Kisah percintaan Xia Wanan dimulai saat ia memberanikan diri untuk mengajak Han Jingnian menikah. Xia Wanan adalah seorang gadis cantik yang bersedia melakukan apapun untuk bisa hidup bersama dengan Han Jingnian, sementara Han Jingnian merupakan seorang pengusaha tampan berhati dingin yang tidak pernah menyukai Xia Wanan. Kehidupan percintaan Xia Wanan sangat menyedihkan. Ia harus menelan pahitnya kehidupan setelah menikah dengan Han Jingnian. Han Jingnian bersedia menikah dengan Xia Wanan namun memberikan persyaratan yang membuatnya seperti seorang istri yang tidak pernah dianggap. Namun Xia Wanan tetap bertahan, karena selama ia bisa berada dekat dengan Han Jingnian, ia tidak mempermasalahkannya.
Di hari Xia Wanan bertemu dengan Han Jingnian. Di dalam hati Xia Wanan hanya ada 3 kata: Sekali seumur hidup. Dalam sekali seumur hidup dia ingin Han Jingnian melihat dirinya dan memutuskan untuk terus bersamanya.
-(Ku Ingin Tinggal di Sisimu) Ye Feiye
Xia Wanan ke kantor Han Jingnian seorang diri untuk menemuinya. Namun sedari tadi yang dia lakukan hanyalah menatap meja. Han Jingnian terus menunggunya untuk berbicara. Sambil mengusap kepalanya, Xia Wanan berkata dengan gugup, "Aku … aku datang mencarimu, ada yang ingin kubicarakan."
Han Jingnian tiba-tiba berhenti mengetik. Lalu tanpa melihatnya, dia membalas dengan nada datar dan dingin, "Bicaralah."
Nada bicara Han Jingnian seakan mengabaikannya, membuat Xia Wanan tidak berani bicara lagi. Dia terdiam lama sambil melihat Han Jingnian. Kemudian Han Jingnian mendongak lalu melihat dirinya, Xia Wanan. Saat itulah ia memiliki keberanian untuk berbicara, "Aku … aku ingin bicara, bisakah aku menikah denganmu?"
Han Jingnian terkejut sesaat, lalu langsung menjawab dengan acuh, "Aku tidak ingin menikahimu."
Empat kata itu membuat Xia Wanan tanpa sadar mencengkeram kencang ujung bajunya. Dia takut melihat Han Jingnian. Tanpa ragu, dia kembali bicara dengan tenang, "Aku … aku tahu, kamu tidak menyukaiku dan tidak ingin menikah denganku ... Tapi, mereka menyuruh kita untuk menikah."
Setelah Xia Wanan berbicara sampai sini, dia tidak tahu mau mengatakan apa lagi. Dia tetap berusaha dan meyakinkan diri sendiri untuk tidak menyerah. Dia mengganti kalimatnya dan mengulang, "… Kamu jangan khawatir. Aku berjanji setelah menikah nanti, aku tidak akan mengganggu kehidupanmu. Jika kamu mau bekerja sama, aku akan meminta ayah untuk membantumu … Aku sebenarnya juga tidak menyukaimu. Aku melakukan ini tidak bermaksud apa-apa. Hanya ... hanya karena ... hanya karena ingin membuat ayahku bahagia. Jadi, kamu, kamu harus…"
Sebelum dia selesai berbicara, Han Jingnian berbicara dengan nada dingin, "Aku ada rapat, kamu pergilah."
Setelah berkata demikian, Han Jingnian berdiri dan mengambil dokumennya, lalu pergi.
Xia Wanan membuka mulut, bermaksud membujuk Han Jingnian agar tidak pergi dahulu, namun tidak ada satu kata pun yang bisa ia ucapkan. Han Jingnian pun pergi dan meninggalkannya sendirian.
Setelah pintu kantor yang berat itu tertutup, Xia Wanan melihat ke arah Han Jingnian pergi.
Xia Wanan memerhatikan sekeliling kantor, lalu melihat meja Han Jingnian. Kemudian ia menatap lembut tempat duduk yang baru saja diduduki Han Jingnian. Namun beberapa saat setelahnya, ia segera sadar kalau baru saja patah hati.
Dia akhirnya tahu, Han Jingnian tidak menyukainya dan tidak mau menikah dengannya. Tetapi dia masih belum menyerah.
…
Han Jingnian kembali dari rapat setelah 2 jam kemudian.
Dia berjalan ke mejanya sambil bicara dengan sekretarisnya, bahwa urusannya sudah selesai. Sekretarisnya mengatakan, "Nona Xia sudah pulang dua jam lalu."
Setelah mendengar itu, wajah Han Jingnian tidak menunjukkan ekspresi apapun. Sekretarisnya pun terus berkata, "Saya sudah menyuruh sopir mengantarnya, namun nona Xia menolak." Han Jingnian mengabaikan perkataan sekretarisnya. "Ini dokumen yang tuan Chen minta untuk diberikan pada Anda," ucap sekretarisnya sambil menyerahkan dokumen tersebut.
Han Jingnian akhirnya menanggapi sekretarisnya dan mengambil dokumen yang diserahkan padanya. Ia membuka dokumen tersebut dan melihat isinya. Alisnya terangkat setelah melihat isi di dalam dokumen.
"Direktur Han?" Han Jingnian tetap mengacuhkan sekretarisnya.
Han Jingnian lalu melirik sekretarisnya karena panggilan barusan.
"Tidak apa-apa, saya keluar dulu," ucap sekretarisnya.
Han Jingnian hanya menjawab, "Ya." Setelah sekretarisnya pergi, dia melihat dokumen yang ada di tangannya.
Dia terlihat gelisah melihat dokumen itu, lalu melemparnya ke dalam laci begitu saja. Setelah itu dia menyalakan komputernya.
Tetapi ia hanya mengetuk keyboard-nya dan tidak bisa fokus.
Keadaan ini berlangsung sekitar satu jam. Dia menarik laci itu lagi dan mengeluarkan dokumen yang tadi. Kemudian dia bersandar di kursi dan menatap langit-langit kantornya.
Dia sendirian, terdiam dalam waktu yang lama. Lalu akhirnya ia memutuskan untuk menelepon Xia Wanan.
Xia Wanan langsung menjawab teleponnya.
Tidak tahu apakah ini hanya khayalan atau tidak, suara Xia Wanan terdengar menyenangkan dan sedikit malu-malu. "Halo?"
Han Jingnian tidak terlalu memikirkan suara Xia Wanan, ia langsung berkata, "Aku mau menikah denganmu."