webnovel

H(OURS) Time

Kita tidak tahu apa yang sebenarnya ada dan terjadi di dunia ini. Lautan luas hanya 5% terjamah oleh manusia. Lalu, apakah hal-hal mitos itu ada? Sihir? Mungkin di dunia kita, dunia sang penulis dan pembaca, tidak ada yang namanya sihir. Tetapi berbeda dengan dunia ini, semuanya mungkin untuk terjadi. Rakha, lelaki yang tidak diketahui entitas aslinya. Di saat semua manusia di dunia ini memiliki energi sihir, hanya dirinya yang tidak memilikinya. Akan tetapi, dia mampu menggunakan sihir. Entah kenapa, dirinya itu merasa seperti tidak terkekang sama sekali oleh sebuah aturan yang sudah dibuat oleh eksistensi tertinggi, Tuhan. Dia bebas melakukan banyak hal. Ada banyak hal yang harus diselesaikan sebelum dirinya pulang. Pulang? Kemana? Itulah yang sedang dirinya cari dan harus dituntaskan.

Garpit · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Red and White

"Rakha, ibu ingin bicara 4 mata denganmu, sekarang juga," menghentikan Rakha yang ingin pergi keluar ruangan.

Aster pergi meninggalkan ruangan dan menuju arena untuk duel. Sementara Rakha masih berada di ruang kepala sekolah. Rakha dan bu kepsek membicarakan sesuatu hal yang penting. Bahwa pada hari itu, kepala sekolah mendapatkan sebuah informasi bahwa adanya teroris yang menyelinap ke dalam akademi dan menyamar sebagai murid.

Sebenarnya kepala sekolah ingin memberikan tugas pertama kepada Rakha untuk mencari dan menangkap teroris ini, pada akhirnya dia hanya menyuruh Rakha dan Aster untuk berhati-hati saja.

Kepala sekolah mengizinkan Rakha untuk keluar ruangan. Menurutnya, teroris ini sangat penting sebagai pembuka dan juga perkembangan Rakha. Dia sudah memprediksi bahwa teroris ini bisa menjadi suatu batu loncatan bagi Rakha. Dengan hanya untuk berhati-hati, dia tahu bahwa Rakha tidak hanya akan berhati-hati namun dia akan memperhatikan semuanya tanpa melewatkan setitik pun.

"Ya, benar... ini bukanlah suatu masalah yang besar," gumam Rakha.

<Mungkin ….>

Arena besar nan megah itu sudah dipenuhi oleh banyak siswa yang sangat tertarik untuk menonton pertarungan Aster sang pindahan misterius dan juga bangsawan api suci, Stella. Dalam peringkat akademi Stella ini sudah berada dalam peringkat 5 besar. Di samping energi sihirnya yang besar, dia memiliki kemampuan untuk mengontrol energi dengan sangat akurat.

"Kau masih punya kesempatan untuk menyerah dan meminta maaf sekarang," nada menghina yang serupa seperti sebelumnya dari Stella untuk Aster.

"Tidak. Lebih baik kita selesaikan saja di sini, dada rata."

"KAUU!!!"

<Tidak akan kubiarkan kau bisa bersekolah di sini dengan nyaman Aster!!!> niat buruk Stella yang sudah tertanam di pikirannya.

Saat baru saja sampai di arena, Rakha mencari tempat duduk di podium paling depan dekat pintu masuk. Dia mengkhawatirkan jika Aster akan menghancurkan arena ini tanpa sengaja. Tetapi, kecemasannya itu tiba-tiba hilang karena ada sesuatu yang lebih penting dari itu.

<Teroris ya... seharusnya jika ada, dia tidak mungkin langsung menampakkan diri di kerumunan banyak. Namun jika jumlahnya banyak, itu bukan lagi masalah bagi mereka,> pikir Rakha.

Hanya dengan memperhatikan wajah setiap penonton di arena, Rakha mampu mengetahui siapa orang yang memiliki niat jahat saat itu juga. Dirinya melihat satu per satu raut wajah dan mimik orang, lalu menerjemahkannya.

