webnovel

MAROKO AND HER BOSS

"Maroko, file yang saya minta mana?" Laki-laki dengan setelan baju mahal itu menginterupsi kegiatan mengenang masa lalu ala Joda. "Pak! Kan saya udah bilang. Nama saya itu Americo Jodaria. Bapak kenapa manggil saya Maroko-maroko terus, deh?! Orang satu kantor juga tau panggilan saya itu Joda!" Meski dengan wajah cemberut, Joda tetap menyerahkan file yang diminta oleh Kay, atasannya. Jika anak-anak lain terlahir di keluarga yang kaya harta, maka Joda terlahir dengan tulang yang kaya akan kalsium untuk ia banting setiap hari. Terus seperti itu sampai akhirnya ia berhasil masuk ke perusahaan besar. Sialnya, Joda tak pernah membayangkan jika atasannya itu adalah seorang Siluman Babi alias Chu Pat Kay! Padahal gadis-gadis di kantornya menjuluki bosnya itu "Pak Singa". Tapi menurut Joda, Kaylion lebih pantas dipanggil Pat Kay karena tingkahnya yang di luar nalar itu!

Pinkubloem · Urban
Not enough ratings
6 Chs

PERMINTAAN MENYEBALKAN KAY

Joda tengah berada di pantry untuk menyeduh kopi saat dua orang pegawai dari divisi keuangan masuk ke dalam sana.

"Eh, Mbak Joda." Via menyapa dengan senyum sumringahnya.

"Mbak Joda bikin kopi?" Reksa, wanita yang datang bersama Via bertanya pada Joda.

"Eh Via, Reksa. Iya, nih. Kalian mau bikin kopi juga?" Joda tersenyum.

"Kayaknya Mbak Joda suntuk banget. Padahal setiap hari dapet anugrah dari Tuhan." Via berujar dengan berseri-seri membayangkan wajah tampan dari bos besar mereka.

"Anugrah apanya, Vi?" Joda mendengus pelan.

"Mbak jangan pura-pura enggak tau, deh. Satu kantor kita ini kan yang paling di anugrahi wajahnya sama Tuhan ya Pak Kay." Reksa menepuk mulutnya. "Aduh, aku kadang enggak enak deh manggil Pak Kay. Takutnya Pak Kay salah denger, ngiranya aku ngatain dia Pat Kay lagi."

"Dia emang Chu Pat Kay, kali! Dasar bucin. Enggak tau aja aslinya kaya gimana tuh Siluman Babi!" batin Joda menggerutu.

"Lho, kan aku udah bilang, Sa. Di grup anak-anak juga sepakat manggil Pak Bos jadi Pak Lion." Via menegur Reksa.

"Grup? Pak Lion?" Joda terkekeh sendiri.

"Iya, Mbak. Mbak Joda mau di masukin enggak ke grup pecinta singa? Pak Lion kan singa jantan yang ... uuhhhhh enggak bisa bayangin deh liat mukanya dari deket setiap hati." Via gemas sendiri karena lagi-lagi membayangkan wajah Kay.

"Makasih deh, Vi. Aku takut sama singa. Kalo bisa, aku mau tembak langsung kepalanya sekarang juga." Joda tersenyum miring saat Via dan Reksa terlihat sedikit terganggu dengan ucapannya.

"Mbak Joda serem banget sih ngomongnya. Mentang-mentang setiap hari ngeliat singa dari deket." Reksa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Jodaria, ruang meetingnya udah siap?" Tiba-tiba saja, pria yang menjadi topik pembicaraan itu muncul di pintu pantry.

"Jodaria riwing mitingnyi idih siyip?!" Joda menggerutu dalam hatinya. Ia tahu betul topeng apa yang sedang Kay pasang. Seburuk apa pun Joda membicarakan tentang Kay di hadapan karyawan lainnya, pasti tidak akan ada yang mempercayainya. Sebab di luar ruang kerjanya, Kay bertingkah selayaknya ia harus bertingkah.

"Udah siap dari tadi kok, Pak." Dan begini lah Joda mengikuti cara Kay bermain. Di depan karyawan lain, Joda tidak akan pernah mengeluarkan tanduknya seperti saat mereka hanya berdua saja.

"Siang Pak Lion." Via dan Reksa menyapa Kay yang melihat ke arah mereka.

"Oh. Siang." Kay tersenyum ramah. "Kalian udah pada makan siang?"

"Udah kok, Pak." Bak robot, Via dan Reksa menjawab dengan cepat dan kompak. Tatapan mata memuja terpancar jelas dari mata kedua wanita itu. Mungkin Joda bisa buta jika melihat pancaran mata mereka terlalu lama.

"Kalo gitu, saya ke ruang meeting dulu, ya." Kay pamit pada Via dan Reksa. "Saya ke sana ya, Jodaria." Suara Kay terdengar mengejek di telinga Joda.

"Iya, Pak. Sebentar lagi saya menyusul." Joda memasang senyum sopannya sampai Kay pergi dari hadapannya.

"Gilaaaaakkk! Ini yang di namakan ucapan adalah doa. Baru gue doa, Singa Jantan udah datengin gue aja." Via berbicara pada dirinya sendiri.

"Gue rela diterkam sekarang juga deh, kayaknya." Reksa mengipas-ngipas wajahnya dengan tangannya karena ia merasa suhu di sekitarnya memanas.

Klang.

Suara gelas yang beradu dengan meja pantry seolah menjadi sinyal untuk Via dan Reksa agar segera sadar dengan tingkah mereka.

"Kopinya enggak enak." Joda pun pamit dan pergi dari pantry itu.

"Mau aja ditupu. Bisa banget tuh Siluman Babi tebar pesona," batin Joda yang lagi-lagi menggerutu saat langkah kakinya membawanya ke ruang meeting.

*****

"Kalau begitu, rapat kali ini kita akhiri sampai disini. Saya ucapkan terima kasih sekali lagi atas kehadirannya." Kay bangkit dari duduknya dan menunduk dengan sopan. Begitu pun dengan Joda yang mengikutinya.

Rapat investor kali ini berjalan dengan lancar karena biasanya para investor itu menuntut keuntungan xclebih dari yang dijanjikan.

Satu per satu orang yang mengikuti rapat keluar dari dalam ruangan itu dengan Kay dan Joda yang menunggu di dekat pintu keluar untuk memberi salam. Saat yang tersisa hanya tinggal mereka berdua, Kay kembali berulah.

"Maroko, gimana saya tadi? Keliatan berwibawa banget, kan?" tanya Kay pada Joda yang hendak pergi keluar.

"Pak, lama-lama mulut saya berbusa deh, ngomong sama Bapak! Udah berapa kali saya bilang, jangan manggil saya Maroko!" Joda melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lho? Mulut, mulut saya. Kalo saya mau manggil kamu 'Sayang' juga suka-suka saya, kan?" Kay semakin senang saat Joda menggeram marah.

"Bapak jangan sembarangan kalo ngomong! Kalo ada yang denger, nanti saya bisa di kira godain Bapak!" Joda kesal bukan main sekarang.

Telepon yang ada di ruang meeting tiba-tiba saja berbunyi dan menginterupsi perdebatan yang tak pernah berakhir itu. Selalu saja perdebatan tentang nama panggilan.

Joda melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah telepon agar ia bisa terlepas dari perdebatan yanh tidak penting tetapi ada pentingnya juga itu.

"Hallo?"

"Hallo? Ini Mbak Joda, kan? Ini dari Siska Resepsionis. Mbak, ini ada cewek ngamuk di Lobby. Katanya pacarnya Pak Singa." Siska berbisik di panggilan itu hingga Joda bisa mendengar keributan apa yang terjadi disana.

"Aku kesitu sebentar lagi. Tahan dulu." Joda menjawab setelah melirik tajam ke arah Kay yang mencuri-curi pandang ke arahnya.

"Cepetan ya, Mbak. Tadi investor ada yang ngeliat soalnya. Siska takut jadi masalah." Siska terdengan khawatir.

"Iya. Kamu tenang aja. Sekarang aku turun." Setelah selesai berbicara dengan Siska, Joda menutup telponnya.

"Bapak!" Joda berjalan menghampiri Kay.

"Ada apa, Maroko?" Kay bertanya seolah pria itu tak memiliki masalah dalam hidupnya.

"Bapak ngapain aja sih sama cewek-cewek?!" Sorot mata Joda yang tajam seolah bisa melubangi wajah Kay.

"Lho? Kamu mau tau? Kalo mau tau, besok kita coba. Jadi kamu enggak penasaran lagi sampe natap saya kayak gitu. Berasa lagi di perkosa lho ini saya. Tatapan matamu itu seolah menelanjangi." Kay berujar kelewat santai.

"Bapak kalo ngomong selalu aja melenceng! Noh, pacar Bapak ada di Lobby lagi ngamuk! Siska bilang tadi ada investor yang liat! Ayo, sekarang turun dan selesain masalah Bapak!" Joda menarik tangan Kay dan berusaha membawa pria itu keluar dari ruang meeting.

"Kamu kalo mau gandengan sama saya ya bilang aja Maroko." Kay tertawa saat Joda melepaskan pegangan tangannya tiba-tiba.

"Pak!" Joda menegur.

"Nanti ada yang lewat lho, Maroko. Nanti pada tau kamu galaknya kayak gimana sama Bos." Kay berusaha mengingatkan meski tujuannya sama sekali bukan itu.

"Biarin aja! Biar pada tau sifat asli Bosnya kayak gimana!" Joda menatap dengan tatapan menantangnya.

"Maroko, kamu jabatannya apa?"

"Saya ini sekertaris Bapak!"

"Kalo sekertaris kerjanya apa?"

"Secara garis besar, ya kerjaan saya ngebantu Bapak, lah. Biar kerjaan Bapak terorganisir dan lancar. Emang kerjaan saya apa lagi?!" Joda berdecak sebal karena merasa Kay mengujinya.

"Kalo ada orang yang mau ketemu saya, berarti dia harus ketemu kamu dulu, dong?" tanya Kay lagi.

"Iya, lah!"

"Nah, kalo gitu. Sekarang kamu hadapin dulu ya, pacar saya. Kan kamu yang bilang iya barusan. Lagi pula saya kan batal makan siang sama pacar gara-gara kamu." Kay tersenyum miring saat Joda terlihat benar-benar kesal.

"Bapaaaakkk!" Joda berseru saat Kay berjalan keluar begitu saja dan meninggalkan beban itu kepadanya. "Dasar Pat Kay! Siluman Babi!"

*****