webnovel

MAROKO AND HER BOSS

"Maroko, file yang saya minta mana?" Laki-laki dengan setelan baju mahal itu menginterupsi kegiatan mengenang masa lalu ala Joda. "Pak! Kan saya udah bilang. Nama saya itu Americo Jodaria. Bapak kenapa manggil saya Maroko-maroko terus, deh?! Orang satu kantor juga tau panggilan saya itu Joda!" Meski dengan wajah cemberut, Joda tetap menyerahkan file yang diminta oleh Kay, atasannya. Jika anak-anak lain terlahir di keluarga yang kaya harta, maka Joda terlahir dengan tulang yang kaya akan kalsium untuk ia banting setiap hari. Terus seperti itu sampai akhirnya ia berhasil masuk ke perusahaan besar. Sialnya, Joda tak pernah membayangkan jika atasannya itu adalah seorang Siluman Babi alias Chu Pat Kay! Padahal gadis-gadis di kantornya menjuluki bosnya itu "Pak Singa". Tapi menurut Joda, Kaylion lebih pantas dipanggil Pat Kay karena tingkahnya yang di luar nalar itu!

Pinkubloem · Urban
Not enough ratings
6 Chs

BERTEMU DENGAN ORANG DARI MASA LALU

Joda berjalan masuk ke dalam gedung kantornya dengan suasana hati yang kurang baik. Semalam, ia tak sengaja bertemu dengan Dito, mantan kekasihnya. Dito memaksa untuk mengantarnya pulang. Bukan hanya itu, pagi ini pun Dito menjemputnya dan semua didasari oleh paksaan.

"Pagi, Mbak Joda." Siska menyapa dari balik mejanya saat Joda berjalan keluar dari dalam lift.

"Pagi, Sis." Joda tersenyum tipis sebelum melanjutkan langkah kakinya ke Divisi Penjualan untuk membayar hutang pulsanya pada Purwo.

"Misi, Purwo udah dateng?" tanya Joda saat ia membuka pintu ruangan Divisi Penjualan.

"Eh, Mbak Joda. Belum nih, Mbak. Mau nitip uang pulsa, ya?" tanya salah satu orang yang duduk tepat di sebelah meja Purwo.

"Iya. Aku titip di kamu aja, ya? Soalnya pagi ini jadwal Bos banyak banget. Aku takutnya kelamaan. Kan enggak enak." Penuturan Joda terang saja membuat orang itu menganggukan kepalanya sebagai tanda jika orang itu bersedia membantu Joda.

"Eh iya, Mbak. Katanya nanti model yang kerja sama ama kantor dateng, ya?" tanya orang yang tak terlalu Joda kenali itu saat menerima beberapa lembar uang kertas dari Joda.

"Iya. Makanya, nanti aku enggak bisa ke sini. Kalo gitu aku permisi, ya. Makasih lho." Joda pun pergi dari ruangan itu.

Joda kembali melangkahkan kakinya ke arah lobby kantornya yang berada di lantai tujuh Hyde Building itu.

"Mbak Joda!" Siska kembali memanggilnya.

"Apa, Sis?"

"Yang kemaren ... makasih banget lho, Mbak. Aku rasanya stress banget ngadepin pacarnya Pak Singa." Siska menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat kejadian kemarin.

-----

"Saya ini pacarnya Bos kamu, lho! Saya mau ketemu pacar sendiri kok susah banget?!" Hera, kekasih Pak Singa, tengah mengamuk dihadapan Siska yang menahannya.

"Bukan begitu, Mbak. Tapi Pak Sing- eh, Pak Kaylion lagi rapat. Saya enggak bisa sembarangan kasih Mbak ijin meskipun Mbak itu pacarnya." Siska berusaha menjelaskan.

"Saya ini penting, lho! Saya ini pacarnya! Kamu mau di pecat?!"

Tak lama setelah itu, Joda turun dari lantai sepuluh dan berjalan ke arah meja Lobby. Siska terlihat menghela napas leganya saat Joda mendekat ke arah mereka.

