webnovel

DILEMA KARENA CINTA

Aku sudah tidak kuat, aku ingin pergi meninggalkannya tapi, karena aku masih cinta ... aku ingin mempertahankannya. Aku tidak bisa menjadi sosok yang kuat hanya karena aku sering meneteskan air mata. Hatiku ini hanya untukmu .... Bisakah kau perlakukan aku seadil mungkin seperti kau memperlakukan yang lainnya .... Jika kamu sudah acuh padaku, aku benar-benar akan pergi .... Meninggalkan orang yang benar-benar aku cintai ....

ANABANTINGAN · Urbano
Classificações insuficientes
20 Chs

004

Nana saat ini menjadi tidak bersemangat di kantor, mau makan pun ogah-ogahan tapi, karena dia lapar dan belum sempat sarapan akhirnya dia makan saja.

Dia masih memikirkan gajinya yang terpotong sehari itu padahal awalnya dia senang dapat lemburan berarti dapat uang tambahan.

"Hmm, jadi ini ya gantinya ...." Gumam Nana termenung sambil menatap layar komputer yang radiasinya cukup membuat mata ngantuk itu.

Nana yang bergumam itu terdengar oleh rekan kerjanya di sampingnya. Dia laki-laki bernama Riko tapi, dipanggil Koko.

"Ono opo to na? (Ada apa, na?)" mereka memakai bahasa Jawa, "Kok raine nesu ngunu (Kok wajahnya cemberut begitu)."

Nana hanya menyimaknya dengan muka masih cemberut memikirkan hidupnya.

"Nek ono masalah crito'o lah nang mas (Kalau ada masalah cerita saja ke aku)." tawarnya sambil memasang senyum lembut.

Nana menggeleng, "Enggak mas," dia menolaknya untuk membuka mulut.

"Butuh duwit ta? Kok gak ngapek lembur neh ae? (Butuh uang kah? Kok tidak ambil lemburan lagi?)" Koko bertanya bermaksud perhatian padanya.

Dalam hati Nana yang mendengar kata lembur itu, "Wadoh yo remek awakku! Ndak te ngapek lembur neh (Waduh ya remuk tubuhku! Aku tidak akan ambil lembur lagi)." Seketika Nana menatap Koko dengan wajah malasnya.

"Loh, opo maksudku sektas salah (Apa maksudku barusan salah)?" gumam Koko sambil menopang dagunya dengan salah satu tangannya.

Secara apa yang dipikirkan Koko bagi Nana ada benarnya juga tapi, Nana tidak akan kuat untuk lembur setiap hari belum lagi dia pulang malam kemarin yang membuatnya kurang tidur dan akhirnya telat untuk berangkat bekerja.

Bagi Nana, hari ini adalah hari tersialnya.

"Wes na ojo nesu, sek ono aku nek butuh duwit ngomongo nyiliho (Sudah na jangan cemberut mulu, masih ada aku jadi kalau kamu butuh uang bilang saja pinjam saja)." Niat Koko memberikan perhatian lebih pada Nana dengan baik tapi, sikapnya yang terlalu perhatian itu justru membuat dirinya kesal lagian siapa sih yang sedang butuh uang? Nana tidak merasa butuh uang tapi, dia malah menyesal karena lemburan kemarin.

"Mbuh wes mas." Nana menjawabnya dengan sinis.

"Loh kok ngunu seh?" sesaat Koko kaget dengan sikap Nana yang seperti ini.

Keduanya akhirnya canggung, lalu Nana menggumam kembali tidak jelas membuat Koko jadi sedikit terusik tapi, dia malah berbincang-bincang pada teman di dekatnya tak menghiraukan sikap Nana lagi. Tapi, Koko masih kasihan juga ....

Di sebelah kiri Nana ada perempuan yang hobi pedicure manicure bernama Melly dan dia paling tidak suka lembur karena takut kalau bekerja berlebihan kulitnya bisa keriput, padahal umurnya masih setahun lebih muda dari Nana.

Yah~ jujur saja sih, si Melly lebih cantik dari Nana, dia seperti orang yang tidak pernah susah.

Nana semakin lama menjadi seperti sad girl :"(

"Hah~" Nana bergumam lelah.

Nana dan Koko kemudian saling pandang dengan muka datar.

Begitu mereka membuka mulut hendak mengatakan isi hatinya satu per satu.

Akhirnya, Nana mendahuluinya, "Mas ...."

"Opo?" Koko meresponsnya 'Apa?' dengan serius menatap Nana.

"Aku kesok ndak mlebu (aku besok tidak masuk kerja) ...." Ucap Nana dengan lesunya.

