webnovel

H(OURS) Time

Kita tidak tahu apa yang sebenarnya ada dan terjadi di dunia ini. Lautan luas hanya 5% terjamah oleh manusia. Lalu, apakah hal-hal mitos itu ada? Sihir? Mungkin di dunia kita, dunia sang penulis dan pembaca, tidak ada yang namanya sihir. Tetapi berbeda dengan dunia ini, semuanya mungkin untuk terjadi. Rakha, lelaki yang tidak diketahui entitas aslinya. Di saat semua manusia di dunia ini memiliki energi sihir, hanya dirinya yang tidak memilikinya. Akan tetapi, dia mampu menggunakan sihir. Entah kenapa, dirinya itu merasa seperti tidak terkekang sama sekali oleh sebuah aturan yang sudah dibuat oleh eksistensi tertinggi, Tuhan. Dia bebas melakukan banyak hal. Ada banyak hal yang harus diselesaikan sebelum dirinya pulang. Pulang? Kemana? Itulah yang sedang dirinya cari dan harus dituntaskan.

Garpit · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
10 Chs

Magician School of Blaze

Sekolah tersebut terdiri dari dua buah gedung utama; gedung murid dan gedung para pengajar. Pada dasarnya gedung murid memiliki luas yang lebih besar, karena pada tengah gedung tersebut terdapat tempat latih tanding dan juga sebuah arena.

Arena ini digunakan untuk sebuah turnamen tahunan dari Magician School of Blaze. Turnamen ini memiliki guna sebagai pengalaman dan juga rekomendasi terhadap suatu pekerjaan yang diminati. Jika memenangkan turnamen ini, tidak perlu memikirkan masa depan yang akan datang.

Untuk kelas dibagi menjadi lima tingkatan, kelas A, kelas B hingga kelas E. Klasifikasi penempatan siswa ditentukan berdasarkan besarnya energi sihir yang dimiliki seorang siswa. Kapasitas energi sihir itu sendiri adalah bakat yang didapatkan seseorang sedari lahir, namun kita tetap mampu melatihnya hingga meningkatkan kapasitas sihir tersebut.

"Oh ya, sebelumnya di sekolah ini terdapat satu kelas khusus. Kelas ini disebut kelas S, isinya orang yang memiliki bakat sihir yang besar dan juga pengendalian energi yang sangat akurat. Dan 100% murid di kelas tersebut adalah keturunan bangsawan," ucap Sekretaris OSIS yang ditugaskan oleh kepala sekolah untuk mengantar Rakha dan Aster berkeliling.

<Sekretaris OSIS, Tia Laverd, seorang penyihir dan juga petarung jarak dekat. Bakat yang dimiliki ... Teknik Sihir Penguat, ya?> Rakha mengamati sekretaris OSIS tersebut.

"Sebelumnya kak, saya ingin bertanya," Rakha memotong ucapan Tia.

"Ya, silahkan."

"Apakah semua anggota OSIS termasuk dalam kelas S?"

"Tidak, semuanya berada pada kelas A kecuali ketua kami."

"Hmmm, begitu ya kak, terima kasih."

<Ketua OSIS … Kelas S, menarik nih.>

"Setelah dari sini kita akan menuju tempat latih tanding, di sana kalian akan diukur seberapa kuat energi sihir yang dimiliki."

Saat mereka berjalan menuju tempat latih tanding, mereka melewati koridor kelas. Jam istirahat masih berlanjut di sana, hal tersebut menyebabkan tampilan Aster menjadi sorotan bagi para murid lelaki.

"Aster risih dilihat oleh mereka?" tanya Rakha.

"Ti-tidak kak, omong-omong kenapa kakak terlihat bingung?"

"Sebenarnya Rakha masih belum mengerti konsep sihir, jadi sekarang Rakha hanya mengikuti saja."

"Tidak apa-apa kak, nanti kita belajar bersama saja."

"Benar juga, kan ini sekolah," dengan santai tertawa di koridor kelas.

Mereka semua terus berjalan menyusuri koridor itu menuju tempat latih tanding

<Energi dari pria tersebut sangat ringan, tidak, itu bahkan tidak ada. Tapi energi dari wanita itu, I-Itu bukanlah energi manusia!> Seorang penguntit terkejut karena melihat energi Aster menggunakan Teknik Pendeteksi.

Mereka bertiga tiba di tempat latih tanding, di sana terdapat sebuah batu kristal besar dan juga di sekelilingnya banyak perlengkapan untuk latihan. Kristal besar ini akan mengukur jumlah energi sihir seseorang, dengan cara menempelkan tangannya di sana.

"Halo, Halo!! Siapa ini??"

"Selamat siang Bu Hiroko, saya disuruh membawa murid baru ini ke sini oleh kepala sekolah."

"OH!! Mereka ya."

Bu Hiroko menghampiri mereka berdua. Pakaiannya begitu terbuka dan juga terkesan mesum. Dia memeriksa Rakha dan Aster dengan begitu teliti.

"Hmm, kalian berdua menarik."

