webnovel

Fake Friends for Future

Autor: Ajengkelin
Ciudad
Terminado · 101.4K Visitas
  • 232 Caps
    Contenido
  • valoraciones
  • NO.200+
    APOYOS
Resumen

Setelah bersahabat 3 tahun lamanya, Rea mengaku kalau ia jatuh cinta pada Al, sejak awal menatapnya di rooftop kampus. Pada dasarnya, pasangan sahabat jadi cinta sudah menjadi hal yang sangat lumrah. Tapi, apakah Al bisa menerima Rea? Sementara selama ini, Al kerap berpaling hati dari satu wanita, ke wanita yang lainnya. Sebuah cerita sahabat jadi cinta, yang tidak semulus seperti dalam cerita novel, sinetron, maupun film layar lebar. Inilah, cerita sahabat jadi cinta yang sesungguhnya .... Selamat menikmati karya terbaru saya ^.^ Salam hangat, dari Between Him and Us

Etiquetas
7 etiquetas
Chapter 1Prolog - Tears

Tin!

Rea membunyikan klakson, agar anak-anak di komplek tempat tinggalnya segera menepi dan tidak bermain di tengah jalan lagi. Rumahnya tidak jauh dari lokasi tersebut, hanya berselang beberapa rumah saja.

Rea memarkirkan mobilnya dengan rapi, tepat di depan sebuah rumah, milik orang tuanya.

Ia belum mematikan mesin mobil, hanya menarik rem tangan sebagai safety.

Rea melihat ke arah kursi belakang. Sebuah bucket bunga mawar yang cukup besar dan bahkan lebih besar dari hadiah wisuda yang ia terima satu tahun lalu.

Rea kembali menghadap ke depan, menyandarkan kepalanya tepat di atas kemudi.

Tidak ada niat untuk keluar dari mobilnya, saat ini. Bahkan seat belt masih melingkar, mengunci tubuhnya pada kursi kemudi, tempat duduknya kini.

Malam ini, hati dan pikirannya benar-benar terganggu.

Itu dapat diketahui dari butiran bening yang sudah tidak dapat dibendung lagi, dengan menetes pada pipi dan kemudi yang ini menjadi tempat bersandarnya.

Bahkan suara isak menandakan kalau ia sedang menangis, begitu tersedu.

Tok tok tok!

"Re …."

Rea menahan isaknya. Mendengar suara seseorang memanggil, sembari mengetuk jendela mobilnya.

Tok tok tok!

"Re … buka, ya … please …."

Rea menegapkan posisi duduknya. Ia menoleh ke sisi kanannya dan segera berpaling.

Rea menghapus air mata yang membasahi pipi dengan lengan bajunya. Ia juga menarik napas panjang agar tidak ada lagi isak yang tersisa.

Tok tok tok!

"Rea … keluar ya, sebentar saja …."

Rea melepas seat belt dan kemudian mematikan mesin mobilnya. Ia keluar dari mobil, tanpa menoleh pada seseorang yang kini berada tepat di hadapannya.

"Re … kamu kenapa pergi?" tanya pria bernama lengkap Rajaz Ainnaldy.

"…"

Tidak ada jawaban dari Rea.

"Re …? Kamu kenapa?" tanya pria yang kerap disapa Aldy.

"Maaf, Al," ucap Rea dengan mata yang berkaca-kaca.

"Rea … aku yang seharusnya minta maaf. Tadi Ibu bilang kalau ka—"

"Sebentar, ya …," sela Rea, kemudian membuka pintu mobil bagian belakang.

Rea mengambil bucket bunga mawar tersebut dan digenggamnya, tepat di depan dadanya.

"Re?"

"Untukmu," ucap Rea sembari memberikan bucket bunga tersebut kepada Aldy.

"Un—tukku? T—tapi Re, kamu ke—"

"Maaf ya Al … aku masih saja cengeng dan tidak bisa mengendalikan emosiku. Sudah sekian lama, tapi rasanya masih saja sakit, menerima kenyataan ini," ujar Rea, lagi-lagi tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya.

"Re … kita bicara dulu, ya … sebentar saja," pinta Aldy.

"Pulanglah … aku akan masuk ke dalam," tolak Rea, secara tidak langsung.

"Re … jangan seperti ini …."

Rea berlalu, tanpa peduli lagi pada Aldy yang berusaha menghalangi jalannya.

"Re … maafkan aku … Re … tolong ….."

Rea masuk dan segera mengunci pintu pagar rumahnya. Tidak peduli lagi, dengan suara Aldy yang terus memanggilnya dengan sejuta permintaan maaf.

Tetap saja … Rea akan kecewa dan menjadi terluka, meskipun ia menerima permintaan maaf Aldy.

'Bukan ku tak bisa memaafkanmu … tetapi, aku masih sangat terluka … untuk ketiga kalinya, Al ….'

***

Beberapa tahun sebelum malam itu ….

"Areana Mandalika!!!"

"Siap!"