<Ah... sudah kutemukan.>

Untuk memastikannya Rakha mencoba merasakan energi sihir dan akhirnya menemukan sebuah kejanggalan pada suatu sisi di arena. Dia tidak langsung bertindak namun hanya memperhatikan sembari melatih kemampuan memanipulasi energi sihirnya. Energi yang ada di sekitar sisi arena tersebut terasa sangat tidak normal, seakan-akan seperti ada pusaran arus yang berfokus pada satu titik.

<Rasanya seperti akan terjadi hal yang sangat besar....>

"Baik! Dengan ini mari kita sambut dari sisi barat terdapat, STELLA CRIMSON. Seorang bangsawan api suci yang sekarang sedang menduduki peringkat 4 di akademi."

"DANN... Di sisi timur kita mendapatkan seorang siswi baru, ASTER AZALEA. Dengan jumlah energi sihirnya yang tidak wajar dan juga parasnya yang sangat anggun dan cantik memikat banyak hati pria."

Rakha yang melihat wajah para pria yang terpesona kepada Aster, membuatnya ingin meledakkan saja langsung arena tersebut.

"Pertandingan kali ini akan menjadi sangat heboh sekali ya. Baiklah, tidak perlu basa-basi lagi mari kita mulai saja."

Seisi arena bersorak mendukung pilihannya masing-masing. Semuanya sangat antusias dan juga bersemangat untuk menonton duel itu.

"SIAPPP... MULAII!!!"

<Baiklah bagaimana harus ku mulai.... hmm, lebih baik aku melawan serangannya saja. Akan ku buat dia kelelahan dan menyerah saja, tidak perlu ku gunakan sihir tingkat tinggi,> rencana Stella untuk memenangkan pertarungan.

Dengan pembukaan, Stella langsung memanggil pusaka keluarganya, pedang api, pedang yang diwariskan Dewa Asaruludu. Konon katanya api suci yang dihasilkan pedang itu mampu membunuh seorang iblis setingkat Astaroth dengan sekali tebasannya.

"Baiklah... kita mulai," gumam Stella tanda dirinya sudah siap untuk memulainya.

Sebelum Stella dan Aster memulai adu sihirnya tiba-tiba terdengar suara ledakan yang cukup besar di sisi stadium yang sebelumnya dicurigai oleh Rakha. Pertarungan mereka seketika terhenti, semuanya panik dan berlarian menyelamatkan diri dari tempat tersebut. Lalu terlihat seorang pria menggunakan sebuah jas formal dari asal ledakan tersebut. Sosok itu terlihat sangat berbeda dari yang lain sehingga sangat mencolok untuk dilihat.

"Benar... mari kita mulai. Stella...." Seringai pria tersebut.

Tekanannya seketika menjadi berat antara Stella dan pria berjas itu. Stella hanya bisa menggertakkan giginya seakan-akan dia sudah tidak mampu menahan amarahnya. Peringatan di arena berbunyi sebab Stella melepaskan jumlah energi sihir yang sangat besar,

"KAU!!! GEORGE! SEDANG APA KAU DI SINI?!?"

"Wa, wa, tidak perlu semarah itu juga bukan?"

Rakha yang mengamati pria tersebut dari seberang sisi arena, melihat bayangan energi sihir yang keluar dari tubuh pria itu. Energinya terus keluar dan menggumpal di atas langit-langit arena. Seakan-akan percakapan pria dan Stella itu hanyalah untuk mengulur waktu.

Terdengarlah sebuah nama sihir dari mulut George secara bisik-bisik, namun tetap terdengar oleh Rakha "Teknik Sihir: Panah Indra". Setelah mendengar itu, sontak Rakha melihat ke arah atas. Sebuah panah petir dengan jumlah yang pasti akan sulit untuk dihindari.

"STELLA AWAS DIATASMU!!" teriak Rakha.

Stella langsung menengok ke arah atas, dan berusaha untuk melindungi dirinya. Reflek dari Stella kurang cepat, serangannya tidak mampu di tahan sepenuhnya.

"Bagaimana jika aku mulai dengan hujan panah yang kedua."

<Masih ada interval untuk menggunakan sihir pertahanan. Semoga sempat,> dalam hati Stella.

"Matilah." George mengayunkan tangannya seperti menjatuhkan sesuatu.