"Selamat Siang, ada yang bisa saya bantu?" Joda berusaha memasang senyum ramagnya pada wanita yang berpakaian serba minim itu.

"Dipikirnya dia mau ke Klab kali, ya?!" Joda membatin saat menilai penampilan Hera.

"Kamu siapa?! Saya mau ketemu pacar saya! Pacar saya Bos disini. Kaylion namanya! Kurang ajar banget saya sampe di tahan-tahan gini mau ketemu pacar sendiri." Hera bersedekap dengan pandangan menghinanya yang ia lemparkan kepada Joda.

"Maaf, Mbak. Tapi Pak Kaylion masih rapat." Joda berusaha mengabaikan pandangan menghina itu.

"Saya ini pacarnya, lho! Saya ini lebih penting dari pada kerjaannya!" Masih dengan cara bicara dan pandangan yang menghina karyawan seperti Joda dan Siksa, Hera membanggakan dirinya yang merupakan kekasih dari Kay.

"Mbak, saya ini Sekertarisnya Pak Kaylion. Pak Kaylion sedang sibuk sekarang." Dengan sisa kesabarannya, Joda kembali menerangkan kenapa kekasih wanita itu tidak bisa ia temui sekarang.

"Kamu Sekertaris, saya pacar. Derajat kita jelas beda jauh, lho."

"Mbak, disini derajat saya yang lebih dari Mbak karena saya kerja disini." Joda mengalihkan pandangannya pada Siska yang sibuk menonton mereka. "Siska, tolong telpon keamanan sekarang. Saya enggak mau kantor jadi enggak kondusif. Di ruang tunggu masih ada beberapa investor."

Joda mau tidak mau mengusir Hera karena ruang tunggu yang berada tak jauh dari meja resepsionis itu masih diisi oleh beberapa investor. Bahkan dari sini pun Joda bisa melihat jika beberapa investor itu merasa terganggu oleh kehadiran Hera yang membuat kerusuhan itu.

Menuruti apa yang Joda katakan meski Hera terlihat semakin naik pitam, Siska pun berhasil menyuruh pihak keamanan untuk segera membawa Hera keluar dari gedung itu.

"Awas, ya! Gue pastiin lo di tendang keluar dari perusahaan ini! Dengerin itu!" Hera berseru saat pihak keamanan membawanya ke arah lift.

"Mbak Joda emang yang paling keren." Siska mengacungkan dua ibu jarinya ke arah Joda.

-----

"Kalo ada yang kayak gitu lagi, langsung telpon aja ke mejaku ya, Sis. Aku ke atas dulu." Joda tersenyum tipis sebelum kembali melanjutkan langkah kakinya ke arah lift.

"Kapan aku bisa sekeren Mbak Joda? Bisa ngusir pacarnya Pak Singa." Siska membatin dengan mata yang berbinar-binar.

Ting.

Dentingan dari lift yang menandakan jika tabung yang bisa bergerak naik dan turun itu telah berhenti membuat Joda mengangkat kepalanya yang sedari tadi merunduk memperhatikan kedua sepatu miliknya yang mulai terlihat lusuh itu.

"Pagi Maroko," sapa Kay membuat Joda bergerak mundur. Jelas saja jika ia tak ingin berada di dalam satu tabung yang sama dengan Kay.

"Tutup aja, Pak. Saya ada yang ketinggalan," ujar Joda.

"Cepet naik. Kamu ini menghambat mobilitas orang aja." Ucapan Kay lagi-lagi membuat Joda mendengus sebal.

"Pagi-pagi udah dapet zonk!" batin Joda kesal. Meski begitu, ia tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam tabung ajaib yang hanya berisi Kay seorang diri.

Sudah menjadi peraturan tidak tertulis di Hyde Corp. jika Kay berada di dalam lift, maka tak ada karyawan yang boleh masuk ke sana selain sekertarisnya. Itulah yang membuat Kay berada di dalam tabungbitu sendiri.

