25 NO NAME

Aku sangat tertarik dengan Jokerku hari ini. Tak ada foto, tak ada nama dan ciri khusus yang tercantum disana. Hanya tanggal lahir dan sebuah lokasi keberadaannya saat ini.

***

Rumput basah yang aku pijak berbunyi rendah. suara air sungai yang meluap-luap membuatku sedikit waspada. Kau tahu, saat musim dingin air sungai sangat dingin dan arusnya kuat. Kupikir aneh juga Jokerku hari ini, sedang apa juga dia di tepian sungai saat musim dingin.

Lalu langkahku berhenti tepat satu meter sebelum sampai di bibir sungai. Sosok besar dengan Kimono putih dan tudung serba putih menyita perhatianku. Tinggi hampir 2 meter, jubahnya berkibar hampir transparan. Suara pijakanku yang berbunyi sangat pelan mengusiknya, ia menoleh padaku. memperlihatkan wajah tengkoraknya yang putih bersih dan berpendar cahaya biru redup. Shinigami!

Berbeda dengan Shinigami hitam yang menyambangi kematian buruk, Shinigami putih biasanya akan muncul pada kematian yang menyedihkan.. seperti kecelakaan kerja, kematian pada ibu yang melahirkan atau bayinya. Mereka bahkan datang pada sebuah kelahiran. Mereka sosok yang suci dan menyilaukan, berbeda jauh dengan Shinigami hitam. sosok wajah tengkoraknya tidak memliki tanduk yang mencuat di dahinya.

"Kau Karasu?" suaranya rendah dan menenangkan.

"Ya, Jokerku ada disini," aku ragu sejenak.. aku masih menebak-nebak apa yang Shinigami putih lakukan di tempat Jokerku berada.

"Jokermu ada disini!" buku-buku jari telunjuknya yang hanya tulang menunjuk ke bawah, membawa pandanganku ikut melihatnya.

Ya Tuhan.

Seorang bayi! Bayi itu di balut kain selimut dengan beberapa bercak darah, plasentanya masih menempel pada tali pusarnya. Bayi itu.. begitu tampan.

"Apa yang kau tunggu Karasu?" suara Shinigami membuyarkan lamunanku. "Titik bidikmu ada di dada bayi itu, alasan kematiannya adalah hipotermia dan pengecilan paru-paru."

Dengan ragu aku meraih gun dari balik mantelku. aku melihat bagian dadanya yang naik turun dengan cepat, sudah berapa lama dia disini? kemana ibunya? kenapa dia ada disini?

Air mataku mengalir sendiri.. menitik dengan cepat. Tidak! aku tidak bisa. Aku berlutut dan meraih tubuh bayi itu, mendekapnya dengan erat.

"Dia berhenti menangis, saat kau datang," Shinigami itu bersuara lagi, mendekat padaku dan menyentuh pundakku "Kenapa kau menangis?"

"Aku tidak tahu" tangan kecil bayi itu menggenggam jari kelingkingku, seakan menyampaikan sesuatu, tapi aku tidak mengerti. "Entah kenapa dadaku terasa sakit."

"Perasaanmu terluka. Itu sebabnya dadamu terasa sesak dan sakit," sentuhan dingin Shinigami berpindah dari bahu ke puncak kepalaku. Ini baru pertama kalinya bagiku berinteraksi dengan Shinigami putih yang bagai legenda. Mereka sangat jarang menampakan diri..

Dan sentuhan tangannya bagai tetesan kasih sayang yang melebur dalam jiwaku.

"Jarang sekali aku menemukan Karasu yang terdapat bayi di dalam daftar the Book of Jokernya. Kurasa halaman itu berupa sebuah teguran untukmu."

Teguran apa? dan kenapa? aku sama sekali tidak mengerti dengan yang dia katakan.

"Bayi itu sudah merasa lebih baik sekarang. Dia tertidur, bisakah kau hentikan masa hidupnya?"

aku enggan melakukannya.

"Bisakah bayi ini di beri kesempatan? aku akan membawanya ke panti asuhan. Biarkan bayi ini hidup. Bisakan?"

Tolonglah.. beri aku jawaban yang aku inginkan.

Genggaman tangan mungilnya masih erat di jari kelingkingku. Seakan Dia tidak ingin ditinggalkan lagi..

Kenapa Manusia bisa sekejam ini?

Bayi ini sudah 18 jam berada disini, hanya berbalut selimut yang basah dengan noda darah, dia kedinginan, dia menangis meraung-raung berjam-jam, tertidur, bangun lalu menangis lagi..

Kemana ibunya? bukan sosoknya yang aku tanyakan.. tapi kemana hatinya? hilang kemana?!

"Takdir tidak bisa dirubah Karasu," Shinigami meraih daguku dan sedikit berjongkok, aku yang mendongak bisa merasakan hawa dingin yang menguar dari tubuhnya, "Karasu, tidak ada yang menjamin kehidupannya akan berjalan lebih baik dari kematian. Roh bayi itu akan langsung naik ke surga. Tanpa harus menunggu di alam baka. Dan Karasu, tidak ada tempat layak untuknya setelah dia dibuang."