Dengan mengandalkan kekuatan fisiknya, Rakha mampu menangkap Stella dan menghindari serangan tersebut. Luka ringan pada kaki Rakha saat menuruni arena yang cukup tinggi.

"Sial kakiku terkilir... Kau tidak apa-apa kan?"

Stella masih terdiam karena terkejut akan hal itu. Dia membatu, bergetar dan berkeringat cukup banyak. Itu hal wajar jika seorang manusia sudah melihat ajalnya di depan mata.

<Stella masih dalam keadaan shock, berarti memang harus aku yang mencoba.>

"Aster tolong sembuhkan kakiku."

"Baik, kakak."

Aster datang menghampiri di mana tempat Rakha dan Stella mendarat. Setelah kaki Rakha disembuhkan, dia dimintai tolong oleh Rakha untuk menjaga Stella dan juga mengalihkan perhatian pria itu menggunakan sihir jarak jauh.

"Lalu bagaimana dengan kakak?"

"Tenang saja. Rakha ada rencana."

Setelah berunding memikirkan banyak cara, akhirnya mereka berdua siap untuk melancarkan aksinya.

"Wah, wahh siapa ini, pahlawan kah? Coba kita lihat... HAHAHA bahkan kau tidak punya energi sihir sedikit pun. Bisa apa kamu?" Pria tersebut meremehkan Rakha.

"Baik Aster... Mulai!!"

Aster memberikan sebuah serangan kejutan berupa tembakan peluru air ke arah pria tersebut. Serangan itu ditangkis dengan mudahnya. Saat dia mengembalikan pandangannya ke arah Rakha, dia sudah tidak ada di sana.

<Di mana dia?> gumam George sembari memperhatikan sekitarnya.

Rakha melancarkan tendangan tepat di punggung pria tersebut hingga terjatuh ke arena. Setelah berlari cepat yang cukup jauh dan juga langsung melancarkan serangan sekeras itu, Rakha kehabisan banyak energi dan napas.

"HAHA! MENARIK!! Manusia tanpa sihir bisa melancarkan serangan padaku."

"Hahh... hahh... Kata siapa aku tidak bisa menggunakan sihir."

Rakha menutup matanya dan membayangkan energi sihir yang berada di arena tersebut terfokus pada satu titik. Mengubah bentuknya menjadi sebuah anak panah berelemen petir sama halnya seperti yang dibuat George sebelumnya. Namun dengan imajinasi Rakha, dia tidak membuat petir itu berwarna biru seperti pada umumnya petir. Dengan kerapatan energi yang sangat padat, petir yang dibuat Rakha terlihat seperti panah indra yang sebenarnya.

"Menakjubkan, kau meniru sihirku!!"

"Teknik Pikiran: Panah Indra...." bisik Rakha sambil menembakkan panah tersebut.

Panah indra diluncurkan menuju pria tersebut. Menciptakan daya ledak yang lebih besar dibanding serangan george sebelumnya. Tak diduga George masih selamat dari serangan berenergi sebesar itu.

"Sialan kau! Membuatku terpojok seperti ini... katakan siapa namamu!"

"Rakha… hahh… hahh...." napasnya terengah-engah setelah melakukan sihir besar untuk pertama kalinya.

<Sialan ternyata membayangkan dan mengumpulkan energi sihir saja bisa selelah ini.>

"Rakha ya. Aku George, George Crimson... Kita akan bertemu lagi di lain waktu."

<Crimson?>

Pria tersebut melarikan diri menggunakan sihir teleportasinya. Sejenak suasana menjadi hening untuk sebentar. Rakha berjalan menuju tempat Aster dan Stella berada.

"Kakak tidak apa-apa kan?"

"Y-ya... tidak apa-apa. Bagaimana keadaan Stella?"

Energi Rakha yang terkuras habis setelah berlari dengan jarak cukup jauh dan juga melancarkan serangan jarak jauh yang sangat kuat, terjatuh pingsan di samping Stella dan juga Aster.

<Sialan... aku... sudah tidak kuat....>

"Dia masih shock. Omong-omong bagaimana kakak bisa mengguna-" ucapannya terpotong, badannya tidak kuat untuk menahan beban kekuatan pikirannya.

"KAKAK!!!" teriak Aster.

