanduk yang bertuliskan Happy Birthday Edward dengan tinta emas, warna kesukaan Edi. Lalu, apakah ini kejutannya?

Alih-alih ke pantai Menganti, Jono membuat pesta meriah untuk sepupunya Edi? Dan kenapa ada anak kelas kumpul disini juga?

"Jonathan...gue juga ulang tahun...mana kue buat gue?" teriak Budi histeris, sesaat setelah sampai dan langsung meninju lengan Jono.

"Lo juga? Beneran sama tanggal 28?" ucap Jono kayak tidak percaya.

"Eh Jon...apa hari ini tampang gue kayak tukang bohong?" sembur Budi tampak kurang senang.

"Beneran kan Nggi...?" erang Budi ke gue sambil menyodorkan kartu pelajar dia.

"Ya..iya bener Jon. Nih lihat." ucap gue sambil menyerahkan kartu ke muka Jono. "Kayaknya lo musti bikin kue satu lagi deh Jon. Kalo enggak bisa disabotase Budi ini punya pesta." saran gue.

"Oke oke sob. Kalem aja dong. Lo mau kue ulang tahun seperti apa?" bisik Jono lalu merangkul Budi dan membawanya ke dapur belakang.

"Anggi...akhinya lo datang juga..." seru Andi entah dari mana.

"Ngapain lo kesini?" ucap gue sinisan. Pengganggu suasana hati gue telah muncul.

"Gue diundang Jonathan." decak Andi kemudian berlalu pergi melihat gue yang kurang suka ada dia.

"Jadi ini yang lo dan Jono rencanakan?" tanya gue ke Ebi, sibuk menggulung sushi di meja dapur.

"Gue nggak tau. Dia sendirian. Lihat ajah tuh Ana, marah-marah kan dia enggak dikasih tau." cerita Ebi masih sibuk menggulung sushi.

"Ya lagian kebangetan Jono." timpal gue. Kalau ada diposisi Ana mungkin gue juga akan marah. Sebagai teman dekat masa tidak diberi tahu, rasanya gimana gitu...

"Gue sih udah paham Nggi. Dia memang seringnya memendam apa-apa sendiri. Kadang gue suka heran, sebenarnya siapa yang butuh siapa? Dari dulu Jono mampu apa-apanya sendiri, enggak seperti gue atau Edi...jadi kayak ada enggak enak." curhat Ebi yang gue nggak paham apa maksudnya.

"Kalo itu yang lo rasakan tinggal bilang ke orangnya kan?" usul gue.

"Sebagai cowok...nggak mungkin juga gue cerita soal sensitif kek begitu." ketus Ebi. Ada nada kesal tersirat dari ucapan dia. Semacam bau bau rahasia nan mencurigakan.

"Ya udah kalo begitu nggak usah diambil pikir...beres kan." timpal gue nggak mau memperpanjang pembicaraan yang tidak jelas.

"Mau gue ajarin membuat sushi?" tawar Ebi sesaat kemudian, dengan menyunggingkan senyum cerah biasanya.

"Boleh juga."

Jika harus bepergian menggunakan kendaraan bernama bus merupakan suatu hal yang sebisa mungkin gue hindari. Bagi gue naik kereta api adalah yang terbaik. Berhubung tidak adanya kereta api antara Prembun dan Purbalingga, apa boleh dikata.

Satu lagi kegiatan sekolah yang tidak diketahui apa maksud dan tujuannya selain buang-buang waktu adalah karyawisata.

Gue rasa setiap anak yang ada di kelas pasti dalam hidupnya pernah mengalami kejadian bernama piknik, tamasya keliling kota, liburan atau apalah itu namanya. Kenapa juga harus ditambah di sekolah?

Belum lagi gue harus duduk disebelah Stefie yang gue yakin akan menjadi ajang curhat berjam-jam lamanya, maka gue putuskan meminum antimo anak rasa jeruk.

"Nggi...lo mabok darat ya?" sergah Stefie menatap gue dengan tatapan ngeri saat melihat gue minum obat.

"Gue ngantuk Stef. Gue minta maaf ya kalo nanti gue ngiler dibahu lo." ujar gue malas untuk menjawab jujur pertanyaan anak itu.

"Terus gue gimana?" rengeknya.

-TBC-

cerita Masa Mudaku Kisah Cintaku versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini: https://www.webnovel.com/book/masa-mudaku-kisah-cintaku_19160430606630705

Terima kasih telah membaca. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini, Semoga harimu menyenangkan.

Yuk follow akun IG Anggi di @anggisekararum atau di sini https://www.instagram.com/anggisekararum/