webnovel

Bunga Menari

Auteur: Lee_TaaRi
Sports, voyage et activités
Terminé · 107.3K Affichage
  • 264 Shc
    Contenu
  • 5.0
    10 audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

*Sudah Tamat* Terbelenggu dalam peliknya kisah masalalu membuat Clarista hampir masuk rumah sakit jiwa. Di akhir batasnya, seakan sudah takdir ia dipertemukan dengan laki-laki yang memiliki kepribadian dengan sosok seseorang dari masalalunya itu. Berkali-kali menolak, takdir tetap menjadikan laki-laki yang baru hadir ini sebagai pendampingnya. Hingga Clarista lelah menolaknya, pasrah dia pada takdirnya. Tapi ... apa kali ini akan berakhir sama lagi? Apakah laki-laki yang baru ini juga akan meninggalkan selamanya seperti sosok masalalunya? Lantas, ia ... apakah akan berakhir menjadi seorang pasien di rumah sakit jiwa seperti yang sebelumnya terlintas dalam benaknya?

Étiquettes
2 étiquettes
Chapter 1Bunga yang Layu

Kamu pernah berjanji untuk menemani hati yang kosong ini, namun setelah benar-benar terisi mengapa kamu pergi?

-Lee Taa-Ri

-

Terik sinar matahari memikat mataku membuat cahaya di sekitar nampak begitu terang. Ah, sialnya hatiku tengah kelam. Kembali ku senderkan punggung di pohon mangga belakang kelas.

Tak akan ada yang tahu aku berada di tempat ini karena mereka nggak akan peduli sama sekali. Beberapa kali diriku mendengus, padahal sedang jam pelajaran namun kebiasaan lama memang susah dihilangkan.

Ini hari rabu, entah mengapa setiap hari ketiga maka tiba-tiba saja terbesit dalam benakku untuk duduk di bawah pohon ini. Tak peduli kalaupun aku harus kena marah ataupun dipanggil ke ruang BK. Sesekali diriku tertawa, sesak rasanya.

Andai saja dua tahun lalu aku menolongnya, seandainya saja ku dorong atau sekadar menggenggam tangannya. Pasti seperti ini jauh lebih baik bukan?

Sayangnya percuma berharap hal itu saat ini karena segalanya sudah berlalu dan cuma aku yang terjebak di masalalu. Dengan kekehan geli, aku menatap buah mangga yang sudah nampak kuning ujungnya.

"Kamu suka mangga, tapi aku enggak. Anehnya setiap lihat mangga rasanya pengen makan loh haha," lirihku.

"CLARISTA!"

Suara melengking barusan membuatku menoleh dengan kesal, lantas ku tutup rapat-rapat mataku. Ku tulikan telinga, kemudian kembali duduk selonjoran di bawah pohon ini. Sejuk rasanya, semilir angin menerpa wajahku dan tidak terbesit niat untuk masuk kelas sampai bel pulang berbunyi sekalipun. Toh semua buku pelajaran sengaja ku tinggalkan, jika ingin belajar bisa melakukannya di sekolah bukan?

Clarista Arum. Sebuah nama yang cantik, mungkin.

Aku sungguh membenci diriku sendiri. Satu setengah tahun menjadi siswa SMA tak membuatku bahagia. Pulang sesuka hati karena memang tak ada yang peduli.

Papa memutuskan tinggal di luar negeri hingga mama pun mengikutinya. Dan aku, hanya ditinggalkan dengan alasan akan lebih baik bersekolah di Indonesia saja. Nyatanya di luar negeri pendidikan jauh lebih baik bukan? Dasar mama, memang aneh dia itu.

Mama sejujurnya masih peduli padaku, terbukti dari uang jajan dan seorang asisten rumah tangga yang dia kirimkan padaku. Namun mungkin karena baru tujuh belas tahun hingga rasanya aku ingin serakah, aku butuh peluk hangat mama.

"Cie nangis, ssst masak cewek cantik cengeng gitu sih? Dudu bebeb siapa sih ini, buka mata deh masak mau tidur di bawah pohon nanti disangka kunti loh hahaha …."

"Aku pengen sendiri, tolong pergi," lirihku.

Mataku menerawang, menatap gumpalan awan yang bergerak pelan. Bagi orang waras, mungkin saja aku gila. Ya, suara barusan dengan jelas bisa ku dengarkan namun tak ada sosoknya.

Tak ada lagi laki-laki itu. Yang biasa menggenggam erat tanganku sambil sesekali berbisik merdu menertawakan sikap cengeng satu ini. Lelah disiksa batin, aku enggan mengatakannya namun kemungkinan besar jika tak pergi ke psikiater maka nama Clarista Arum akan jadi pasien tetap rumah sakit jiwa.

