Banyak siswa-siswi yang memperhatikan, namun pria berparas anime itu mengabaikannya karena dia sudah terbiasa dengan suasana sekolah tersebut.
~New Chaps~
Happy Reading 💜
Drap
Drap
Drap
Drap
Drap
Suara langkah kaki yang terdengar cukup nyaring di indera pendengar keempat makhluk berbeda jenis kelamin yang tengah menikmati makanannya semakin lama semakin mendekat, dan benar saja tiba-tiba ada kedua siswi sudah berdiri didepan mereka dengan nafas yang terengah-engah.
"Kalian kenapa lari-lari? " Tanya Bilqis yang sepertinya mengenal mereka.
"tahu nih kaya dikejar setan saja, " Sahut Adnan menimpali.
"Kak gawat kak! " Seru siswi berambut sebahu.
"kalian ini sudah lari-lari tak jelas, sekarang mau bicara pun tak jelas juga, " Cibir John.
"tapi ini beneran gawat kak, " Sergah siswi berambut panjang.
"kalau kalian ingin bicara tak jelas silah_" Ucapan pria berkulit putih pucat itu terpotong.
"kak Anna habis dibully sampai tak sadarkan diri! " Pekik Yura, yang berambut sebahu.
"APA?! " tanya keempat makhluk berbeda jenis kelamin itu serempak.
"sekarang dia sudah dibawa ke UKS oleh kak Rama, " Jelas Rani, siswi berambut panjang.
"Kalian tidak bercanda kan? " Tanya Bilqis setengah percaya.
"Astaga, kak Bilqis! Kita serius, buat apa bercanda? " Celetuk Yura kesal.
"yasudah kalau begitu, kita harus segera kesana, " Ujar John dengan wajah khawatir yang sangat kentara.
"terimakasih infonya, " Kata Gibran.
Kedua siswi itu hanya menganggukkan kepalanya saja sambil tersenyum tipis, ya walaupun tak akan dibalas oleh manusia gumpalan salju tersebut.
Tanpa berpikir panjang keempatnya segera bergegas ke UKS dengan sedikit berlari sedangkan Yura dan Rani kembali masuk kedalam kelasnya.
''''''
UKS
Terlihat seorang pria berparas anime setia menemani sang pujaan hati sambil menggenggam erat tangannya sedangkan gadis mungil itu sendiri masih terbaring lemah dibrankar UKS yang kini telah terlelap.
Perlahan tangan sang dominan tergerak untuk mengelus surai keemasan milik gadis mungil itu.
"sebenarnya aku hampir saja memutuskan untuk mundur, tapi setelah melihatmu dalam keadaan seperti ini entah kenapa aku jadi semakin ingin melindungimu, " Ucapnya bermonolog diri sambil menghirup aroma strawberry dari rambutnya.
Tak lama kemudian manik bambi gadis mungil itu perlahan membuka sehingga membuat Rama melepaskan genggaman tangannya dengan spontan dan menjadi salah tingkah sendiri.
"eh, kau sudah bangun rupanya? " Ujar Rama sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Gadis mungil itu hanya menganggukkan kepalanya saja, kemudian "kak Rama kenapa tidak masuk kelas? " Tanya Anna heran.
"karena aku tak tega meninggalkanmu sendiri disini, lagipula aku sudah diberi izin kok, " Jelas Rama apa adanya.
Yup sebenarnya setelah dia mengantarkan gadis mungil itu ke UKS, pria berparas anime itu sempat meminta izin dengan menjelaskan kejadian yang sebenarnya, dan berhubung Pak Ali selaku guru yang akan mengisi pada jam berikutnya segera menganggukkan kepalanya, toh baru kali ini Rama tidak masuk kelas.
"maaf kalau aku sudah merepotkanmu, " Ucap Anna merasa bersalah.
"sstt, itu sama sekali tak merepotkanku, justru itu keinginanku sendiri," Sahut Rama tulus tak lupa tersenyum tampan.
"𝘋𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘪𝘮𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪, " Sambungnya dalam hati.
"terimakasih, " Gumam gadis mungil itu dengan suara purau.
Pria berparas anime itu hanya menganggukkan kepalanya saja sambil tersenyum tipis.
Setelah itu keadaan menjadi hening seketika, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namun tak tahu apa sebabnya tiba-tiba gadis mungil itu menangis dalam diam, mungkin karena dia memikirkan hal semalam ditambah dengan yang terjadi barusan. Apa mungkin sebaiknya dia mundur? Lalu merelakan Gibran dengan cinta pertamanya?
