webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · Fantasy
Not enough ratings
49 Chs

Kecewa

"Dan apabila jika Anna memberitahu pelakunya adalah Laurent and the gang, apa kalian_ ah tepatnya kau Gibran akan percaya atau tidak? " Tanya pria berparas anime itu menantang.

~New Chaps~

Happy Reading 💜

Dwinetra kelam pria berkulit putih pucat itu membola sempurna kala mendengar penuturan dari Kulkas berjalan kedua diseantero sekolah tersebut. Namun detik setelahnya dia menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai tanda tidak mempercayainya.

"tidak mungkin Laurent seperti itu kepada Anna, sebrengsek-brengseknya dia tidak berani melakukannya, " Ujar Gibran menentang.

"What the fuck?! " Pekik Adnan tak percaya dengan ucapan sahabatnya.

"sudah kuduga bahwa kau tak mungkin percaya, " Cibir pria berparas anime itu rendah.

"lalu untuk apa kau sok-sokan ingin menjadi orang yang pertama untuk mempercayainya? " Sambungnya.

"tapi Gib, menurutku ucapan Rama benar bahwa Laurent adalah dalangnya dan aku ingatkan lagi bahwa dia merupakan ketua dari geng Blue Bird yang sebenarnya, jika kau lupa, " Tutur Adnan panjang lebar.

"Aku setuju dengan kak Adnan, ya walaupun aku tak terlalu mengenalnya, " Sahut Bilqis menimpali.

"tapi bagaimana bisa dia melakukan hal itu? " Tanya pria berlesung pipit itu ragu.

"Aku heran banget kepada kalian berdua padahal ada hubungan kel_" Ucapan Rama terpotong.

"yasudahlah kak tak apa jika mereka tak percaya," Ujar gadis mungil itu sambil tersenyum miris disertai pandangan kosong.

"tapi Na_" lagi-lagi ucapan pria berparas anime itu terpotong.

"tak apa kak sungguh, " Jawab Anna dengan nada yang mulai bergetar.

Pria berparas anime itu hanya mengangguk patuh, sedangkan Bilqis tak tega melihat sang sahabat yang sedang menahan perih dihatinya sehingga tiba-tiba dia memeluknya erat seakan tak ingin gadis mungil itu terpuruk sendirian.

"Na, hiks k-kau tenang saja ya, hiks a-aku percaya padamu, hiks aku j-juga akan selalu disisimu, " Ucap gadis berjuluk chipmunk itu sambil menangis terisak.

"Anna aku juga sebenarnya percaya padamu tapi tidak sepenuhnya, " Kata Gibran yang terdengar kelewat enteng.

Tak tahukah Gibran? Perasaan gadis mungil itu menjadi hancur dalam hitungan detik karena ucapannya, dia tidak menyadari bahwa sebenarnya Anna sedang menangis tanpa suara disela pelukannya.

"𝘦𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘬 𝘓𝘢𝘶𝘳𝘦𝘯𝘵 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘬𝘶𝘯𝘺𝘢, " Bathin John perih.

Entah dapat dorongan darimana tiba-tiba pria berlesung pipit itu melangkah maju kearah pujaan hatinya lalu memberi isyarat agar Bilqis melepaskan pelukannya.

Gadis mungil itu menundukkan kepalanya enggan menampakkan wajahnya dihadapan mereka, namun dia terkejut ketika mendapati kedua tangan kekar yang menangkup kedua pipinya.

"Hey, lihat aku, " Titah John lembut.

Perlahan Anna mengangkat wajahnya lalu menatap pria berlesung pipit itu dari jarak cukup dekat.

"Aku percaya padamu Na, kau tidak mungkin berbohong dan aku sangat yakin dengan pelakunya, " Lirih John.

"Bang John tak bercanda kan? " Tanya Anna dengan suara tercicit.

"apa dimatamu aku sedang berbohong? " John membalasnya dengan pertanyaan.

Gadis mungil itu segera menggelengkan kepalanya saja, lalu menubrukkan didada bidang sepupunya tersebut.

"hiks, t-terimakasih....hiks s-sudah percaya... hiks k-kepadaku, " Ucapnya sambil menangis terisak.

"ssttt sudah jangan menangis lagi ya, " Kata John sambil menyeka air matanya menggunakan ibu jarinya lalu memeluknya kembali.

Diam-diam kedua Kulkas berjalan itu mendengus sebal, berusaha mati-matian menahan gejolak emosi yang teredam karena cemburu melihat sepasang adam dan hawa sedang berpelukan didepan mereka.

"aku tak habis fikir kepadamu Gib, dimana otak jenius yang kau banggakan itu? Kenapa kau tidak mempercayainya? Bukankah waktu pagi kau menolak Laurent tapi kenapa sekarang kau membelanya? " Cecar Adnan tak kalah datar dari Gibran karena terlampau kesal.

"Maklum cinta pandangan pertama memang bisa mengalahkan semuanya," Sindir Anna sambil tersenyum kecut.