Siswa-siswa yang mulai berhamburan keluar dari tempat persembunyiannya membuatku mendengus kesal. Memang saat memikirkan 'dia' aku jadi bersikap seperti ini.

Menit berlalu, hingga setengah jam ku lalui begitu saja. Lekas aku bangun lantas membersihkan rok sekolah yang hanya selutut saja panjangnya.

"Sudah aku duga, kamu pasti masih disini."

Merasa asing dengan suara barusan membuatku menoleh ke belakang. Ah rupanya dia, kak Riki bukan namanya?

Dengar-dengar dia anak baru, walau cerita ini terdengar enam bulan lalu, wajar saja kalau belum mengenal radar gilaku. Yah, anggap saja angin lalu toh dia tak begitu penting untukku. Sekarang aku harus benar-benar pergi sebelum bik Minah mengomel hingga telingaku panas nanti.

Melengos tak peduli, namun dia menahan pergelangan tanganku hingga terpaksa langkah tergesa-gesa pun ku hentikan juga.

"Rista kan? Udah sore banget, pulang sama gue aja. Bukannya lo nggak suka keramaian ya? Anak kelas dua belas baru pulang kelas tambahan, tunggu disini aja lima menit lagi," ujarnya padaku.

Tepat di kalimat terakhir dia mengatakannya segera ku hempaskan tangan miliknya.

Masih diam, sengaja ku abaikan agar dia sadar bahwa aku bukan siapa-siapa yang pantas dia khawatirkan. Toh ini kali pertama kami berinteraksi bukan?

"Sorry, nggak nyaman ya lo? Tapi kayaknya bakalan lebih nggak nyaman lagi kalau harus pulang bar—"

Tak lagi ku dengarkan, gegas melanjutkan langkah yang tadi tertunda. Rupanya dia tak menyerah, langkahnya … meski pelan aku sadar bahwa dia sedang mencoba untuk menyamakan langkah itu denganku. Aku kesal, rasanya seakan sedang dipermainkan oleh takdir.

Kejadiannya terulang, meski sedikit namun tetap saja mengembalikan rasa sakit.

"Gue Riki, lo pasti udah tahu kan?"

"Ah mau ambil tas ya? Gue tunggu sini ya biar nggak dikunci nanti, hati-hati Ta!"

Lebay, satu kata yang terlintas dalam benakku. Memang untuk apa aku harus berhati-hati jika hanya pergi ke dalam kelas saja.

"Wah, aku cemburu ada yang dekat sama kamu selain aku."

Deg!

Suara laki-laki ini mengisi penuh ruang syaraf dalam benakku. Gemetar tanganku, merinding rasanya mendengar nada dingin dalam suara barusan.

Namun saat ku telisik seluruh ruangan tak ada dia. Tertawa diriku, setengah mengejek dalam hati lantaran kejiawaanku benar-benar berada di ambang batas.

"Aku nggak ngasih celah, sejak awal cuman ada kamu," balasku.

Hanya aku di dalam ruangan ini hingga suaraku menggema dalam ruangan yang mulai gelap. Kelas XI IPS 3, terasa begitu menyejukkan di lain hari namun tidak dengan rabu. Semuanya berubah mencekam, suara menggema di ruangan dan ucapannya menggema di benakku.

"Bohong, kamu bahkan melepaskan tanganku waktu itu."

Lagi-lagi dia mengataknnya. Lelehan bening air mata melewati pipiku. Ku jambak rambutku lantas duduk berjongkok.

"A-aku nggak mau, tapi maaf karena melepas tanganmu. Hiks maaf, aku yang salah."

Menangis sejadi-jadinya lantas melantur. Sudah jadi kebiasaan.

Dapat ku rasakan seseorang memelukku. Ku dorong dia sekuat tenaga.

"Nggak usah dekat-dekat!" gertakku.

Dia diam, mungkin kesal padaku dan itu wajar saja terjadi karena dari raut wajahnya aku tahu. Riki sama seperti 'dia' yang selalu saja membuatku menggila.

Tatapan mata itu membuatku menggila, tanpa sadar aku tertawa.

"Mau apa? Mau lo apa hah!? Kalau cuman buat pergi kayak dia jangan datang!"

"Gue benci! Gue nggak suka ditinggal gitu aja. Nggak suka lihat dia jalan sama yang lainnya, tapi kenapa waktu gue beneran lepas tangan lo pergi nggak mau balik lagi hah?"

"Yang salah bukan gue, jangan pergi … gue mohon, hiks …," teriakku histeris.

"Gue bukan dia, Ta."

Aku tahu, tapi kenapa ingin ku keluhkan rasa sakitku padanya? Mengapa rasanya aku semua ini juga salahnya.