~***~

<Duh... di mana ini....>

"Kamu sedang berada dalam bawah alam sadarmu, namun aku mengatur alammu menjadi alamku menggunakan sihir, Nothingness." Suara yang entah dari mana asalnya.

Suatu tempat yang kosong tidak ada apa-apa di sana, yang dapat terlihat hanya Rakha sendiri. Tidak ada seseorang di sana, dan juga tidak ada ujungnya. Badan Rakha pun tidak dapat digerakkan, seolah-olah memang sedang terkekang oleh sesuatu.

"Siapa kamu?"

"Tak perlu tahu siapa diriku... namun kita akan bertemu tidak lama lagi."

Rakha dengan segenap kekuatannya berusaha untuk bisa menggerakkan tubuhnya. Hasilnya pun nihil, yang bisa dilakukan hanyalah berkedip dan juga berbicara.

"Aku mengatur dimensiku agar kau hanya bisa berbicara, jadi tak perlu memaksakan untuk bergerak apalagi keluar dari alamku."

"Kalau begitu apa yang kau inginkan dariku?" tanya Rakha.

"Tidak ada, aku hanya menyegel jiwamu di alamku agar kau tidak cepat bertemu dengan Yang Mahakuasa saja. Setelah tubuhmu membaik aku akan mengembalikan jiwamu ke raganya."

Situasi yang sulit dipahami oleh Rakha; jiwa, alam bawah sadar, raga, Maha Kuasa semuanya tidak dapat disambungkan ke dalam logika. Dibanding memberontak, Rakha lebih memilih bersantai dan menunggu.

Sudah sekitar 6 hari berlalu di dalam alam tersebut. Rakha pun sudah kehabisan kesabaran untuk menunggu lebih dari itu. Dengan berteriak-teriak, rasa jenuhnya berkurang namun dia ditegur oleh pemilik alam tersebut "BERISIK TAHU!"

"Kalau dipikir-pikir kau itu perempuan ya? Malaikat maut?"

"Tidak sopan ya... Asal kau tahu aku ini manusia."

"Oohhhh... Apakah kamu selalu berada di alam ini?"

"Aku akan menjawabnya saat kita bertemu nanti. Sekarang kau sudah bisa keluar."

"Serius!?! Asik."

"Baiklah... Teknik Sihir: Perpindahan Dimensi, lepas. Sampai bertemu lagi... Kakak...." dengan suara yang samar-samar.

<KAKAK?>

Rakha terbingung karena panggilannya itu. Kakak? itulah yang dikatakan pemilik dimensi itu sebelum melepaskan jiwa Rakha ke dalam tubuhnya kembali.

Tak lama kemudian, Rakha terbangun dari pingsannya kurang lebih satu minggu itu. Saat itu dia sedang ditemani oleh sang sekretaris OSIS, Tia Laverd. Saat tersadar, sang sekretaris OSIS ini langsung berdiri memanggil dokter yang menangani Rakha sedari awal tidak sadarkan diri.

"Aduh…. " Melihat sudut-sudut ruangan.

<GILA!!! Ini perlengkapan medis apa, lengkap sekali.>

Aster berlari dari koridor untuk juga menghampiri Rakha dan langsung memeluknya sesampainya di sana, "Dasar… kakak selalu memaksakan diri." Mendekapnya lalu menangis.

"Sekarang Rakha sudah tidak apa-apa kok."

Aster di sana hanya bisa duduk di samping Rakha, tersenyum penuh syukur. Lalu datanglah Stella, namun dia langsung dihalangi untuk tidak masuk oleh Aster. Kekesalan Aster terhadap Stella lah yang membuat dirinya tidak memperbolehkan Aster menemui Rakha. Dia sudah seperti itu sejak awal Rakha di rawat.

<Entah kenapa seperti deja vu ya... haha.>

"Sedang apa kalian ribut-ribut di luar! Ini rumah sakit, hargai orang sakit," teriak seorang wanita depan koridor kamar Rakha.

<Hmmm siapa itu... suaranya seakan-akan tidak asing bagiku.>

"Biarkan aku menjenguk murid baru itu."

Datanglah sosok murid wanita dengan sikap yang sangat tegas. Situasi menegangkan dan menakutkan membuat bulu kuduk Rakha berdiri. Setelah pintu tertutup, wanita itu datang menghampiri Rakha.

