webnovel

Pasanganku Sangat Baik

Editor: Wave Literature

Song Ran duduk hingga matahari tenggelam di ufuk barat. Ia merasa pantatnya sangat sakit. Ia mengangkat pandangannya dan melihat bahwa bibi penjual tiket itu mengunci pintunya Song Ran pun segera bangun dan menepuk pantatnya hingga bersih.

Bibi penjual tiket itu berjalan dengan sangat cepat. Song Ran berlari mengejar bibi itu dan menarik tangannya. Sebelum bibi itu sempat berbicara, mata Song Ran sudah memerah. Penjual tiket itu menatapnya dan berkata, "Aku tidak mengikutimu untuk melanggar peraturan. Kau tidak bisa menangis seperti ini di depanku."

Song Ran merasa sedih. Bibirnya gemetar dan begitupun suaranya. Ia segera menyampaikan perasaan yang ia pendam, "Bibi, pasanganku sangat tidak mudah. Dia adalah pimpinan Institut Kedua di Songshan. Gaji bulanannya tidak tinggi dan jika pergi bermain di taman, itu bisa menghabiskan setengah gajinya. Dulu aku tidak mengerti hingga sembarangan menghabiskan banyak uangnya, tapi sekarang aku… Aku sekarang ingin menebusnya, Bibi, tapi kau tidak memberikan aku kesempatan."

Mengapa aku merasa begitu menderita? Mengapa air mata ini tidak bisa ditahan agar tidak menetes? batin Song Ran.

Bibi penjual tiket itu sengaja menatap Song Ran dengan wajah dingin dan bertanya, "Dia begitu miskin, tapi kau tetap ingin berhubungannya dengannya? Lebih baik dia melajang, dengan begitu tidak menghabiskan banyak uang."

Song Ran sudah menunggu seharian dengan gelisah hingga emosinya mulai muncul. Ia menarik tangan bibi penjual tiket itu dan air matanya mulai mengalir. "Dia tidak punya uang, dia miskin, tapi dia orang yang baik. Ketika naik bus, dia memberikan tempat duduk untuk orang lain. Ketika di tengah jalan dia melihat kendaraan roda tiga yang tidak sanggup menanjak, dia membantu mendorongnya. Walaupun dia sendiri tidak kaya, dia masih memberi pada pengemis. Dia begitu baik hati. Sangat sulit menemukan orang yang seperti ini," terang Song Ran sambil menangis.

Akhirnya bibi penjual tiket itu tertarik dengan penjelasan Song Ran, "Apakah benar ada orang yang seperti itu?"

Song Ran tertawa dan mengangguk, "Baik, dia sangat-sangat baik. Dia tidak hanya baik, tapi juga tampan."

Penjual tiket itu mengangguk, "Orang seperti itu sangat langka. Kalau begini, aku menyetujuinya."

Kebahagiaan datang terlalu tiba-tiba hingga Song Ran hanya membeku di tempat. Penjual tiket tersenyum dan menyentuh kepalanya sambil bertanya, "Kenapa? Bahagia sampai gila?"

Song Ran segera mengeluarkan uang enam Yuan dari sakunya dan memberikannya pada bibi penjual tiket itu sambil menatap dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Bibi, terima kasih," kata Song Ran, lalu menyerahkan juga toples besar prem Yanjin di tangannya, "Ini untukmu."

Penjual tiket itu melambaikan tangannya, "Aku tidak bisa menerima barang suapan ini. Aku bisa menyetujui, tapi ada syaratnya."

"Syarat apa?"

"Kau harus membersihkan taman selama dua hari. Apakah kau menyetujuinya?"

Song Ran menelan ludahnya dengan susah payah. Dua hari terlibat dalam kebersihan taman, padahal ia adalah seorang nona yang tidak pernah melakukan hal seperti itu. Apa tulangnya sanggup menerimanya? Ia tidak mungkin akan pingsan, kan?

"Kenapa? Sepertinya pasanganmu tidak cukup baik. Bahkan kamu tidak bersedia melakukan hal sekecil ini untukmu."

"Aku bersedia. Aku akan melakukannya," jawab Song Ran. Ia harus menanggungnya. Ia harus mengurus kebersihan di taman dalam dua hari. Memungut botol dan membersihkan air dari lumut hanyalah masalah sepele.

Bibi tersenyum dan melambaikan tangannya pada Song Ran. "Baiklah. Kalau begitu, sampai jumpa besok."

Song Ran menarik tangan bibi itu dan berkata, "Bibi, kau harus berakting dengan baik besok. Jangan biarkan pasanganku mengetahui ada sesuatu yang tidak beres. Kau tahu itu?"

Bibi sengaja mengangkat wajahnya dan menanggapi, "Permintaan gadis kecil ini lumayan banyak, ya? Aku tidak bisa melakukannya."

Song Ran segera melepaskan tangan bibi itu dan menawar, "Kalau begitu, Bibi bisa berakting sesuka Bibi."

Bibi penjual tiket hanya menatap Song Ran, lalu berjalan dan naik sepeda hingga pergi menjauh.

Song Ran membawa toples besar yang sedari tadi dipegangnya dan pulang ke rumah dengan gembira. Begitu sampai di rumah, ia bertemu dengan Wen Huihui di ruang tamunya. Wen Huihui sangat antusias ketika melihat Song Ran kembali dan menyambutnya, "Xiaoran, dari mana saja kau?"