<Guru ini kepribadiannya parah sekali!>

"Kalau begitu saya pamit undur diri," ucap Tia.

"Ya, silahkan, hati-hati neng Tia!" sembari melambaikan tangannya.

Sekarang di tempat itu hanya ada tiga orang; Rakha, Aster dan Bu Hiroko. Suasana ruangan itu sangat segar, tak disangka ruangan yang lebih mirip gudang tersebut memiliki sirkulasi udara yang menyejukkan.

"Oh ya, kalian belum memperkenalkan diri," ucap Bu Hiroko sembari mencari sebuah alat di berbagai laci.

"Perkenalkan nama saya Aster Azalea. Beberapa orang memanggil saya Aster."

"Dan saya Rakha, saya adalah teman dekat dari Aster."

"Kalian sudah tahu nama ibu kan? Nama ibu, Hiroko Begonia. Ibu adalah adik kandung dari kepala sekolah."

<Jika dilihat-lihat Bu Hiroko ini cantik juga ya. Terlihat masih muda.>

"Apa yang kakak lihat." Menutup mata Rakha dengan kedua tangannya.

Bu Hiroko mengambil sebuah kacamata hitam untuk dipakai oleh dirinya dan juga Rakha. Kristal ini akan bersinar dengan terang yang apabila semakin besar energi sihir maka akan semakin terang sinar yang dikeluarkan kristal.

"Nah, sekarang silahkan Aster saja terlebih dahulu. Dan Rakha nih." Memberikan sebuah kacamata hitam kepada Rakha dan juga Aster.

Sebelumnya Bu Hiroko sudah tahu bahwa Aster memiliki energi sihir yang tidak wajar. Jadi dia sudah mengantisipasi dengan kacamata hitam.

Aster menghadap ke kristal tersebut, lalu meletakkan tangannya. Kristal itu mulai bercahaya saat Aster mengaliri energinya. Kristal itu semakin terang dan terus semakin terang.

<Ini sih sudah selevel 10 Pahlawan Besar. Bisa gawat nih jika tidak dihentikan,> pikir Bu Hiroko.

"Sudah cukup Aster."

Aster berhenti mengalirkan energi sihirnya. Cahaya pada kristal pun redup dan pada akhirnya padam.

"Aster, katakan pada ibu, berapa besar energi yang kau alirkan?"

"Mungkin baru sekitar 1/8 energi saya, bu."

Bu Hiroko sedikit terkejut saat dirinya tahu Aster baru hanya mengeluarkan secuil kekuatannya.

"Ok, untuk selanjutnya. Rakha, silahkan."

<Akhirnya giliranku, tapi aku sudah tahu hasilnya akan seperti apa,> dalam hati Rakha.

Rakha meletakkan tangannya pada kristal. Setelah satu menit pertama tidak ada cahaya yang muncul sama sekali.

"Rakha, coba fokuskan energimu pada telapak tangan lalu alirkan ke kristal."

"Tidak bisa, bu."

"Jika begitu mungkin ibu terpaksa akan melempar dirimu pada kelas E."

"Ya, tidak masalah."

Setelah melakukan beberapa tes lain seperti tes fisik, tes mental dan lain-lain, mereka diizinkan untuk beristirahat sementara. Saat mereka ingin menuju kantin, dengan tidak sengaja Rakha menabrak seorang wanita di persimpangan lorong.

<Cantik sekali! Tidak, tidak, tidak, jangan terpaku kepada cewe lagi.>

"Beraninya kamu! Kalian tidak mengenalku!?!" teriak wanita tersebut.

Dengan santainya Aster menjawab, "Siapa kau?"

"Aku adalah putri dari keluarga Api Suci, Stella Crimson."

"Karena ulahmu, seragamku menjadi kotor. Oleh karena itu, aku menantang dirimu dalam duel."

<Ehhh….> pikir bingung Rakha yang dirinya terjatuh juga dan berpikir bahwa bukan dirinya juga yang bersalah

"Kenapa kau terdiam hah!?! Ohh, takut yaa?" nada menghina dari Stella.

Situasi di sana menjadi sangat tidak karuan. Rakha bingung dengan apa yang harus dilakukannya untuk menghindari duel tersebut.

"Ho, ho, kalau begitu bagaimana jika kau meminta ma—" ucapan Stella yang terpotong.

"Kakak Rakha tidak mungkin meminta maaf kepada wanita berdada rata sepertimu," bantahan Aster dengan tegas.

"APA!" muka Stella memerah karena malu.

"Lagipula yang menabrak adalah kamu, bukan kak Rakha." Membalas ucapan Stella yang sebelumnya seperti menghina.

"Kalau begitu!! Kamu! Berduel denganku sekarang juga!!" Emosi dari Stella yang sudah tidak tertahan akhirnya meletus juga.

Situasi saat itu menjadi sangat tidak karuan. Keduanya saling menabrakkan energi sihirnya. Seseorang yang menguntit Rakha dan Aster menyaksikan semua itu. Saat dia menggunakan Teknik Pendeteksi, dia seperti melihat sebuah naga putih pada sisi Aster dan juga burung api pada sisi Stella.