Seketika wanita itu memeluk Rakha dan menangis dengan suara yang lumayan keras.

<Mengapa perempuan ini tiba-tiba menangis? Siapa?> Rakha merasa heran.

"Ah ya, maaf-maaf, perkenalkan namaku Netra Nigarish. Aku adalah ketua OSIS di sini dan juga ... Adik kandungmu." Kembali memeluk dan menangis lagi.

<Adik kandung?? Bukankah aku tidak memiliki adik perempu-... Tunggu, tunggu!! Jangan-jangan...>

"Kau adik ke-2 ku yang saat itu dikabarkan keguguran?" Rakha berusaha untuk menebaknya.

"Iya...." Kesenangannya bertambah, pelukannya semakin erat.

<Aku masih memiliki seorang anggota keluarga....>

Air mata dari kedua saudara itu mengalir dan saling berpelukan, sama-sama melepaskan kerinduannya dan juga sedikit menenangkan. Selesainya mereka saling kangen-kangenan, Netra menjelaskan kepada Rakha bahwa dirinya yang saat itu menjaga jiwa Rakha didalam dimensinya.

"Kak... bagaimana kondisi ibu, ayah dan…." Melihat Rakha membuang mukanya.

"Ahh... begitu ya. Maaf... Netra tidak bisa membantu dan juga menemani kakak saat sendiri."

Kedua tangan Rakha menangkap bahu Netra, "Maafkan kakak juga, Netra pasti kesepian, kan?". Ucapan maaf yang paling tulus terus mengalir dari mulut Rakha. Ingatan akan bencana itu dan juga penyesalan kepada adiknya muncul bersamaan.

Sebuah benang takdir, persaudaraan yang terputus telah kembali tersambung lagi. Bukan, ikatan ini menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Ikatan mereka mustahil untuk dipisahkan kembali.

"Omong-omong kak, dua wanita di luar itu siapa? Pacar kakak?" dengan tatapan mengerikannya.

Setelah pertemuan tersebut, Rakha terpaksa menjelaskan keberadaan Aster dan juga Stella di sana. Itu memakan waktu yang cukup lama.

~***~

Setelah beberapa hari kedepan, Rakha menjadi terkenal sebagai Penyihir Abnormal. Karena jumlah energi sihirnya yang tidak ada sama sekali, namun bisa melancarkan sihir dengan bentuk yang luar biasa. Meskipun sudah beberapa hari berlalu pun, ketenarannya tetap dikenal banyak siswa lain. Dan juga karena dirinya yang memiliki ketahanan fisik, mampu menghempaskan musuh hanya dengan menendangnya. Terakhir, karena dia juga berada pada kelas E.

"EH! Jadi aku sekarang kelas 2 lagi? Bukannya itu turun kelas sebelum pindah sekolah !?" protes Rakha di dalam ruang kepala sekolah.

"Aku lupa mengatakannya. Sistem penempatan bagi murid sekolah pindahan, kelasnya akan diturunkan satu tingkat dari kelas sebelumnya," ucap sang kepala sekolah

Dengan begitulah awal mula Rakha menetap dan hidup di kelas 2-E setelah kesembuhannya. Pertama kali tiba di kelas dengan seragam barunya, sambutan hangat dari siswa-siswi kelas 2-E langsung bertebaran seisi kelas. Siapa sangka bahwa pendidikannya akan ditambah selama setahun lagi. Namun hal itu membuat dirinya memiliki satu kesempatan untuk mengikuti Turnamen Tahunan.

<Baiklah, mari kita mulai keseriusan kita untuk menjadi nomor satu di sekolah sini. Mana mungkin kan aku kalah dengan adik kandungku sendiri apalagi Aster.>

Dengan segenap hati, tujuan utama dirinya adalah menjadi nomor 1 di sekolah tersebut. Tekadnya sudah sangat bulat, semangatnya pun membara dalam setiap pembelajarannya di kelas.

Seiring waktu tekadnya semakin terkikis dan kian lenyap hampir tak tersisa. Kelasnya begitu buruk, membuat sebuah mata pelajaran yang seharusnya bisa di kuasai dalam 1 jam pelajaran menjadi empat kali lipat lamanya.

