webnovel

DILEMA KARENA CINTA

Aku sudah tidak kuat, aku ingin pergi meninggalkannya tapi, karena aku masih cinta ... aku ingin mempertahankannya. Aku tidak bisa menjadi sosok yang kuat hanya karena aku sering meneteskan air mata. Hatiku ini hanya untukmu .... Bisakah kau perlakukan aku seadil mungkin seperti kau memperlakukan yang lainnya .... Jika kamu sudah acuh padaku, aku benar-benar akan pergi .... Meninggalkan orang yang benar-benar aku cintai ....

ANABANTINGAN · Urban
Not enough ratings
20 Chs

003

"Sebenarnya siapa dirimu ...?" Nana berusaha bertanya pada lelaki tampan yang ada di balik pintu ini. Dia memantapkan diri untuk percaya bahwa dia bukan orang jahat.

'Jika dia memiliki latar belakang sebagai orang kaya, mengapa dia tidak ingin mengobati dirinya ke rumah sakit saja?' pasti ada alasan di balik semua itu.

Terlihat dari ponsel yang dia keluarkannya ....

Nana merasa dia harus mengetahuinya!

Tapi, begitu Nana bertanya dengan serius ... laki-laki itu tak kunjung menjawab, agak aneh juga saat Nana menunggu jawaban pasti darinya.

Tampak hening ....

"Hmm ...."

Nana memutuskan untuk membuka pintu kamarnya dan akhirnya ... dilihatnya laki-laki itu sedang tertidur pulas dengan berjongkok di lantai. Nana mendekatinya dan nafasnya hampir terasa ke tubuh Nana.

Dia masih terlihat pucat dan sangat lemah.

Tapi, tidur di lantai ini kan dingin, nantinya masuk angin ... Nana berpikir bagaimana dia akan memindahkan tubuh laki-laki itu.

Karena Nana pasti tidak kuat, dia mengurungkan niatnya dan segera mengambil selimut Nana yang hangat dan meletakkannya di atas tubuhnya.

'Untuk sementara ... dia tidak apa- apa tidur di luar sini. Karena aku di sini hanya mengontrak dan rumah ini hanya memiliki satu kamar.'

Bagaimana rasanya tinggal seatap dengan pria tampan yang baru dia temui?

Nana segera ke kamar dan menutup pintu kamarnya, kalau perlu dia menguncinya khawatir pria itu nyelonong lagi. Dia bisa tidur nyenyak meski dengan selimut tipis yang dia punya, karena selimut yang tebal yang biasa Nana pakai sudah dipakaikan pada pria itu.

****

Waktu berlalu begitu cepat, hingga akhirnya matahari pagi dirasa menyinari kamar Nana.

'Kenapa sedari tadi, aku merasakan pintu kamar digedor-gedor kencang? Bahkan makin lama makin kencang ....'

Deg!!

Begitu Nana mengingatnya, dia terbelalak terkejut dan segera menatap ponsel yang dia cas di dekatnya.

"APA!!!" bagaimana tidak terkejut, ini sudah jam 7 pagi!! Gegara lemburan hingga pulang malam kemarin bahkan mengurus seorang pria, "Jadi ... suara ketukan pintu itu ...!!" Nana menyadari pria tampan yang tinggal bersamanya itu berusaha membangunkannya di pagi hari layaknya sebuah alarm. Tapi, Nana malah keasyikan tidur.

Ya, karena saking capeknya juga ....

Nana cukup malu, dan dia berusaha segera beranjak dari tempat tidurnya. Dia segera membuka pintu kamar yang dirasa masih diketuk keras oleh pria itu.

*Semoga aja tidak kedengaran tetangga.

Begitu Nana membukannya, pria itu berekspresi panik seperti mengkhawatirkan Nana. Tapi, dia mengucapkan sepatah kata yang membuat Nana menjadi kesal.

"Ini sudah jam tujuh, aku berusaha membangunkanmu sejak pagi. Aku takut kamu terlambat kerja ... kau masih ingin bekerja, kan? Ah~ syukurlah akhirnya kau terbangun juga." Niatnya memang baik dan perhatian tapi, gaya bicaranya yang santai itu membuat Nana agak sedikit kesal.

"Atau kalau kau memang tidak niat bekerja ... kau tinggal bersamaku saja dan merawatku hingga pulih—"

PLAAAAAK!!

Sontak Nana kesal hingga menampar wajah pria tampan ini. Kata-katanya yang diucapkan dengan nada yang santai itu terdengar seperti kebohongan bahkan tampaknya dia tidak membawa sepeser uang pun selain ponsel mewah miliknya, itu pasti barang curian! Pikir Nana sambil melihat kembali kantong celana orang itu.

