Pagi yang cerah dimana aku bisa merasakan semilir angin yang sejuk menerpa kulit. Tak terasa sudah seminggu setelah masa orientasi, Ditya menjalani rutinitas sebagai seorang mahasiswi di sebuah perguruan swasta. Teman baru, staf pengajar baru, dan pengalaman baru. Dalam waktu seminggu, dia sudah memiliki beberapa teman yang bisa dibilang cukup dekat. Dan Ditya mulai bergabung dengan salah satu ekskul musik yang ada di kampus.
Hari ini adalah perkumpulan pertama mereka di ekskul musik. Ditya dan beberapa teman sekelasnya, Niar, Anisa, Yuni dan Triani berjalan menyusuri jalanan kampus menuju gedung tempat perkumpulan tersebut. Sesampainya di sana, mereka melihat sudah banyak MaBa (Mahasiswa Baru) dan senior yang sudah berkumpul. Diantara para senior, dia melihat Kak Desta, pembimbing kelas saat mereka ospek.
"Ditya!! Sebelah sini." panggil Desta seraya menyuruh mereka untuk bergabung dengannya. Beberapa senior yang ada didekatnya pun ikut menoleh ke arah kami.
Ditya hanya membalasnya dengan senyum ramah.
"Dit, kamu mau gabung sama kak Desta?" tanya Triani.
"Haruskah?? Aku rasa akan terasa sangat canggung nantinya, mengingat disana ada banyak senior yang belum kita kenal. Lebih baik kita disini saja." jawabnya tegas.
Tiba-tiba Niar menepuk pundak Ditya, "Dit, kok kakak yang itu liatin kamu terus ya? Jangan-jangan dia suka sama kamu."
Mau tidak mau Ditya melihat kearah senior yang ditunjuk oleh Niar. Dia berdiri disamping Desta, memiliki postur badan yang lebih tinggi kulit putih, paras yang cukup tampan.
"Ayolah, kita baru seminggu kuliah disini dan ini baru pertama kalinya kita kumpul ekskul. Mana mungkin dia suka sama aku."
"Bagaimana kalau dia mengalami sesuatu yang namanya Cinta pada Pandangan Pertama?" timpal Anisa.
Ditya hanya tertawa mendengar perkataannya. "Menurutku gak ada yang namanya cinta pada pandangan pertama." Walaupun begitu, dia tidak bisa menampik kenyataan bahwa laki-laki itu sesekali melihat ke arahnya.
'Ah mungkin itu hanya perasaan ku saja.'
"Baiklah teman-teman yang sudah hadir tolong semuanya merapat." ucap senior itu.
Mereka pun merapat dan duduk ditempat yang telah disediakan. Ada sekitar 20 senior yang hadir dalam perkumpulan kali ini. Sembilan orang perempuan dan 11 orang laki-laki.
Senior laki-laki yang berbadan gempal berdiri, "Maksud dari perkumpulan hari ini adalah agar kita bisa saling mengenal satu sama lain. Dimulai dari kalian mengenal kami, mengenal teman seangkatan kalian, dan sebaliknya. Saya sendiri Andi. Yang sebelah saya ini Desta. Yang tadi bicara itu Putra" Andi menunjuk laki-laki yang tadi sempat memperhatikan Ditya.
'Oh, jadi nama dia Putra..." ucap Ditya dalam hati.
Setelah semua senior memperkenalkan diri, mereka dibagi menjadi beberapa kelompok. Dan masing2 kelompok didampingi oleh dua senior. Sialnya Ditya terpisah dengan teman-temannya. Dan senior yang mendampingi kelompoknya adalah Putra dan Andi. Sungguh sebuah kebetulan yang nyata.
Dalam kelompok ini mereka diminta memperkenalkan diri masing-masing. Kebanyakan dari mereka berasal dari kota ini. Sementara Ditya berasal dari luar kota yang penuh dengan hiruk pikuk aktivitas manusia.
"Oke, sekarang giliran kamu." Andi menunjuk ke arah Ditya. Dan entah kenapa dia melihat Putra melengkungkan sebuah senyuman tipis yang terlihat sungguh menyebalkan.
Ditya membenarkan posisi duduknya dan mulai berbicara, "Hai, nama saya Ditya. Saya berasal dari sebuah kota nun jauh disana. Dan saya mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris."