webnovel

BUKAN KUPU-KUPU MALAM

Geschichte
Abgeschlossen · 107.4K Ansichten
  • 194 Kaps
    Inhalt
  • Bewertungen
  • NO.200+
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Kartika dijual oleh ibunya kepada seorang mucikari untuk membayar utang almarhum ayahnya. Di usianya yang baru 16 tahun ia terpaksa harus menjadi wanita penghibur. Tetapi,rahasia kehidupan Kartika terkuak. Ia adalah seorang anak dari pengusaha kaya raya yang diculik sewaktu bayi. Bagaimanakah kehidupan Kartika selanjutnya?

Chapter 1KUPU-KUPU MALAM

"Nggak usah nangis, kamu mau disiksa sama Mami Sania?!" hardik Wahyu sambil menyetir mobil. Teti langsung menyambar tissue dan merapikan make up Kartika yang tampak belepotan karena air mata.

"Mending diem deh, eike nggak tanggung jawab ya, kalau sampai tamu nggak puas trus ngadu sama Mami," kata Teti.

"Tolong lepasin saya, saya nggak tau kalau Ibu saya udah jual saya. Saya masih mau sekolah."

"Kamu pikir, Mami Sania mau lepasin kamu begitu aja? Kalau kamu mau bebas, kembaliin dulu uang yang sudah diberikan Mami Sania sebesar 50 juta plus dana untuk baju dan sepatu yang kamu pakai, juga make up dan tenaga saya itu pake uang!" bentak Teti.

Teti membawa Kartika ke sebuah hotel berbintang bersama dengan dua orang bodyguard Mami Sania wordsa. Donny dan Wahyu bertubuh tinggi besar dengan wajah yang garang. Wajah Wahyu memiliki bekas sayatan dari pelipis hingga ke pipi sebelah kanan, sehingga keliatan tambah seram. Kartika hanya mampu terisak sedih, hatinya benar-benar sakit. Hanya demi hutang, Ibu kandungnya dengan tega menjualnya.

Kartika hanya bisa diam dan pasrah. Ia sudah tak sanggup lagi untuk menangis. Sampai akhirnya mereka tiba di lobby Hotel Savoy Homan, Hotel yang cukup terkenal di kota Bandung. Hanya pejabat, orang penting dan orang-orang kaya yang biasa menginap di hotel yang terletak di jantung kota Bandung ini. Wahyu dan Teti langsung menuju ke resepsionis dan menanyakan tamu atas nama Bapak Abidin. Sementara, Donny menjaga Kartika supaya tidak bisa lari kemana-mana.

Resepsionis pun segera menelepon ke kamar terlebih dahulu setelah itu baru memberitahu nomor kamar kepada Teti dan Wahyu. Setelah itu, mereka langsung membawa Kartika ke kamar Abidin.

Abidin ternyata adalah seorang pengusaha yang cukup kaya di kota Bandung. Dia sudah biasa untuk memesan wanita-wanita cantik yang masih perawan tentunya kepada Mami Sania. Dan, saat ia melihat Kartika senyuman langsung mengembang di wajahnya. Teti langsung mendorong tubuh Kartika perlahan untuk masuk ke kamar bersama Abidin, sementara ia dan Wahyu kembali turun ke lobby untuk menunggu Kartika di sana. Tentu saja setelah menerima amplop dari Abidin sebagai pembayaran Kartika.

Kartika hanya bisa menunduk ketakutan saat Abidin menggandeng tangannya untuk masuk.

"Ayo, sini duduk jangan takut. Siapa nama kamu, neng geulis?" tanya Abidin.

"Ka-Kartika, pak."

"Duh, jangan panggil bapak atuh. Panggil saja akang atau mas, gitu. Memangnya, saya udah kelihatan tua banget?"

Kartika menggelengkan kepalanya. Abidin mengambil sekaleng minuman dari minibar dan, dengan senyuman licik ia membubuhkan sesuatu ke dalam minuman tersebut. Ia tau bahwa Kartika tentu masih perawan. Belum pernah tersentuh oleh lelaki manapun. Karena itu, Abidin memberikan sedikit obat untuk membuat Kartika sedikit liar saat melayaninya.

"Ni, minum dulu. Ini hanya minuman ringan kok, bukan alkohol," kata Abidin. Kartika yang memang gugup langsung menerima minuman yang di sodorkan oleh Abidin tanpa rasa curiga. Bahkan ia menghabiskan hampir setengah kaleng.

Abidin hanya menyeringai melihat mangsanya sudah masuk ke dalam jebakannya. Abidin tidak mau rugi, ia sudah menghabiskan uang sebanyak 15 juta rupiah hanya untuk membeli keperawanan Kartika. Ia tidak mau Kartika hanya bersikap pasif apalagi sambil memohon- mohon untuk tidak menyentuhnya. Abidin memang sudah sering menghadapi gadis- gadis yang baru saja masuk ke sarang harimau.

"Masih sekolah?" tanya Abidin mencoba basa basi. Kartika mengangguk, "Masih, kelas 2 SMA," jawab Kartika.

"SMA mana?" tanya Abidin. Kartika pun menyebutkan nama sekolahnya. "Oh, sekolah di sana? Keponakan saya sekolah di sana juga kelas 3,tapinya," kata Abidin. Kartika hanya mengangguk takut-takut. Ia menatap Abidin, lelaki itu mungkin sebaya dengan almarhum ayahnya.

Tiba-tiba, Kartika merasakan tubuhnya panas. Ia mulai gelisah, dan entah mengapa tiba-tiba ia merasa ingin disentuh dan dimanja. Abidin yang melihat hal itu tentu saja tidak membuang- buang waktu. Ia segera membawa Kartika ke atas ranjang. "Saya kenapa, duh kenapa rasanya panas sekali," keluh Kartika.

"Ya sudah, kamu baring di tempat tidur saja, biar langsung kena AC, jadi adem."

Kartika pun hanya bisa menuruti langkah Abidin. Dan, saat tangan Abidin mulai menyentuh dan meraba- raba tubuhnya Kartika mulai sedikit berontak. "Jangan pak, saya..."

Abidin hanya menyeringai tak peduli, ia tetap melancarkan serangan. Karena, meskipun Kartika sedikit meronta dan berkata tidak namun, reaksi tubuhnya berkata lain. Gadis itu menikmati setiap sentuhan tangan Abidin. Dan, pada akhirnya mahkota kesucian yang seharusnya dipersembahkan kepada lelaki yang kelak akan menjadi suaminya hilang ditangan Abidin. Malam pertama yang tidak seharusnya, Kartika hanya mampu diam dan pasrah, bahkan secara tidak sadar mengimbangi setiap gerakan Abidin.

Sampai saat semuanya telah selesai, Kartika hanya bisa menangis pedih. Terlebih saat ia melihat noda darah di atas ranjang tanda bahwa keperawanannya telah hilang. Gadis itu meraung pedih, Abidin tak peduli pada tangisan gadis berusia 16 tahun itu, ia bahkan kembali menyentuh dan menidurinya kembali. Selama hampir 2 jam Abidin melampiaskan nafsunya pada gadis belia itu. Setelah merasa puas ia langsung masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.

Kartika hanya bisa menangis, dan mengenakan pakaiannya kembali. Tepat setelah ia membersihkan diri dan memakai kembali pakaiannya, bel kamar berbunyi. Abidin yang tau bahwa waktunya telah habis mengeluatkan dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang sepuluh ribuan dan menjejalkannya ke tangan Kartika.

"Ini untuk uang tips. Itu pasti Teti yang ada di depan pintu, kamu keluar sana. Lain waktu kita akan bersenang-senang lagi."

Dan, benar saja saat pintu dibuka Teti dan Wahyu sudah berdiri menanti.

"Gimana pak bos? Puas? Masih perawan kan?" tanya Teti dengan gaya kemayunya. Abidin hanya tertawa, "Bilang sama Mami, kang Abidin puas. Kalau ada barang baru yang orisinil lagi, Akang mau ya. Yang cantik kaya dia ini, biar enak mainnya, hahahah..."

"Ah, si Akang paling bisa. Nanti, Teti bilangin sama Mami ya, kalau ada yang baru lagi biar dikasi ke Akang," jawab Teti. Abidin kembali membuka dompetnya dan menyerahkan uang sebesar seratus ribu rupiah pada Teti.

"Bagi-bagi...lumayan kan buat beli bakso," kata Abidin. Teti pun langsung menerima uang yang disodorkan Abidin, lalu menarik tangan Kartika untuk segera kembali pulang ke rumah Sania.

Kartika hanya menangis dalam diam sepanjang perjalanan. Hilang sudah masa depannya. Pupus sudah cita- citanya untuk menjadi seorang Guru.

"Udah sih, neng. Nggak usah nangis, terima nasib aja. Lagian, kamu kerja juga enak, tinggal layanin om- om senang itu dengan baik. Dikasi tips juga kan? Sampai uang Mami 50 juta itu balik modal, kamu nggak akan dapat gaji, neng. Tapi, kamu bisa simpen uang tips yang dikasi sama tamu kamu," kata Teti dengan santai.

Das könnte Ihnen auch gefallen

Manor Gadis Pertanian

``` [Farming]+[Ruang]+[Menghangatkan Hati]+[Kemakmuran]+[Mengalahkan Sampah] Mo Yan, yang lenyap menjadi abu akibat ledakan, terlahir kembali di zaman kuno, menjadi seorang gadis kecil petani yang kabur dari kelaparan! Di atasnya, seorang Ayah Sarjana yang baik hati dan tampan - tidak buruk! Di bawahnya, sepasang adik yang lincah dan menggemaskan - sangat bagus! Tetapi benar-benar, rasanya seperti mau mati lagi, tahu? Terus-menerus kabur, tanpa makanan, minuman, atau tempat tinggal itu satu hal, tapi harus selalu waspada terhadap orang-orang jahat yang mungkin menculiknya untuk mengisi perut mereka adalah hal lain! Beruntung, Ruang yang bisa ditingkatkan dari kehidupan sebelumnya mengikutinya, tapi apa-apaan ini - Ruang ajaib dengan gunung, air, dan daging yang bisa dimakan itu telah diformat! Menghadapi situasi yang putus asa, Mo Yan kembali menyalakan semangat bertarungnya: Jadi apa jika sudah diformat, aku tetap akan mencari keuntungan dan membangun kekayaanku tepat di kaki Kota Imperial! Membelah gunung, menanam kebun buah, membeli toko, membangun rumah... tidak kurang satu pun! Tapi... ada begitu banyak perusuh mata hijau! Petak tanahmu milikmu? Di sini, aku akan menjebakmu sampai mati tanpa diskusi! Ingin jadi ibu tiriku? Baiklah, aku akan mengirim sekumpulan duda padamu! Ibu mencarimu? Di sini, ambil surat cerai ini, simpan, jangan berterima kasih padaku! ... Apa? Seorang pria tampan melamar? Uh, ini... seharusnya aku menyerahkan diri padanya? PS: 1. Tetap pada bertani tanpa ragu + pertikaian domestik yang tidak biasa + tidak ada intrik istana 2. Gaya penulisan cukup serius, dan nilai-nilainya normal (tidak mengecualikan sesekali kekonyolan penulis) Link ke karya yang telah selesai: [Gadis Petani Yang Ditinggalkan: Pedesaan yang Indah] Link: http://read.xxsy.net/info/527965.html [Putri Sah Jenderal yang Tidak Bisa Diremehkan] Link: http://read.xxsy.net/info/473776.html ```

Chilly Twilight · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
386 Chs

I'M STOP HERE

Alex mengguyur Naura dengan air putih yang ada di tangannya. “Lo itu cuman cewek murahan yang sama sekali ngak ada harga dirinya Naura. Lo sadar ngak sih kalau lo ini cewek?” Tanya Alex yang masih berdiri tegak di hadapan Naura. “Gue sadar kok kalau gue cewek.” Balas Naura santai, sambil berusaha menahan air matanya. “Kalau lo sadar, harusnya lo punya otak buat ngak ngelakuin ini bego. Lo itu cewek murahan yang dengan sok jagoannya lo, lo berani ngejar ngejar gue. Lo pikir dong, pantes ngak seorang cewek ngejar ngejar cowok? Apalagi cewek yang modelnya kayak lo gini, pantes ngak ngejar cowok kayak gue? Mikir ngak sih lo hah?” “Oh gue sampe lupa, gue denger denger nyokap lo udah meninggal dan bokap lo nikah lagi, kasian banget sih hidup lo. Pantes lo kayak cewek ngak punya didikan. Pantes sikap lo kayak P-E-LA-C-U-R.” Ucap Alex sambil menekan kata pelacur. Plak.... Naura menampar Alex. Cukup. Hati Naura terlalu sakit saat mendengar perkataan Alex. “Lo bisa ngehina gue sepuasnya, lo bisa nyebut gue sebagai cewek murahan tapi jangan pernah bahas mengenai orang tua gue, apalagi ngomong hal hal yang ngak pantas tentang mereka. Walaupun gue suka sama lo, bukan berarti lo bisa ngomong sesuka hati lo. Gue ngak akan biarin siapapun ngomong hal yang ngak pantas tentang orang tua gue, termasuk lo Lex.” Naura menangis sesenggukan, dia berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapanya. “Dan ya, lo bener Lex. Selamat lo bener karena bilang gue sebagai cewek murahan. Gue emang murahan, dan hari ini gue bakal janji sama lo, kalau cewek yang lo sebut dengan cewek murahan ini, ngak akan ngejar ngejar lo lagi, gue ngak akan ganggu hidup lo lagi lex. I’M STOP HERE.” Ucap Naura dan langsung berlari meninggalkan Alex. “Lo bener bener ngak punya otak ya Lex. Gue pastiin lo bakal nyesel karena udah ngelakuin ini sama Naura.” Ucap Icha lalu berlari menyusul Naura.

Mega_Sari_Purba · Geschichte
5.0
168 Chs

Gadis Peternakan yang Beruntung

Setelah meninggal secara tak terduga, dia dilahirkan kembali sebagai seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun di keluarga petani kuno, dengan hanya beberapa ruangan di rumahnya dan lebih sedikit lagi lahan, belum lagi rumah tangga yang dipenuhi oleh orang tua, lemah, sakit, dan cacat. Untungnya, para tetua di keluarga itu baik dan jujur, saudara-saudaranya penyayang dan berbudi luhur, dan tetangga-tetangga hidup rukun dan ramah. Bagi Yang Mengchen, yang telah menderita siksaan dari kerabatnya dan bertahan dari berbagai ejekan dan omelan sejak kecil, ini sungguh merupakan berkah dari surga. Untuk mendukung keluarga yang ia cintai, ia dengan tegas mengambil tanggung jawab berat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Jika dia, seorang CEO korporasi modern yang pernah mendominasi dunia bisnis, tidak dapat memberi makan sebuah keluarga, lantas siapa lagi? Resep farmasi, membangun rumah kaca, membuka toko-toko... Tidak hanya keluarganya mulai hidup nyaman dan sejahtera, tapi dia juga memimpin desa-desa di sekitarnya dalam menciptakan pemandangan pastoral yang megah! Dengan uang dan ketenaran, saat dia tumbuh dewasa, Yang Mengchen memutuskan sudah waktunya untuk memilih suami, dan dengan demikian, pemuda-pemuda berbakat dari seluruh dunia mulai berdatangan kepadanya. Siapa yang tahu dewa kematian bermuka masam akan memblokade pintu masuk rumah Keluarga Yang? "Kamu terlalu tinggi, kamu terlalu pendek, kamu terlalu gemuk, kamu terlalu kurus, kamu terlalu gelap, kamu terlalu pucat, kamu tidak berpendidikan, kamu licik dan penuh tipu muslihat... Semua gugur!" Dalam sekejap, pintu masuk menjadi kosong, dan Yang Mengchen langsung marah, "Pangeran, kau telah mengusir semua orang. Bagaimana aku seharusnya memilih suami sekarang?" "Saya ingin melihat siapa yang berani menikahi Anda. Saya tidak keberatan mengirimnya ke Dunia Bawah sebagai pengantin pria!" Yang Mengchen... Seorang Pangeran tertentu menghitung kelebihannya dengan jari-jarinya: "Saya memiliki kekuasaan, prestise, dan substansi, tidak memiliki selir, tidak ada cinta rahasia, tidak berkeliaran— Saya mewakili standar tiga ketaatan dan empat kebajikan suami... Singkatnya, hanya saya, pria baik yang tak tertandingi, yang layak untuk Anda!" Pengawal: Oh Pangeran yang bijak dan gagah berani, apakah benar-benar bagus untuk begitu kurang dalam peran Anda sebagai suami?

Lan Shao · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
373 Chs
Inhaltsverzeichnis
Volumen 1
Volumen 2 :Session 2
Volumen 3 :Session 3
Volumen 4 :SESSION 4