"Oke, cukup sampai disitu saja." Kepala sekolah menepuk tangannya sekali.

"Kalau begitu bagaimana jika kalian lakukan duel di arena," sarannya.

<Hoi nenek tua! Baca situasinya dong,> gumam Rakha.

Ternyata, keduanya saling menyetujui tantangan tersebut. Dengan begitu duel antara Aster dan Stella akan dilakukan di arena, tetapi sebelumnya kepala sekolah mengajak Rakha dan Aster ke ruangannya.

Situasinya menjadi sangat canggung dan juga tidak karuan.

Stella langsung merapikan bajunya dan pergi meninggalkan tempat itu. Dengan begini, sang penguntit mendapatkan banyak informasi yang sangat berharga. Namun pada dasarnya, penguntit ini lebih tertarik pada Rakha yang tidak memiliki energi sihir sama sekali karena untuk ukuran sihir sebesar Aster dan Stella sudah lumayan mudah ditemukan di dunia.

~***~

Sesampainya di ruangan kepala sekolah, kepala sekolah memasang muka sangat serius. Bahkan Rakha dan Aster sampai tidak mengira bahwa kepala sekolah bisa seserius itu. Padahal saat menyambut mereka di depan sekolah, kepala sekolah terlihat seperti orang yang sangat santai dan ceria.

"Haduh, kalian ini baru masuk sudah membuat masalah saja," sembari menghela napas dan duduk di kursinya.

"Bukan kami yang memulai bu, nam—" ucapan Aster terpotong.

"Ya, yang paling penting, ibu membawa kalian kemari untuk memberi tahu kalian sesuatu."

Kepala sekolah memberikan sebuah dokumen kepada mereka berdua. Dokumen itu hasil dari tes kekuatan yang sebelumnya dilakukan. Milik Aster menunjukkan grafik yang sangat tinggi, lalu dia dimasukkan ke dalam kelas S. Sedangkan Rakha, grafik yang dia miliki semuanya datar; kapasitas sihir, kontrol sihir, dan juga kekuatan sihir. Kecuali satu data yang menunjukkan tanda tanya yaitu manipulasi energi sihir.

Manipulasi energi sihir, sebuah kemampuan mengendalikan energi sihir di luar tubuh atau sekitar lingkungan. Tidak banyak orang yang memiliki kemampuan ini, karena manipulasi sihir pada dasarnya hanya mampu dikuasai oleh para bangsawan kelas tinggi atau para penghuni dimensi atas atau para keturunannya. Orang yang mampu memanipulasi energi sihir secara masal dan menghasilkan sebuah sihir itu sendiri maka teknik ini disebut, Teknik Pikiran.

Teknik Pikiran dan Teknik Sihir memiliki sebuah perbedaan yang sangat bertentangan. Teknik Sihir itu teknik yang mengandalkan jumlah dan pengontrolan energi sihir dalam tubuh kita. Dan Teknik Pikiran lebih mengacu pada bakat atau anugerah sejak lahir.

"Ah ya, di dokumen itu, belum ditunjukkan jenis energi sihir apa yang kalian punya. Untuk Aster jenis sihir yang kau miliki adalah tanah dan air. Memiliki 2 jenis sihir sudah termasuk hebat di akademi ini."

"Terima kasih atas pujiannya."

"Dan untuk Rakha—" ucapan kepala sekolah terpotong.

"Tidak ada." Rakha menebak dengan spontan.

Hal itu tidak mengejutkan bagi Rakha, pada dasarnya dia memang tidak memiliki energi sihir. Sehingga tidak ada sampel yang mampu diteliti.

"Hanya itu saja yang ingin ibu sampaikan."

"Dan terakhir untuk Aster, saat duel nanti kamu tidak diizinkan untuk menggunakan sihir tingkat tinggi atau selebihnya dan juga perpindahan dimensi."

Aster terkejut karena kepala sekolah mampu mengetahui skill-skill dirinya. Tetapi itu bukanlah masalah bagi dirinya.

<Pertarungan ini bukanlah apa-apa. Bagiku saat latihan dengan Hawa itu lebih rumit dan juga saat bertemu Roh Besar Waktu itu lebih berat,> pikir Aster.

"Kalau begitu hati-hati ya, Rakha akan selalu mendukung Aster."

Aster memandang Rakha dengan memelas seolah-olah menginginkan sesuatu darinya.

"Haahhh ... kamu ini tidak pernah berubah ya." Rakha menghampiri dan juga mengelus kepala Aster. "Semangat dan menangkan, oke?"

"OKE!" Dengan penuh semangat, Aster langsung keluar ruangan menuju arena.

"Rakha, ibu ingin bicara empat mata denganmu sekarang juga," menghentikan Rakha yang ingin pergi keluar ruangan.

This is my first story, i hope you all enjoy this work

If you have criticism or suggestions, you can write them in the comments.

Like it ? Add to library!

Garpitcreators' thoughts