"Loh!!" sontak ucapan itu membuat Koko kaget karena selama ini Nana dan Koko sudah seperti teman dekat di kantor tapi, Koko sendiri sudah menganggap Nana seperti adiknya sendiri.

Koko memang lebih senior dan bekerja di sini 2 tahun lebih lama dari Nana tapi, dia tidak begitu dekat dengan orang lain karena gaya bicaranya yang medhok banget tidak bisa diminimalisir kadang membuat bos dan teman-teman lainnya ikut tertawa saat mendengarnya. Tawaan itu serasa seperti ejekan baginya tapi, pernah ada orang yang memberitahu dirinya bahwa itu sebenarnya bukan ejekan melainkan mereka terkesan dengan logat Jawanya sehingga mereka tertawa karena terdengar lucu. Koko pernah depresi tapi, semenjak orang itu memberi tahunya dia merasa tidak masalah dengan lingkungannya lagi. Lalu, tak lama kemudian Nana masuk ke kantor tersebut dan menjadi pegawai tetap. Awalnya, memang terdengar samar tapi begitu Koko teliti dengan mimik Nana, dua merasa kalau wanita itu adalah orang yang berbahasa Jawa juga. Logat medhok terdengar sedikit-sedikit di telinga Koko dan begitu mereka saling berkenalan, akhirnya mereka menjadi dekat karena bahasa Jawa ini.

Seolah-olah, bahasa Jawa menjadi pemersatu bagi mereka berdua, dan menjadi alat komunikasi kedekatan di antara keduanya.

Lanjut ke scene di mana Koko terkejut tadi, "Kok iso na (kok bisa, na)? Opo'o awakmu lara ta (Kenapa, kamu sakit kah)? Opo awakmu masuk angin (Apa kamu masuk angin)?" Koko bertanya serius pada Nana.

*Minum Bejo Jahe Merah // iklan lewat :"v

"Nggak mas, aku ...." Nana hendak menceritakan hal yang sebenarnya kalau dia ketahuan telat dan di marahi dan membuat dia harus menerima hukumannya dengan tidak masuk sehari dan gajinya dipotong. Matanya saat mengucapkan itu agak berkaca-kaca, Nana takut akan dipecat dari pekerjaan ini padahal dia sudah betah saking tidak betah dengan lemburannya.

Nana yang tadinya tertunduk itu mencoba tersenyum pada Koko, untuk menghilangkan rasa sedih dan susahnya.

Tapi, "Ehehe ... aku telat dino iki dadi kongkon istirahat ning umah kesok (aku telat hari ini jadi suruh istirahat di rumah besok)." Ucap Nana sejujurnya ....

"Oh~ mergo lemburan wingi yo, bos kan ngunu ora po po (karena lemburan kemarin ta, bos kan gitu yah tidak apa-apa)." Ucap Koko dengan riangnya yang berpikir Nana dapat cuti sehari.

Nana menatap Koko dengan wajah khawatir, "Duk iku mas tapi, bayaranku pisan dikurangi sedino (Bukan itu mas tapi, gajiku juga dikurangi sehari)." Ucap Nana dengan tatapan serius yang menunjukkan dirinya sedang tidak bercanda atau berbohong pada Koko.

"He?" Koko masih heran, "Eeeeeeee~!!!" Koko yang sadar pun ikut terkejut.

"Waduh," celetuknya sambil memasang muka sedih di hadapan Nana, "Sabar yo."

"Laiya, mangkane iku (iya, makanya itu) ...." Ucap Nana yang memasang wajah datarnya.

Akhirnya Koko tahu teman terdekatnya tidak masuk sehari, bagi dia pasti tidak asyik lagi nanti.

"Ojo kondo sopo-sopo yo, mas (Jangan bilang ke siapa-siapa ya, kak)." Kata Nana khawatir kalau Koko nanti menceritakan hal ini pada yang lain.

Nana tidak ingin menjadi lebih rumit bahkan sampai terdengar atasan nantinya, bisa-bisa nanti dipecat gimana?

Koko menjawab Nana dengan membuat simbol oke di tangannya, tanda berarti beres dan tidak akan menceritakannya pada siapapun.

Setelah bercerita, Nana menjadi sedikit lebih lega. Mereka berdua bergeming dan kembali bekerja seperti biasa.

****

'Apa aku salah? Dan apa memang tidak ada kata ampun bagi diriku yang sedang berjuang keras untuk mencukupi kebutuhan hidup ini?'

'Ya, ini memang salahku.'

'Salahku, karena keteledoran, dan kemalasanku ....'

________

*Apakah Nana masih mampu kuat bertahan hidup di kota Metropolitan ini? To be Continued*