Ahahaha bodohnya diriku padahal kami baru pertama kali bertatap muka. Apa ini cara Tuhan memberikan hukuman pada gadis nakal sepertiku?

To be continue ….

Vous aimerez aussi

Sahabatku Kekasih Hatiku

Aira Salsabila gadis cantik dan menarik, anak kepala desa yang memiliki wawasan luas dan modern,bersahabat dengan Ihsan Airlangga,pemuda tampan yang pandai bermain musik,dan punya sederet keahlian, putra seorang dokter pemilik salah satu rumah sakit terkenal Cikarang. Persahabatan itu terjalin sejak mereka duduk dibangku Sekolah Dasar hingga sekarang. Ihsan memendam perasaannya cintanya sekian lama hanya untuk Aira seorang.Pemuda itu tidak mau memulai untuk mengutarakan isi hatinya,berbagai macam pertimbangan dan rasa sungkan pada sahabatnya. Kekhawatirannya terhadap gadis itu yang banyak disukai oleh banyak pemuda, membawa keberanian bagi dirinya untuk segera menyatakan cintanya pada sang "Tuan Putri kembang desa yang amat dicintainya. " I love you Aira" Alhasil cintanya tidak bertepuk sebelah tangan,gadis pujaannya itu menerima cinta Ihsan dengan tulus. " I love you too" Kemudian mereka menjalani hubungan jarak jauh antara Jakarta - Bandung "Long Distance Relationship" kata anak muda zaman now. Dapatkah mereka menahan rasa rindu yang menggelora,dan cinta yang membara? Apa reaksi dari Aira dan keluarganya, ketika tiba tiba Ihsan ingin menikahinya? Mampukah Aira dan Ihsan bertahan dalam hubungan jarak jauh tersebut?Apa saja yang akan mereka alami berdua???? Yuuuk ikuti terus kelanjutan cerita ini "Sahabatku,Kekasih Hatiku" pada bab bab berikutnya. Jangan lupa dukung terus novel ini dengan memberi power stone dan review yang baik, sebagai energi baru untuk author dalam menulis cerita ini. Selamat Membaca....... Kamila Qha

Kamila_Qha · Sports, voyage et activités
4.9
178 Chs

Jodoh! Masa Gitu?

Heningtyas Permata Hati (17) seorang gadis desa yang polos tapi bar bar, dalam hidupnya hanya ada satu tujuan, menikah dengan anak juragan tanah yang gantengnya mirip aktor Bolywood kesayangannya. Di sela menjalani hari dengan tujuan hidup yang tak tergoyahkan, nasib buruk menghampirinya, seorang pemuda tampan dari kota (Anggara Yuda Pradipta, 18) datang dan tinggal di rumahnya dengan alasan yang tidak jelas. Orangtuanya pun tak bisa memberi jawaban yang memuaskan. Pemuda itu memiliki kepribadian ganda menurut Hening, kadang dingin kaya kulkas khusus es batu, kadang panas kaya api neraka. Dan jangan tanyakan tingkat ketajaman lidahnya, kalo udah ngomong nyakitin sampe ubun-ubun bayi baru lahir. Nasib buruk Hening tak sampai di situ, setiap hari pemuda itu menjadi sumber masalahnya, dimana dia tak bisa lagi khusyuk berdo'a untuk meminta pada Tuhan agar anak juragan tanah itu menjadi jodohnya. Sial! "EHHH ... MONYET! ANGKAT KAKI DARI RUMAHKU!!!" Dengan angkuh Dipta berkata, "ngusir gue? Nggak sadar diri! Gubuk reot lo ini berdiri di atas tanah kakek gue! Kalo ada yang harus angkat kaki, itu lo!" Mulut Hening menganga sampe hampir jatuh ke lantai, baru tekatup saat mendengar pintu kamar di banting dengan kuat. "Ya Tuhan! Apa salah dan dosaku!!" Jerit Hening yang di sambut tendangan maut dari dalam pintu kamar. Jantungnya hampir copot di buat cowok gila itu. Keselnya bukan main si Hening. Bagaimana nasib Hening selanjutnya? Bisakah dia mempertahankan tujuan hidupnya? Sementara Anggara Yuda Pradipta terus mengusik jiwa dan raganya. Dan apakah penyebab Anggara Yuda Pradipta berakhir di rumahnya? Ikuti kisah mereka dalam novel 'Jodoh! Masa Gitu?' Yakin bakal di buat ngakak dan baper parah. Dan yang paling penting, kalian bakal menemukan banyak rahasia dalam kisah mereka. Baca juga novelku yang lain ya. 1. Annaya dan Takdirnya. (700 views dan 900 colection) 2. Pernikahan Sementara. (2M views dan 8,6k colection)

Ardhaharyani_9027 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
347 Chs
Table des matières
Volume 1