"Mau ke mana pak Andi? Kok buru-buru pengen cepat-cepat pulang?" tanya Desi ketika melihat Andi yang tidak seperti biasanya. Biasanya pria itu yang akan menjadi orang terakhir untuk pulang, tapi kali ini, pria tersebut tampak buru-buru.
"Desi… Desi…, lo gak bisa lihat penampilan pak Andi hari ini agak beda? Dia pasti memiliki kencan hari ini," ucap staff yang biasanya menyuruh Carolina untuk membeli rokok.
"Semangat pak Andi! Memang sudah saatnya pak Andi harus mencari wanita, siapa tahu tahun depan kita dapat undangan," ucap staff lainnya.
"Ah bapak bisa aja, cuma temen kok ini!" ucap Andi yang merasa malu digoda teman-temannya.
"Kalo udah ngerasa cocok ya langsung sikat aja pak Andi, atau langsung tanam bibit duluan, biar ceweknya gak kabur," ucap staff yang tadi lagi.
"Udah ya bapak-bapak, aku pergi dulu, dah," Andi yang merasa malu mendengar ucapan-ucapan bapak-bapak itu yang mulai terdengar nakal, segera langsung pergi dari tempat itu.
Lagipula dia hari ini kan hanya ingin mengenal Carolina dengan lebih baik lagi, karena tidak seperti pikirannya, wanita itu cerdas dan nyambung jika di ajak untuk ngobrol, apalagi wanita itu cantik.
Andi ingin mencoba untuk mengenal wanita itu, dan jika memang ada perasaan yang tumbuh di kencan mereka kali ini, dia akan mengejar wanita itu seandainya wanita itu masih belum memiliki pacar.
***
Andi: "Aku sdh di dpn kampus kamu nih"
Andi mengirimkan pesan ketika dia telah sampai di depan kampus Universitas Cerdas, setelah mengirimkan itu, dia melihat lagi penampilannya di kaca spion untuk merapikan kembali rambutnya.
"Apakah nafas gue bau ya?" ucap Andi kemudian mencium nafasnya sendiri, meski sebenarnya tidak bau, dia tetap memutuskan untuk memakan permen penyegar mulut.
Carolina: "Tunggu sebentar ya, ini kelasnya udah selesai, kok"
Setelah membaca itu, Andi memutuskan untuk keluar dari mobilnya, takut bahwa Carolina akan kebingungan untuk mencarinya, padahal saat ini di depan kampus hanya mobilnya yang parkir di situ.
Saat ini suasana kampus sudah sepi karena jam sudah menunjukkan pukul 4:40, banyak mahasiswa dan dosen yang telah pulang, tapi ada beberapa juga yang masih ada urusan baru pulang setelah jam begini.
Beberapa dosen dan mahasiswa itu sesekali melirik Andi yang sepertinya menunggu seseorang, penampilan Andi kali ini memang terlihat modis. Dia memakai kemeja kotak-kotak berwarna cokelat slim fit lengan panjang yang telah dia gulung dipadukan dengan celana kain hitam dan sepatu pantofel, membuat mereka mau tak mau melirik ke arahnya dan penasaran.
Siapakah yang ditunggu oleh orang ini? Mereka juga sempat berpikir bahwa itu adalah salah satu sopir taksi online yang sedang menunggu penumpangnya, tapi dilihat dari wajah Andi yang masih muda dan kelihatan manis, mereka segera membuang jauh-jauh pikiran tersebut.
Tak lama kemudian, Andi bisa menangkap sosok Carolina yang perlahan mulai mendekat, senyum segera terukir di bibirnya ketika melihat wanita itu.
Andi segera mengeluarkan salah satu tangannya yang berada di kantong, dan melambai-lambai ke arah wanita itu.
"Maaf ya pak Andi, pak Andi udah nunggu lama?" tanya Carolina ketika telah berada di depan pria itu.
"Gak kok, aku baru saja sampai," jawab Andi sambil tersenyum.