Rea –kerap disapa-, lagi-lagi harus telat untuk hadir di rapat pembentukan ketua divisi musik di sebuah organisasi seni, yang sudah dinaunginya sejak satu tahun lalu.

"Telat lagi …," bisik Ferdinan, sahabatnya, yang satu divisi dengannya.

"Rea … kami sudah sepakat, pemilihan kepengurusan di setiap divisi, dilakukan dengan musyawarah, bukan vote," tutur Hans, ketua umum di organisasi tersebut.

"Oh, baiklah kalau begitu … di diskusikan saja, aku ikut mendengar dan memberikan pendapat," balas Rea.

"Kami sudah mendapatkan seseorang yang pantas untuk menjadi ketua divisi musik," ujar Hans, sembari membenarkan kacamata yang dipakainya.

"Hm? Sudah ada kandidatnya? Siapa saja?" tanya Rea, membesarkan kedua matanya.

"Bukan kandidat, Rea … tapi sudah diputuskan dan sudah dipilih," sahut Ferdinan menjelaskan kembali maksud dari perkataan Hans.

"Oh ya? Apa aku telat terlalu lama? Kalau begitu … siapa ketua divisinya?"

"Areana!"

Serentak seluruh anggota di divisi musik itu menyebut nama Rea.

"Haa? A—aku?" tanya Rea terkejut, sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Iya Rea … itu kamu. Mereka meminta kamu yang memimpin mereka di divisi musik ini, selama satu periode."

"Kenapa harus aku? Disini bukan hanya aku yang sudah satu tahun berada di organisasi Seni dan berada di divisi musik," sanggah Rea, keberatan.

"Kami percaya padamu, Re … kamu memang sangat pantas menjadi pemimpin kami," tutur Ferdinan memuji Rea.

"Ferdi … tidak biasanya kamu memujiku. Kalian pasti memilihku karena ada suatu masalah, bukan?" tanya Rea curiga.

"Bukan masalah, Rea … tapi … kami belum mendapatkan kandidat untuk menjadi wakil kamu," jawab Hans, mewakili jawaban teman-teman yang lainnya.

"Seharusnya, kamu tidak perlu menjadi ketua umum, Hans. Tetaplah di sini dan menjadi pendampingku, untuk mengukuhkan divisi musik," keluh Rea.

"Bukan jadi pendamping hidup kamu?" tanya Ferdinan, lagi-lagi menyahuti.

"Ferdi!" seru Rea kesal dengan sahabatnya.

***

Tetes air mata lagi-lagi membasahi pipi Rea. Ia masih saja terbayang akan hubungannya dengan Hans yang harus berakhir beberapa bulan lalu.

Rea mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah tempat perhiasan kecil, dimana isinya adalah sebuah cincin dengan permata kecil sebagai pemanisnya.

"Hans …," rintihnya dengan isak yang berusaha ditahannya.

Rooftop kampus, di gedung utama. Menjadi tempat ternyaman Rea untuk mengeluarkan air mata yang selalu ditahannya selama perkuliahan berlangsung.

"Please to love your tears!"

Rea membesarkan matanya, bergegas mengusap air mata yang membasahi pipinya. Ia juga bergegas menyimpan kembali cincinnya ke dalam tempat dan segera memasukkannya ke dalam tas.

"Who are you crying about?"

Rea menoleh, melihat siapa pria yang mengganggunya.

"Who are you?" tanya Rea, tidak mengenal pria yang kini sedang melangkah menghampirinya.

Pria itu duduk persis di samping Rea, mengusap air mata Rea dengan tangannya.

"Sedang patah hati?" tanya pria itu lagi.

"…."

Rea diam tidak menjawabnya.

"Kamu … sepertinya, aku pernah melihat kamu … tapi dimana, ya?"

"Hm? Aku? Kita satu kampus, sudah pasti kamu pernah melihatku," jawab Rea, masih menatap pria itu, yang juga sedang menatap matanya.

Pria itu tersenyum, menundukkan kepalanya, terkekeh.

"Kenapa tertawa?" tanya Rea, justru kesal.

Pria itu kini kembali menoleh pada Rea, menatap lekat bola mata berwarna cokelat itu.

Ia mengusap lembut kepala Rea dan lagi-lagi mengusap air mata, yang masih membekas di pipi Rea.

"Jangan menangis lagi, ya … apalagi menyendiri di rooftop seperti ini."

"Kamu … siapa?"

"Memang sebaiknya kita berkenalan, siapa tahu … aku bisa ingat, dimana kita pernah bertemu sebelumnya," ujar pria itu.

Rea mengernyitkan dahinya, bingung.

"Aku Rajaz Ainnaldy, kamu bisa memanggilku Aldy. Mahasiswa baru, jurusan Teknik Mesin."