Setelah pintu lift tertutup, Joda bergerak menjauh ke sudut lift karena ia tak mau berdekatan dengan Kay.

"Saya ini bukan hama lho, Maroko," ujar Kay yang mengerti kenapa sekertarisnya itu menjauh.

"Bapak emang bukan hama! Bapak tuh ...." "Siluman Babi!"

"Apa? Saya apa? Saya ganteng?"

"Bapak! Awas ya, kalo pacar Bapak dateng lagi! Bikin malu tau kalo investor liat!" Joda berusaha mengingatkan Kay.

"Saya udah putusin. Seneng kan, kamu?" tanya Kay dengan nada menggodanya.

"Seneng pala lo meletus!" batin Joda memaki tepat saat pintu lift terbuka.

*****

"Pak, ini emang harus banget ketemunya di luar kantor?" tanya Joda saat mereka berdua masuk ke dalam mobil Kay.

Jam di dashboard mobil Kay menunjukan pukul sebelas siang. Joda yang merupakan sekertaris Kay dikagetkan oleh perubahan jadwal mendadak yang mengharuskan mereka bertemu dengan orang yang akan menjadi model iklan perusahaan mereka di luar kantor.

"Menurut kamu gimana?" Kay balik bertanya.

"Bapak nanti ada jadwal meeting lagi lho, jam satu. Emangnya keburu kalo kita ketemu di luar? Belum macetnya, Pak." Joda yang sudah menghafal jadwal Kay hari ini benar-benar dibuat pusing oleh bosnya yang menyetujui pertemuan di luar kantor saat jadwalnya benar-benar sibuk itu.

"Aduuuh, kamu ini bosnya atau saya, sih? Kalo enggak keburu, ganti aja besok." Kay pun menyalakan mesin mobilnya dan perkataannya tentu membuat Joda bungkam.

"Iya, lo emang Bosnya! Tapi kan gue yang ngatur jadwal lo! Buat apa ada jadwal kalo lo seenaknya gitu?!" Joda ingin sekali menumpahkan kekesalannya. Namun ia sadar betul jika ia angkat bicara, pembicaraan mereka tak akan pernah selesai karena Kay pasti akan menyangkal semua ucapannya.

*****

"Selamat Siang." Seseorang menyambut kedatangan mereka di dekat meja resepsionis setelah mereka menjelaskan maksud dan tujuan mereka datang ke kantor agensi artis itu.

"Selamat Siang." Ketiga orang itu saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri. Kecuali Kay yang diam saja dan membiarkan Joda yang mengenalkannya.

"Saya Bima. Saya asistennya Monalisa." Bima, orang yang menyambut mereka, memperkenalkan dirinya.

Mendengar nama Monalisa disebut, perasaan Joda mendadak tidak tenang.

"Tenang, Jod. Yang namanya Monalisa itu banyak." Joda berusaha menenangkan dirinya.

"Ini Pak Kaylion." Joda memperkenalkan siapa pria tampan dengan setelan mewah yang berdiri tepat di sebelahnya setelah mendapati pria yang adalah bosnya itu hanya diam saja. "Beliau ini CEO dari Hyde Corp. dan saya Jodaria, sekertarisnya."

"Suatu kebanggaan bagi perusahaan kami karena orang seperti Pak Kaylion mau meluangkan waktunya untuk datang kesini." Bima berujar dengan ramah dan sopan.

"Kalau begitu tolong hargai waktu saya. Saya ada meeting setelah ini. Tolong lain kali jangan seenaknya merubah jadwal," ujar Kay membuat Bima terdiam. Termasuk Joda yang tercengang dengan ucapan Bosnya itu. Padahal, tadi Kay sendiri yang mengatakan akan memundurkan jadwalnya jika mereka tak kembali ke kantor tepat waktu.

"Saya mohon maaf." Bima membungkukan tubuhnya. Setelah itu, mereka pun pergi ke ruang rapat yang ada di gedung itu.

Joda berdiri terpaku di depan pintu saat ia melihat siapa orang yang tengah menunggu mereka di dalam sana.

*****