"Jadi lo yang mau jemput Carol?" Riko yang sejak tadi mengikuti Carolina, bersuara tiba-tiba.
"Apa sih Ko," ucap Carolina yang sedikit terkejut karena tidak mengira Riko akan menghampiri Andi. Awalnya dia berpikir Riko dan Andrew hanya akan melihat saja dari jauh.
"Halo," jawab Andi ramah sambil tersenyum. Jika suatu saat nanti dia dan Carolina akan lebih serius lagi, dia harus terlihat baik di depan teman-teman wanita itu, kan?
"Sepertinya lo udah bukan mahasiswa ya? Umur berapa? Kerja di mana?" tanya Riko lagi yang penasaran. Dia tahu bahwa hal tersebut ingin ditanyakan oleh sahabatnya, Andrew, tapi melihat bahwa Andrew hanya diam saja, Riko memutuskan untuk bertanya mewakili temannya itu.
"Iya, gue Andi, 24 tahun, project manager di NamTech, ini kartu nama gue," ucap Andi kemudian memberikan kartu namanya pada kedua pria itu. "Jika kalian butuh untuk buat aplikasi, atau mungkin mau konsultasi, kalian bisa hubungi gue. Kalau mahasiswa bisa dapat diskon kok, apalagi kalian temannya Carol," lanjut Andi lagi.
Riko dan Andrew hanya diam saja ketika mendengar hal itu.
"Bisa kita pergi sekarang?" tanya Andi lagi yang kini menatap Carolina. Carolina mengangguk.
"Kalau begitu kami pergi dulu, ya," pamit Andi pada Riko dan Andrew kemudian membukakan pintu mobil penumpang untuk dimasuki Carolina.
"Saingan lo berat bro, orang kantoran, mungkin Carol sukanya cowok-cowok kayak gitu? Atau mungkin nanti lo bawa mobil aja ke kampus, jangan bawa motor," goda Riko sekali lagi.
"Sialan lo! Udah ayo balik!" ucap Andrew yang kembali untuk mengambil motornya.
"Apa mungkin gue emang harus bawa mobil ya? Eh tapi kan Carol bukan cewek matre yang tertarik sama cowok yang bawa mobil," pikir Andrew yang mempertimbangkan kata-kata Riko.
***
"Kita mau nontonnya jam berapa pak Andi?" tanya Carolina ketika Andi telah menjalankan mobilnya.
"Tiketnya belum kupesan sih, tapi tadi aku sempat liat jam tayang hari ini itu jam 6 dan jam 8:15. Kamu maunya nonton jam berapa?" tanya Andi, memberikan pilihan pada Carolina.
"Hmm, kayaknya kita nontonnya jam 6 aja, kayaknya masih sempat sampai di mall," ucap Carolina memutuskan.
"Oke, ini handphoneku, kamu pesan aja tiketnya lewat aplikasi," ucap Andi kemudian mengeluarkan handphone miliknya dari sakunya dan memberikannya pada Carolina.
"Ada sandinya, ini sandinya apa?" tanya Carolina ketika menekan tombol power handphone Andi yang terkunci, tapi sebelumnya dia iseng-iseng ingin mencoba memasukkannya terlebih dahulu.
"Hmm, jangan bilang sandinya 1 sampai 8," pikir Carolina tiba-tiba dan langsung mencoba mengisi sandi yang membutuhkan 8 angka itu.
"1 sampai 8," jawab Andi, tapi Carolina sudah berhasil membuka handphone tersebut lebih dahulu.
Carolina menatap Andi dengan terkejut, sebagai seorang yang bekerja di bidang IT, pemilihan sandi Andi terlalu simpel.
"Kenapa? Kamu terkejut sandi aku terlalu simpel, ya?" tanya Andi yang seperti bisa membaca pikiran Carolina.
"Ah, iya," jawab Carolina.
"Terkadang, ada hal-hal yang tidak perlu dibuat rumit kok," jawab Andi. Carolina hanya mengangguk kemudian mencari aplikasi untuk memesan tiket secara online.
