webnovel

H(OURS) Time

Kita tidak tahu apa yang sebenarnya ada dan terjadi di dunia ini. Lautan luas hanya 5% terjamah oleh manusia. Lalu, apakah hal-hal mitos itu ada? Sihir? Mungkin di dunia kita, dunia sang penulis dan pembaca, tidak ada yang namanya sihir. Tetapi berbeda dengan dunia ini, semuanya mungkin untuk terjadi. Rakha, lelaki yang tidak diketahui entitas aslinya. Di saat semua manusia di dunia ini memiliki energi sihir, hanya dirinya yang tidak memilikinya. Akan tetapi, dia mampu menggunakan sihir. Entah kenapa, dirinya itu merasa seperti tidak terkekang sama sekali oleh sebuah aturan yang sudah dibuat oleh eksistensi tertinggi, Tuhan. Dia bebas melakukan banyak hal. Ada banyak hal yang harus diselesaikan sebelum dirinya pulang. Pulang? Kemana? Itulah yang sedang dirinya cari dan harus dituntaskan.

Garpit · Fantasy
Not enough ratings
10 Chs

Keputusan Awal

<Rakha ke mana ya... katanya sudah tidak masuk seminggu> dalam hati Rani.

Terik mentari membuat daratan sangat silau yang menyebabkan mata menjadi kantuk. Suasana kelas hening tanpa kehadiran guru. Siswa di kelas Rani sibuk mengerjakan tugasnya, tetapi Rani sendiri hanya penuh pikiran akan Rakha. Saat itu tidak ada yang mengetahui keberadaan Rakha dan juga sangat sulit untuk dihubungi.

"Psttt...pstt...." panggil Aster.

"Aku?" Rani melihat Aster memanggilnya, lalu menunjuk dirinya sendiri untuk meyakinkan panggilan Aster.

Rani keluar kelas menghampiri Aster yang memanggilnya. Dia dibawa ke sebuah tempat di belakang WC. Tidak banyak yang mengetahui tempat itu, karena banyaknya rumor asal mula tempat itu adalah kuburan.

"Ehh, kenapa aku dibawa ke sini?" ucap Rani.

"Sudahlah tidak ada apa-apa juga. Aku ke sini karena ada hal yang ingin aku sampaikan."

Rani dengan tegang dan juga terpaksa harus mendengarkan hal yang diucapkan oleh Aster.

"Tempo hari lalu, aku mendapatkan informasi bahwa keluarga Rakha wafat karena kebakaran rumah. Dan sekarang Rakha sedang pergi, entah ke mana tempatnya."

Tenaga pada kaki Rani seketika melemas sebab mendengar musibah tersebut. Tubuhnya bergemetar, air mata yang mengalir, menggambarkan kekhawatiran dirinya terhadap Rakha.

"Tenang dulu Rani." Aster usaha menenangkannya.

"Kita akan mencarinya mulai besok setelah pulang sekolah, oke?"

Sepatah kata pun tak kuasa dikeluarkan dari mulut Rani. Dia hanya menganggukkan kepalanya dengan maksud menyetujui ucapan Aster.

"Besok, aku tunggu di gerbang."

Keesokan Harinya

Rambut putih diberai terkibaskan oleh angin sore. Aster sedang berdiri menunggu Rani di depan gerbang sekolah. Tiba-tiba terdapat sebuah pesan masuk ke dalam handphone Aster. Seseorang mengirimkan sebuah foto Rakha.

LINE....

<Ini kan Rakha, dan tempat ini juga kan....>

Tak lama kemudian, datang Rani dari arah dalam sekolah.

"Maaf aku terlambat, Hahh... hahh...." Napasnya yang berat karena berlari.

"Ya, tidak apa-apa."

"Jadi bagaimana kita mencari Rakha sekarang?"

Aster memperlihatkan dawainya, lalu menunjukkan sebuah tempat yang di mana di sana terdapat orang melihat Rakha.

"Kita akan ke sana dan menemuinya di sana."

Saat mereka hendak berjalan keluar gerbang, tiba-tiba di sana muncul kehadiran Rakha. Memang kehadirannya membuat Rani ingin langsung menemuinya, tetapi Aster berusaha untuk menghentikan niatnya untuk sesaat.