Tidak.. aku tidak mau setuju. Tapi aku tidak bisa menyangkalnya.

Bayi ini lebih baik berada di surga, dari pada melanjutkan hidup di dunia yang penuh dengan manusia-manusia kejam.

"Kau pikir kenapa manusia berada di titik tertinggi puncak makanan?"

Aku menggeleng pelan.

"Karena mereka kejam, bahkan pada darah daging mereka sendiri."

Shinigami sudah kembali berdiri dengan tegak dan mengibaskan jubah putihnya yang berbinar. aku yakin itu adalah kode untukku agar aku segera melakukan tugasku.

Aku mencium tangan mungilnya dan berbisik padanya yang sedikit bergerak tak nyaman.

"Jangan benci ibumu ya, dia hanya terlalu penakut dengan dunia, jangan benci Ayahmu ya.. dia hanya tidak memiliki otak," aku melepaskan dekapanku dan meletakkan bayi itu kembali ke tempatnya. Meraih gun milikku dan menarik pelatuknya, melepaskan peluru tepat pada dada kecilnya. Melepas dengan segenap rasa sesak dan sakit yang berkecamuk didadaku.

Tidak ada suara tangis darinya.. hanya tangisku.

Aku kembali memeluknya, mengecup pipi tembamnya yang kemerahan kini makin memucat. Lalu merapatkan selimut di tubuhnya yang sedikit terbuka.

Selamat tinggal tak bernama..

Saat kau di surga, ada banyak malaikat untukmu. Lalu saat kau terlahir kembali.. aku berdoa, agar kau menjadi manusia paling bahagia di muka bumi.

***

Terduduk di kursi taman. Menatap langit kemerahan sore ini. sejak Jokerku siang tadi, tidak ada satupun Jokerku yang aku hentikan masa hidupnya. Tubuhku seakan sangat lelah dan tidak ingin melakukan apapun lagi, saat mengingatnya aku kadang masih menangis.

"Kau lagi," Suara yang amat aku rinduka- ehm! maksudnya yang amat aku kenal menarik alam sadarku. Naoki!

Aku menjawabnya dengan senyum dan lambaian pelan. Dia duduk di sampingku tanpa meminta izin. Ini kali ketiga aku bertemu dengannya di sini, setelah beberapa bulan dia tidak bisa aku lacak keberadaannya.

"Kenapa wajahmu murung begitu?" dia menyodorkan sekaleng kopi, "Apakah ada hal buruk yang terjadi padamu?"

Entahlah Naoki, apakah ada yang lebih buruk dari hidup dikelilingi kematian?

Aku kadang menikmatinya. Menembak beberapa jenis manusia yang dulunya sering tertawa-tawa di atas penderitaan orang lain. menikmati setiap detik dari ketakutan yang mereka teriakan, dari kata-kata memohon yang mereka lontarkan. Tapi, aku terluka.. ketika peluruku mau tak mau harus menembus tubuh orang-orang yang menurutku begitu baik dan pantas untuk menjalani hidup lebih baik.

Tanpa aku sadari, aku menoreh terlalu tajam garis batas antara yang baik dan yang buruk.

Naoki menempelkan kaleng berisi kopi hangat pada salah satu pipiku, yang berhasil membuatku melompat mundur karena terkejut.

Rupanya dia menunggu jawabanku.. "Apa ada hal buruk yang terjadi?" dia mengulangi pertanyaannya.

"Apa aku bisa mempercayaimu?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirku.

"Apa yang harus dipercaya dari orang asing? aku bahkan tidak tahu namamu. Sejujurnya banyak sekali hal yang ingin aku ketahui darimu. Tapi aku sudah berjanji bukan? aku tidak akan menanyakan apapun yang membuatmu tidak nyaman."

"Kenapa?"

"Karena jika kau merasa tidak nyaman, entah kenapa aku berpikir kita tidak akan bertemu lagi." dia menyeruput kopi kalengnya, bicara dengan enteng seakan kata 'tidak bertemu lagi' adalah hal biasa.

Bagiku.. kalimat itu artinya, foto Naoki sudah aku coret dengan spidol merah dari the Book of Jokerku. itu artinya, Naoki mati.

Itu kalimat yang tidak aku sukai.

"Kau tidak mau menyebutkan namamu?"

Aku mengangguk. Bukan tidak mau, tapi tidak tahu.

"Bagaimana kalau aku panggil kau kuro?"

Kenapa bocah ini? dia menamaiku seperti menamai anak anjing yang ia temukan di pinggir jalan.

"Baiklah kurocchan, aku tahu kau hidup di lingkaran dunia hitam. jadi aku paham kau ingin menyembunyikan identitasmu"

Lihatlah.. sekarang dia seenaknya memanggilku tanpa meminta persetujuanku. Dan lagi. . seenaknya juga menyimpulkan alasannya. Tapi ya sudahlah, akan panjang perdebatannya nanti jika aku menyela.

Aku menghela nafas dan menatap kopi kaleng di tanganku, Bagaimana cara membuka dan meminum minuman ini?

***

avataravatar
Next chapter