"Ah~ sudah hampir setengah delapan." Kata pria itu dengan santai sambil membawa segelas air untuk diminum dan duduk manis di kursi sofa dekat Nana. Dia tidak tampak kesakitan atau marah pada Nana yang sudah menampar wajah pria asing ini.

Akhirnya Nana segera mandi dan berganti pakaian, dia sudah menyatakan kalau dia tidak bisa merawat pria ini seharian. Padahal pria ini juga butuh baju ganti dan daleman, juga butuh makan.

Tapi, Nana tidak meresponsnya dengan baik. Begitu dia selesai berganti pakaian dan mengenakan jas rapi, dia berniat tidak sarapan di rumah ... dia berniat meninggalkan pria tampan yang asing nan aneh di rumahnya ....

Nana sekarang menjadi kejam, "Nanti beli sarapan nasi bungkus di warteg saja sambil jalan."

"Oi— tunggu—!!" begitu pria ini hendak menawarkan diri untuk membantu Nana tapi, niat mereka yang sama-sama baik itu terhalang oleh pintu rumah yang telah dikunci oleh Nana.

Ah~ rasanya Nana tidak bisa melepaskan pria tampan ini begitu saja dan justru mengurungnya seorang diri.

Sebelum berangkat, Nana berpesan.

"Kau kalau mau makan, silakan buat sendiri banyak bahan makanan di dapur! Tapi, ingat jangan pergi ke mana pun sampai aku pulang!"

Tampak seperti mengancam tapi, dalam hati Nana, "Maaf ... aku tidak bisa bersikap baik padamu, aku juga meragukanmu ... aku melakukan ini dengan sengaja. Ya, sengaja ... hanya untuk memastikan diriku benar-benar mengenal dirimu."

Walaupun Nana terlihat kejam tapi, sebenarnya dia orang yang tidak tega melihat orang lain menderita.

Nana segera berangkat dengan jalan kaki cepat-cepat. Percuma naik bus atau kendaraan umum bakal macet!! Waktu sudah menunjukkan jam 8 pagi, apa dia bisa sampai ke kantor satu jam lagi?

Keringat sudah membasahi baju Nana demi mengais rupiah dan dia ingin membuktikan dapat mencari banyak uang di kota metropolitan ini.

Memang tidak mudah, dan berbekal uang 5000 rupiah yang digenggamnya itu ... dia mampir sebentar ke warteg untuk membeli nasi bungkus dan dibungkus secara buru-buru.

Memang rasanya tidak enak sendiri kalau nantinya dilihatin teman sekantor, kalau dirinya makan siang dengan nasi bungkus. Sebisa mungkin dia mencari tempat sepi untuk makan, dia memasukkan nasi bungkus yang masih anget itu ke tas kantornya.

'Hah~ hah~ hah~'

Dia datang dengan terengah-engah, dia sudah terlihat letih dan merasa kekurangan tenaga sedari pagi, berharap semoga nanti tidak dapat jasa lembur lagi. Kalaupun itu dapat, dia ingin menolaknya ....

Kali ini riasannya sudah agak hancur membuat mukanya agak kusam karena dibanjiri keringat dan terkena sinar matahari yang menyengat. Kakinya agak pecah-pecah dan pegal karena sedari tadi dia berlari kecil dengan sepatu hak tingginya (walau tidak tinggi-tinggi amat).

Begitu dari tangga putih yang melingkar itu, terlihat bos besar sedang menuju lantai bawah setelah konferensi berakhir, bersama dengan para karyawan pentingnya ....

Bos besar itu pun melihat Nana yang terdiam kaku dan baru datang di depan meja resepsionis dan mereka segera berpapasan. Jelas bosnya melihat Nana yang di rasa terlambat itu, tentu saja marah besar dan membuat Nana menerima hukumannya yaitu tidak bekerja selama sehari dan tidak boleh mengambil lemburan apa pun.

Nana agak senang kalau dia tidak lembur tapi, gajinya di potong sehari dan tidak punya tambahan uang jajan.

Ah~ betapa sedihnya ....

Dia tertegun malu dan sambil meratapi nasibnya di lift.

Dia ingin menangis namun tidak bisa, dia menahannya ....

Dia tidak ingin menyesali, karena ini adalah hidupnya yang penuh dengan kesalahannya.

________

Bisakah Nana terus bertahan hidup di kota ini?

To be Continued