También te puede interesar

Istri Jenius si Miliarder

Dunia Scarlett runtuh ketika dia dicampur obat dan dipaksa menikah dengan janda kaya yang sangat tua, yang memiliki lima anak. Mencoba melarikan diri dari masalah yang nampaknya tidak bisa dihindari, dia menerima tawaran pernikahan kontrak selama satu tahun untuk pria misterius tersebut. Dia berjanji ini akan mengeluarkan dia dari masalah pernikahan yang ditentang dengan paksa. Dia menerima tawaran tersebut. Jika semuanya lancar, dia akan menjadi wanita bebas dan mandiri dalam satu tahun ... Namun, banyak hal yang mengambil giliran yang tak terduga. Pernikahan kontrak membuat kehidupan Scarlett terasa seperti dia sedang menaiki rollercoaster. Campuran kegembiraan dan antusiasme, diteror neraka, dan surganya yang bahagia. Bersiaplah untuk cerita yang menawan yang akan membuat Anda terpikat dari awal hingga akhir, mengurai rahasia enigmatik dari kehidupan Scarlett. ******* Hanya orang gila yang akan menerima tawarannya. Dan sekarang ini, dia tidak termasuk dalam kategori itu. Pikirannya masih waras. "Tolong jangan salah paham. Saya hanya mencoba membantu diri saya sendiri. Dan pada saat yang sama membantu Anda." Scarlett semakin bingung. "Saya tahu masalah saya rumit. Tapi, aku rasa menikah dengan pria yang baru saja kukenal, tanpa cinta, terasa aneh..." katanya. "Ini bukan pernikahan sungguhan, tetapi pernikahan kontrak yang bisa Anda atur untuk keuntungan Anda. Dan juga milikku." Scarlett mendengarkan dengan diam; di dalam hatinya, dia terkejut dan agak bingung. Xander menyilang lengan di atas dada sambil menatap mata Scarlett. Dia melanjutkan, "Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya akan membantu Anda, dan pada saat yang sama, Anda akan membantu saya. Saya tidak perlu menjelaskan apa masalah saya. Tapi, saya menjamin Anda, jika Anda setuju untuk melakukan pernikahan kontrak dengan saya, maka masalah Anda akan terpecahkan. Jadi, apa pendapatmu!?" Scarlett tidak terburu-buru untuk bicara. Dia perlahan mengangkat kepala dan berkata, "Jadi saya bisa memasukkan klausul apa pun yang saya inginkan dalam kontrak?" Pria itu mengangguk, berkata, "Selama itu tidak menyakitiku." Dia menawarkan jabat tangan kepada Xander, "Oke. Kau dapat mengatasi!"

PurpleLight · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
540 Chs

Kelahiran Kembali di Tahun 80an: Istri Sarjana yang Imut

Tertipu untuk menikah, dieksploitasi seumur hidup sebagai pengasuh tanpa bayaran, dan akhirnya dipukuli hingga mati oleh ibu angkatnya di depan tempat tidur ayah angkatnya yang sedang sakit, kehidupan menyedihkan Shen Mianmian berakhir. Ketika dia membuka matanya lagi, dia menemukan dirinya kembali pada usia lima belas tahun. Shen Mianmian berjanji untuk melarikan diri dari takdir masa lalunya, menghukum sepupu dan ibu angkat yang jahat, namun secara tidak sengaja bersinar terlalu terang dalam prosesnya. Siswa yang sebelumnya berada di urutan ketiga dari belakang di sekolah tiba-tiba naik ke puncak, menjadi kandidat yang diperebutkan oleh perguruan tinggi bergengsi, menyebabkan sensasi di antara semua guru dan murid... Sementara yang lain sibuk belajar, Shen Mianmian sibuk memulai bisnis kecil untuk menghasilkan uang... Sementara yang lain mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi, Shen Mianmian membeli dua bangunan berhantu yang paling terkenal di Beijing sekaligus... menjadi keanehan di mata semua orang, mereka mengejeknya bahwa walaupun dia punya keberuntungan untuk membelinya, dia mungkin tidak punya nyawa untuk tinggal di dalamnya. Sementara yang lain lulus dan sibuk mencari pekerjaan, properti berhantu yang dibeli Shen Mianmian diambil oleh pemerintah, membuatnya mendapatkan sejumlah besar kompensasi penggusuran. Orang-orang yang dulu mengejeknya tidak bisa tidak menampar diri mereka sendiri dua kali... bertanya-tanya di mana-mana apakah ada rumah berhantu yang dijual. Shen Mianmian, yang awalnya butuh meminjam uang untuk biaya kuliah, menggunakan dana penggusuran dan memanfaatkan keuntungan kelahiran kembali untuk membeli sebidang tanah yang cocok dan membangun gedung sewaan, bertransformasi menjadi pemilik tanah terkaya dan paling makmur di Beijing... Suatu hari, Shen Mianmian, yang membawa tas penuh kunci dan baru saja mengumpulkan sewa, ditarik pergi ke Kantor Urusan Sipil. "Shen Mianmian, sudah waktunya bagi kamu untuk membayar apa yang kamu hutangkan padaku."

Yin Family's Sixth Child · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
264 Chs
Tabla de contenidos
Volumen 1
Volumen 2 :Vol 2
Volumen 3 :Vol 3