"Anak Ibu kuat dan cerdas. Kenapa harus cemas?"
Ucapan Sinta yang terdengar sangat tenang membuat Kirana menghela napas. Dia merasa sang ibu tidak memahami kekhawatirannya.
Kirana mengambil alat pengering rambut di rak meja rias, kemudian melanjutkan aktivitas yang sempat terhenti. Dia fokus mengeringkan rambutnya kembali.
Sinta masih duduk di tepi kasur sambil mengamati anaknya yang duduk di depan meja rias. Tentu saja dia paham apa yang dikhawatirkan anaknya. Bukan hanya soal perbedaan kelas sosial, dia juga tahu hal-hal lain yang selalu membuat Kirana cemas soal memilih pendamping hidup.
"Bu, aku udah cerita soal Mas Rendra yang mendadak kirim uang Rp100 juta, kan? Dia bisa enteng banget ngeluarin uang sebanyak itu, seolah cuma lagi jajan bakso keliling di depan rumah."
Kirana kembali membuka obrolan dengan ibunya setelah merasa rambutnya sudah cukup kering.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com