Ada suatu hal yang ingin Aster perhatikan, yang membuatnya untuk membuntuti Rakha.

"Lebih baik kita ikuti Rakha. Ke mana dia akan pergi."

Aster dan Rani membuntuti Rakha dari gerbang hingga menuju tempat tujuannya yaitu Ruang Tata Usaha.

<Kenapa Rakha menuju ruangan tersebut? Dan juga kenapa dia tidak menggunakan seragam.>

Muncul banyak spekulasi dalam pikiran Aster, "Apa yang membuat Rakha mendatangi ruang Tata Usaha, setelah sekolah bubar dan juga tidak menggunakan seragamnya."

Rakha mengucapkan terima kasih kepada petugas Tata Usaha, lalu berjalan keluar. Aster dan Rani menyegerakan diri untuk bersembunyi di toilet dekat tata usaha.

"Aster, keluar lah jangan bersembunyi. Kalau mau mengobrol lebih enak di tempat lain, kan?"

Mereka berdua terkejut karena hawa kehadiran yang sudah dibuat sangat tipis mampu diketahui oleh Rakha.

"Hehe, hai kakak" ucap Aster.

"Hmm, kenapa Rani juga di sini?"

"Ha-Hai... Rakha." Dengan wajahnya yang termenung, jika dibaca seperti orang yang penuh tekanan akan khawatir.

"Lebih baik kita pindah tempat saja. Dan juga ada yang ingin Rakha bicarakan dengan kalian."

Mereka sepakat untuk mengikuti Rakha. Dengan berjalan kaki tujuan menuju sebuah cafe kecil, tempat yang di mana Rakha dan Rani terlibat insiden kecelakaan.

Sepanjang perjalanan Rani hanya memandangi raut wajah dan juga tangan Rakha. Dan juga dia jatuh ke dalam jurang ketidakbergunaan sebagai seorang pacar bagi Rakha.

Rani hanya menatapi telapak tangannya saja.

"Kenapa Rani? Sini ku pegang." Rakha menggenggam tangan Rani tiba-tiba.

"Ehhh??" ucap Rani.

Aster dari belakang hanya memandangi mereka berdua bergandengan tangan, sembari memikirkan Rakha.

<Kakak kenapa kamu menyimpan penderitaanmu lagi.>

Mereka mendapatkan tempat yang dekat, sebuah taman kecil. Banyak tumbuhan dan bunga-bunga di sana. Suasananya memanglah sangat tepat untuk berbicara santai.

Namun, atmosfernya berubah setelah mereka memesan minuman.

"Rakha gak mau bertele-tele. Jadi intinya Rakha akan pindah sekolah mulai besok."

Setelah melakukan perbincangan yang panjang di tempat tersebut. Banyak sekali yang dibahas dari yang masuk akal hingga tidak masuk akal. Semuanya dibeberkan secara detail tanpa ada kebohongan dan juga bagian yang terlewat sedikit pun.

Dengan memberikan kode kepada Rakha, Aster berpisah dengan Rakha dan Rani karena ada hal lain yang perlu dilakukan. Rakha mengantarkan Rani pulang hingga ke rumahnya. Selama perjalanan mereka berdua hanya diam, tidak ada yang berani mengeluarkan kata-kata untuk memulai pembicaraan.

"Rani." Panggil Rakha.

"Y-ya?"

Suasana pinggiran jalan yang masih banyak kendaraan lewat. Terkadang beberapa ucapan tidak terdengar jelas. Angin pun terasa sangat besar, mungkin akan ada hujan nanti malam.

"Rakha ingin bertanya sesuatu, menurut Rani hubungan ini lebih baik bagaimana?"

"...." Pertanyaan itu membuat Rani berhenti berjalan, dan juga Rakha. Tatapan Rani yang termenung menghadap kebawah. Dia menahan tangisannya, pada dasarnya Rani masih belum siap untuk ditanya mengenai hal tersebut.

"Rani, gak tahu harus apa, tetapi kalau Rani hanya membebani Rakha, lebih baik hubungan ini tidak usah dilan—" ucapan terpotong.