Setelah dia memesannya dan ingin melakukan pembayaran, dibutuhkan sebuah pin agar pembayaran itu bisa berhasil.
"Kali ini enam angka, selain tanggal lahir, biasanya orang memilih ini untuk menjadikannya pin," ucap Carolina mencoba memasukkan kembali angka 1 sampai 6, tapi hasilnya gagal.
"Apa mungkin ini, ya?" pikir Carolina kemudian memasukkan angka 123321, berhasil.
"Dia benar-benar terlalu simpel," pikir Carolina yang tidak habis pikir.
"Ini ada pinnya pak Andi, berapa?" tanya Carolina berpura-pura belum membukanya.
"Kamu ketikkan saja, ya, 123321," ucap Andi yang masih sibuk menyetirkan mobilnya
Carolina lagi-lagi hanya mengangguk, bisa gawat juga tadi seandainya Andi ngotot ingin mengisinya sendiri.
"Oh iya, ini uang tiketnya," ucap Carolina yang mengeluarkan dompet miliknya.
Kalau mungkin saat ini yang mengajaknya nonton adalah si apel merah bodoh, tentu saja Carolina akan memasang muka badak dan bilang bahwa pria itu yang harus membayarnya.
Tapi saat ini dia sedang menonton dengan Andi, penanggung jawab magangnya, dia harus menjaga imagenya.
"Ah gak apa-apa, kali ini biar aku saja yang traktir," ucap Andi menolak menerima uang itu, ini adalah kencan pertama mereka, tentu saja dia harus membayarnya, kan?
"Tapi…," ucap Carolina tidak enak, namun Andi hanya menyuruhnya untuk memasukkan kembali dompet miliknya.
***
"Wah! Visual animasinya benar-benar keren, ya! Elsa kelihatan cantik banget!" ucap Andi ketika mereka keluar dari studio setelah film Frozen 2 berakhir.
"Iya, Elsa juga akhirnya bisa menerima dirinya sendiri yang memang berbeda dari yang lainnya," jawab Carolina yang sedikit tertampar ketika menonton hal itu, karena sampai saat ini dia belum bisa mengeluarkan sisi aslinya kepada orang lain.
"Oh ya, makan malam dulu, yuk? Aku lapar nih," ucap Andi yang memang sudah merencanakan sehabis nonton mereka akan lanjut makan malam.
"Ah, aku pikir kita cuma mau nonton aja, aku gak bawa uang lebih," ucap Carolina yang memang hanya menyiapkan uang untuk tiket.
Karena Andi tadi bersikeras ingin memesankan pop corn dan minuman untuk mereka, Carolina yang ingin menjaga imagenya memutuskan untuk membeli minumannya sendirian.
"Udah gak apa-apa, biar aku yang traktir," ucap Andi lagi.
"Tapi…,"
"Atau gini aja, nanti berikutnya kamu bisa traktir aku, gimana? Siapa tahu bulan depan sudah ada film yang seru lagi?" Andi menawarkan, dia memiliki hari yang baik hari ini dan tidak masalah jika harus kencan lagi dengan wanita itu. Tentu saja dia tidak bilang bahwa itu adalah kencan.
"Hitung-hitung perayaan berakhirnya magang kamu, gimana?" tanya Andi lagi ketika Carolina hanya diam saja.
"Hmm, yaudah deh, tapi aku ke toilet dulu, ya!" ucap Carolina yang entah kenapa hari ini merasa bahwa kandung kemihnya terlalu penuh sehingga sejak tadi bolak balik ke kamar kecil.
Tahu kok tahu, kalian tidak suka Andi *plak
Sebenarnya kencan ini bisa dibikin dua bab, tapi karena author tahu kalian pada gak suka, yaudah di padetin aja deh.
Jangan lupa untuk komen, kasi batu kuasa, ulasan dan hadiah, ya!
Kali aja author datang baiknya lagi terus besok up 2 bab lagi :p
Tetap terus dukung author, ya!
Salam,