"tapi Na aku tidak bermaksud untuk_" Ucapan pria berkulit putih pucat itu terpotong.

"tidak bermaksud apa hah?! Jika kau serius menyayanginya bagaimana mungkin kau tak mempercayainya?! Apa aku harus menunjukkan buktinya kepadamu?! " Tanya Rama bertubi-tubi dengan manik elang yang menukik tajam.

"Kau mempunyai buktinya? " Tanya Gibran ragu.

"hm, " Sahut pria berparas anime itu dengan gumaman.

"Apa kita boleh melihatnya? " Tanya John penasaran.

Terlihat pria berparas anime itu menghela nafas kasar kemudian mengutak-atik ponsel pintarnya lalu dia segera memberikannya kepada mereka apalagi jika bukan sebuah video pertunjukan yang menyakitkan.

Seketika John menjadi mendidih, manik hazelnya memerah kilat bahkan kedua tangan pun sudah mengepal dan rahangnya mengeras satu kata untuk pria berlesung pipit tersebut adalah marah besar, Bilqis yang menyadari perubahan teman sekelasnya segera menenangkannya sedangkan gadis mungil itu menunduk takut karena belum melihat ekspresi sepupunya yang belum ditunjukkan sama sekali.

Berbeda dengan pria berkulit putih pucat itu, dia hanya diam tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia bingung harus percaya kepada pujaan hatinya atau cinta pertamanya, seakan paham Rama segera mengambil alih ponselnya.

"Apa kau sudah percaya? " Tanya Rama sambil tersenyum remeh.

"entahlah, aku bingung, " Sahut pria berkulit putih pucat itu ragu.

"oh, jadi kau masih belum percaya bang?! " Hardik John geram.

"bukan seperti itu, aku hanya_" Dengan cepat gadis mungil itu memotong ucapannya Gibran.

"sudahlah tak perlu dibahas, percuma saja jika ada yang belum percaya, " Ujarnya dingin.

"kalau masalah dia percaya atau tidak, aku tak peduli, " sambungnya.

Semuanya mengangguk setuju dengan ucapan gadis mungil itu kecuali Gibran.

Kenapa Anna berkata seperti itu? alasannya karena gadis mungil itu sudah terlampau kecewa kepada Gibran yang lebih percaya kepada orang lain daripada dirinya.

'''''

Gadis mungil itu diantarkan pulang oleh Rama karena sebelumnya pria berparas anime itu sudah laporan kepada kepala sekolah selain itu dia juga dapat kepercayaan dari John dan kawan-kawan (-Gibran).

Pradipta Mansion

Tak lama kemudian mereka telah sampai didepan kediaman Pradipta, tanpa berfikir panjang Rama segera turun dari mobilnya lalu memutar balik kearah pintu penumpang untuk membantu gadis mungil itu karena akibat tendangan di perutnya sangat keras sehingga meninggalkan rasa sakit yang hebat.

setelah itu dia menuntunnya dengan telaten hingga sampai di depan pintu rumah megah tersebut, tanpa ragu pria berparas anime itu memencet bel tepat disamping kiri daun pintu.

tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang cukup samar, hingga muncullah wanita paruh baya dengan raut wajah heran memperhatikan gadis mungil itu dari atas sampai bawah, dan detik selanjutnya manik hazel wanita dewasa itu membulat sempurna kala mendapatkan luka lebam dibeberapa bagian wajah keponakan suaminya.

"apa yang sudah terjadi kepadamu sayang? siapa yang berani melukaimu seperti ini? apakah mantan kekasihmu kembali lagi? " tanya Mamah Maria bertubi-tubi saking khawatirnya.

"mah apa kita boleh masuk dahulu?" gadis mungil itu balik bertanya karena sejujurnya perutnya masih sangat nyeri.

"aduh maaf, mamah sampai lupa, " sahut mamah Maria sambil menepuk keningnya. "silakan masuk, " sambungnya.

''''''

"kamu yakin hanya jatuh terpeleset? " tanya mamah Maria ragu.

"iya mah, " sahut gadis mungil itu sambil tersenyum paksa.

"apa benar nak Rama? " tanya mamah Maria kini menatap penuh selidik kepada pria berparas anime tersebut.

Terlihat pria berparas anime itu sedikit tersentak ketika mendengar namanya disebut, dia bingung untuk berkata jujur atau ikut membohongi wanita paruh baya yang diketahui sebagai orang tua kandungnya Anna.

Dia menengok kearah gadis mungil itu seakan bertanya "bagaimana ini?" yang segera dibalas gelengan kepala dengan tatapan memohon, bukan bermaksud apa-apa hanya saja Anna tak ingin pasangan Pradipta merasa sedih.

Rama menghela nafas lelah kemudian "benar tan, dia terpeleset didekat toilet. Tentang masalah lebam karena wajahnya terbentur dinding, " pria berparas anime itu memasang wajah ngilu yang dibuat-buat.

TBC

revisi Sabtu 20 Februari 2021 12:22