<Kelas ini buruk! Buruk! BURUK SEKALI!! Aku harus bisa berkembang sendiri!>

~~Satu minggu pun berlalu~~

<Mustahil... Aku menyerah saja….>

Rakha tergeletak di rindangnya pohon dekat danau terbuka. Hangatnya terik matahari, angin sepoi-sepoi sangat mendukung suasana untuk tidur. Beban pikiran akan kelasnya sejenak terlepas dari benak Rakha.

<Omong-omong kenapa teman sekamarku tidak pernah ada di kamar ya... Ya sudahlah, toh nanti pun bakal bertemu.>

Disaat dirinya hampir tertidur lelap, terdengar suara yang kesannya seperti memanggil dari kejauhan. Rakha membuka sedikit matanya, terlihat sebuah bayangan hitam dari atas langit mengarah ke dirinya.

"HATI-HATI! TOLONG MENGHINDAR!" teriak sang pemuda dari kejauhan.

"UWAAA!!!" teriak Rakha sambil menghindari benda yang jatuh itu. Dirinya terbangun dan tidak terlalu memperhatikan benda apa yang melayang menuju dirinya itu. Pandangannya langsung tertuju pada seseorang.

Seorang laki-laki datang menghampiri Rakha dan meminta maaf dengan sangat sopan. Saat terlihat dari dekat, "Sialan laki-laki ini cantik sekali! Sampai-sampai dadaku berdegup kencang." Di samping permohonan maafnya, Rakha penasaran dengan benda yang dilemparnya bisa sampai sejauh dan setinggi itu.

<Qb$&af**ad!! Sebuah KATANA!! Mati aku kalau tidak menghindar tadi.>

"Ah ya, omong-omong kenapa kau melempar katana ini?"

"Saya tidak sengaja melemparnya saat mencoba berlatih mengayunkannya," dengan nada yang gugup dan lembut.

<Tidak sengaja?... Ya sudahlah, bukan masalah ini.>

Rakha mencabut katana itu, melihat-lihat dan mencoba beberapa teknik berpedangnya yang dulu pernah dilatih di beberapa ilmu bela diri. Pemuda itu terkagum-kagum dengan cara Rakha menggunakan katananya itu.

"Waaw, katana ini ringan juga ya, nih." Memberikan katananya ke pemuda tersebut.

Pemuda tersebut dengan malu-malu meminta tolong kepada Rakha untuk mengajarinya cara menggunakan katana, "Kak, apa boleh aku minta tolong ajar—" Dengan reflek Rakha langsung menolak permintaan itu, "Tidak, terima kasih." Dia menyadari bahwa tidak memiliki bakat dalam mengajari. Terpaksa pemuda tersebut menerima penolakan itu, dengan membawa kekecewaannya dia pergi meninggalkan Rakha.

<Kalau dilihat-lihat, dia memiliki bakat murni dalam menggunakan Teknik Penguatan. Mungkin juga, dia berusaha mengasah kemampuan jarak dekatnya ya? Ya sudahlah, toh dia pun sudah pergi. Ya, mungkin nanti akan ku beri beberapa tips kepada dia nanti.>

"Omong-omong nama dia tadi siapa ya?" Dengan bodohnya Rakha sama sekali tidak mengetahui identitas pemuda yang tadi.

<Pemuda tadi benar-benar tipe idealku. Coba saja kalau dia wanita, sudah pasti jatuh hati diriku ini.>

Disaat Rakha berleha-leha, siapa yang menyangka bahwa sudah banyak organisasi dan beberapa kebijakan baru terbuat untuk menangani keberadaan Rakha ini. Benar, keberadaannya sudah banyak diketahui semenjak insiden dirinya menggunakan Teknik Pikiran. Karena hal tersebut agak sedikit tabu untuk zaman dan dimensi tersebut.

Salah satu organisasi yang baru saja akan menjalankan rencananya, Death Silent — organisasi teroris terbesar yang memegang kekuasaan di Amerika Serikat. Anggotanya bergerak secara personal dan pemimpinnya sendiri adalah salah satu anggota Pahlawan Besar.

This is my first story, i hope you all enjoy this work

If you have criticism or suggestions, you can write them in the comments.

Like it ? Add to library!

Garpitcreators' thoughts