Rakha memeluk Rani secara tiba-tiba. Air mata sudah tidak mampu dibendung lagi. Semuanya keluar, menangis dan juga rasa ingin untuk berteriak yang dilampiaskan pada pelukan itu.

<Rani benci pelukan yang seperti ini. Rani benci juga Rakha yang seperti ini. Rani sangat takut dengan Rakha yang seperti ini. Tapi entah kenapa Rani tidak ingin melepaskan pelukan ini. Hangat, nyaman, dan menenangkan.>

Dengan menatap raut wajah Rani, Rakha menyadari, <Sepertinya, Rani sudah bulat dengan keputusannya juga ya. Rakha akan menerima semua keputusan Rani> dengan senyum lebar yang bahkan tidak pernah dipasang pada biasanya.

"Rani sangat sayang sama Rakha. Rani tidak pernah sekalipun membenci Rakha. Tapi Rani tidak ingin menghalangi jalan Rakha, jadi...."

<Lebih baik kita sudahi saja hubungan ini.>

Keduanya tersenyum, menurut mereka perpisahan itu adalah perpisahan terbaik yang akan menanamkan kesan dan juga pesan untuk keduanya.

<Benar, memang sudah seharusnya seperti ini.>

Pelukan terakhir yang menyimbolkan perpisahan ini bukanlah akhir dari segalanya namun awal dari perjalanan bagi keduanya.

[Bukan keduanya ....]

~***~

"Rakha, ayo kita pergi," teriak seorang wanita.

"Ya, ya."

<Aku Rakha, sekarang diriku ini sedang menumpang pada rumah teman masa kecilku. Benar, dia adalah Aster. Wanita berambut putih dan juga pupil mata yang berwarna ungu. Dia mengetahui masa laluku dan juga dia meminta kepadaku agar dirinya bisa selalu berada disisiku.>

<Sekarang diriku ini sudah tidak memiliki rumah ataupun keluarga. Pilihan hidupku semuanya adalah kehendakku. Tidak ada yang mampu mengubahnya. Aku tidak memiliki dendam ataupun penyesalan terhadap insiden yang menimpa keluargaku.>

<Biar ku mulai menempuh jalanku sendiri.>

"Terima kasih untuk semuanya, Rakha tidak akan melupakan kalian semua." Mengusap batu nisan di depannya. Bertuliskan kedua nama orang tuanya dan adik laki-lakinya.

"Selamat tinggal." Wajahnya yang sudah kembali ceria, matanya tertutup dan kedua tangannya membentuk salam perpisahan.

"Ayo Rakha, nanti terlambat," teriak Aster.

"Iyaa!!! Aku ke sana."

Hembusan angin, terlihat bayangan kedua orang tuanya menepuk bahunya dan adiknya yang menggenggam erat tangan kakaknya itu.

Sebuah siulan angin berkata, <Meskipun hanya sesaat, itu semua adalah nyata dan kami bahagia. Selamat tinggal>

….

Rakha dan Aster pergi menaiki sebuah bis di halte. Dengan cuacanya yang sangat cerah, mereka berdua menikmati perjalanan itu. Bis itu memasuki sebuah pelosok dalam hutan. Rindang pohon menghalangi sebagian cahaya matahari pada jalanan, ekosistemnya yang sangat stabil dan juga hangatnya udara yang menenangkan.

Sesampainya pada tujuan, Rakha dan Aster turun tepat di depan sebuah gerbang sekolah yang sangat besar. Mereka berdua terkagum karenanya. Di depan gerbang sudah hadir seorang wanita yang pernah Rakha temuinya di cafe sebelumnya. Shrubs Begonia, seorang kepala sekolah di sekolah tersebut.

"Halo Rakha dan Aster. Selamat datang di sekolah penyihir terbaik, Sekolah Penyihir Blaze atau untuk nama internasionalnya, Magician School of Blaze. Semoga kalian betah dan mampu belajar di sini," sambutan ramah Shrubs

<SEKOLAH INI TERLALU KEREN!!!>

This is my first story, i hope you all enjoy this work

If you have criticism or suggestions, you can write them in the comments.

Like it ? Add to library!

Garpitcreators' thoughts