"Astaga Anna, kau kenapa menangis? " Tanya pria berparas anime itu dengan wajah khawatir yang kentara.
Bukannya menjawab, gadis mungil itu justru semakin terisak sehingga membuat Rama kewalahan sendiri. Namun sepertinya pria berparas anime itu tidak ambil pusing karena dia segera menarik gadis mungil itu kedalam pelukannya kemudian menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut guna menenangkan kekasih khayalannya mungkin?
Sekitar lima belas menit Anna menarik diri dari pelukannya, sehingga membuat Rama mau tak mau harus melepaskannya meskipun ada tak rela dihatinya apalagi melihat gadis dihadapannya sedang bersedih.
"kak menurutmu, apa sebaiknya aku harus memilih mundur dan merelakan bang Gibran bahagia dengan gadis lain? " Tanya gadis mungil itu ragu namun meminta pendapat kepada pria yang duduk dihadapannya.
Sebenarnya hati pria berparas anime itu sedikit tercubit ketika mendengar penuturan dari Anna, namun apa daya dia hanya mencintai dalam diam.
"jika kau memilih mundur, apa kamu siap melakukannya? " Ujar Rama sedikit tak yakin.
"aku juga tidak tahu, " Sahut Anna dengan suara tercicit.
"Bahkan kau sendiri masih ragu Na, kalau tidak sanggup sebaiknya jangan dilakukan, " Tutur Rama lembut.
"tapi kak aku takut jika nanti kak Laurent menepati ucapannya, " Bantahnya dengan mata yang berkaca-kaca.
"menurutku dia mengucapkan itu hanyalah sebuah gertakan semata, " Ucap Rama seolah menebak tujuan Laurent.
"tapi itu sih terserah kamu saja Na, ingin mundur ataupun tidak semuanya adalah pilihanmu sendiri, " Sambungnya.
"dan kurasa sebaiknya mundur saja, " gumam gadis mungil itu pelan.
"apa kau yakin? " tanya Rama ragu.
gadis mungil itu hanya menganggukkan kepalanya saja.
Brak!
Suara dobrakan pintu membuat keduanya melihat kearah sumber suara tersebut, lalu muncullah satu persatu siluet yang sangat dikenalnya.
Keempat makhluk berbeda jenis kelamin itu terlihat sangat khawatir, terutama pria berkulit putih pucat itu beserta saudara kandungnya, mengabaikan tatapan tak suka dari pria berparas anime yang sedang duduk dihadapan gadis mungil tersebut.
"Na, kenapa kau tidak memberitahu kami bahwa ada yang membully mu? " Tanya Gibran khawatir.
Gadis mungil itu melengos begitu saja tak menggubris ucapan dari pria berkulit putih pucat tersebut.
"Kau baik-baik saja kan? " Ujar John memastikan keadaan gadis mungil tersebut.
"seperti yang kau lihat, " Sahut Anna sambil tersenyum tipis.
"Siapa yang sudah berani melakukan ini kepadamu? " Tanya Bilqis geram karena melihat sahabat satu-satunya yang terluka.
"jika aku menjawab jujur pun pasti tak akan ada yang percaya apalagi kakaknya bang John, " Tutur gadis mungil itu sambil tersenyum kecut.
"tidak Na, aku akan menjadi orang pertama yang akan mempercayaimu, " Sergah Gibran.
"Aku juga! " Sahut John dan Bilqis serempak.
"Aku setuju dengan ucapan Anna, bukannya aku meragukan kalian hanya saja aku sedikit tak yakin atas jawaban kalian, terutama kau Gibran, " Ujar Rama datar.
"maksudmu apa hah?! " Tanya pria berkulit putih pucat itu dengan menaikkan dua oktaf.
"tenang Gib, ini UKS dilarang berisik, " Ucap Adnan berusaha menenangkan emosi sahabatnya yang hampir meluap.
"Dan kau Rama, sebaiknya jangan mencari masalah serta jangan mencampuri urusan orang lain, " Sambungnya kesal.
"semua yang kau katakan itu semuanya tidak benar Adnan, aku bicara apa adanya. " Sahut Rama dengan nada kelewat rendah.
Sehingga membuat bulu kuduk mereka meremang seketika kecuali manusia gumpalan salju.
"Dan apabila jika Anna memberitahu pelakunya adalah Laurent and the gang, apa kalian_ ah tepatnya kau Gibran akan percaya atau tidak? " Tanya pria berparas anime itu menantang.
Kira-kira Gibran dan kawan-kawan percaya atau tidak ya?