webnovel

Cinta 1302

Author: Ariuna_Inci
Fantasy
Ongoing · 13.6K Views
  • 12 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Cerita lainnya: Harem Post Terik sinar matahari di hari pertama musim dingin menjadi jalan bagi takdir dalam mengiris waktu, mempertemukan Safira dengan Altan. Keduanya kini memandang langit yang sama. Ketika hati telah saling bertaut di penghujung hari, keduanya harus berhadapan kembali dengan takdir. Altan harus mengambil pilihan apakah dia akan membiarkan waktu menyatukan mereka atau sebaliknya, memisahkan mereka. Tempat Altan seharusnya berada bukanlah di masa di mana Safira berada. Sebab Altan lebih dari seorang pria Turki. Dia seorang Seljuk.

Chapter 1Pertemuan Pertama (1)

Safira mencermati pria di hadapannya itu. Pria itu -- yang Safira taksir usianya sekitar 40 tahunan -- duduk dalam gelisah. Wajah si pria menunduk. Mata serta tangannya sedari tadi sibuk mencari-cari dokumen yang harus ia serahkan ke Safira. Bulir-bulir keringat sedari tadi tidak henti-hentinya turun dari garis anak rambut si pria melewati pelipisnya.

"Ada apa dengan cuaca hari ini?!" pria itu menggerutu.

Sejak tadi Safira tahu bila pria itu tidak bisa berkonsentrasi sebab udara panas yang mengepung mereka di ruangan itu. Setidaknya dia masih beruntung karena tidak -- atau belum -- merasa terlalu panas. Mungkin karena dirinya berasal dari negara tropis sehingga dia lebih toleran terhadap panas. Tidak seperti si pria itu yang merupakan penduduk negara 4 musim ditambah seragam musim dingin untuk tentara yang dikenakannya. Pria itu menuju terpanggang sekarang. Wajahnya sudah tertekuk dan merah padam.

Safira hanya tersenyum simpul. Selain tidak ada yang bisa dikatakannya, pria itu juga tidak sedang berbicara dengannya tadi melainkan menggerutu pada dirinya sendiri. Tapi pria itu benar, ada yang salah dengan cuaca di awal musim dingin hari ini. Udaranya terasa seperti udara peralihan antara musim semi dengan musim panas. Yang mana sangat-sangat tidak lazim ketika udara seharusnya turun mendekati 0 derajat.

"Dokumen milik Mozaik bukan?" pria itu memastikan ulang.

"Iya, Pak," Safira mengiyakan. Matanya tak lepas dari tumpukan dokumen di atas meja pria itu. "Atau mau saya bantu cari, Pak?" dia menawarkan. Selain untuk mengurangi beban pria tersebut, Safira juga sudah tidak betah berada di ruangan itu.

"Terimakasih. Saya sudah menemukannya," ucap pria itu sembari menarik keluar satu map yang terjepit di tengah-tengah tumpukan. Pria itu lantas membaca sejenak tulisan di atas mapnya. "Kiriman bantuan kemanusiaan ke Syria?" ia melirik Safira saat mengatakannya.

"Benar, Pak. Kami organisasi kemanusiaan," terang Safira.

Pria itu manggut-manggut. "Lalu ada berapa orang dari organisasi kalian yang akan ikut mengantarkan bantuan tersebut?" tanyanya sembari menyerahkan map itu kepada Safira.

Safira menerimanya dan menjawab, "Tiga orang, Pak."

"Termasuk Anda?"

"Iya, Pak. Saya juga akan ikut mendampingi ketua organisasi kami."

Pria itu kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelahnya ia mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan mengelap keringatnya yang bercucuran. Melihat sikap pria itu yang sepertinya sudah tidak antusias, Safira pikir ia akan menghentikan percakapan mereka. Ternyata pria itu kembali berbicara.

"Ada beberapa organisasi kemanusiaan yang mengantarkan bantuan juga ke sana. Apa ini pertama kalinya Anda akan ke sana? Anda tidak terlihat seperti orang Turki?"

Memang Safira bukan orang Turki. Dia orang Indonesia. Pria itu pun juga sebenarnya sudah tahu kalau dirinya merupakan orang asing. Hanya saja pria itu menggunakan bahasa yang halus untuk menanyakannya.

"Saya orang Indonesia, Pak. Ini akan jadi proyek pertama saya ke sana," jawab Safira.

"Kalian anak-anak muda... Berhati-hatilah saat di sana nanti. Meskipun untuk saat ini dan beberapa waktu ke depan situasinya akan lebih tenang namun serangan tidak dapat diprediksi. Jangan lengah saat di sana," pria itu berpesan.

"Siap, Pak. Inshallah tidak akan terjadi apa-apa," kata Safira optimis.

"Ya sudah. Saya tidak akan menahan Anda lebih lama di sini. Silakan kembali menjalankan tugas Anda," ucap pria itu.

Mendengarnya, Safira merasakan kelegaan dalam hati. Akhirnya dia bisa lepas juga dari salah satu ruangan di markas tentara itu. Segera dia beranjak dari duduknya.

"Terimakasih banyak untuk bantuan Anda, Pak. Saya permisi," pamitnya sebelum meninggalkan ruangan itu.

"Semoga proyek kalian berjalan lancar," balas si pria.

"Inshallah, Pak."

Dari ruangan itu, Safira berjalan di koridor yang menuju ke luar bangunan. Namun sebelumnya dia berhenti dulu di dekat pintu masuk. Ada sebuah ruang kecil berdinding kaca hitam tempat di mana dia meninggalkan barang-barang yang tak boleh dibawanya masuk.

"Permisi. Selamat bekerja," sapanya kala memasuki ruangan tersebut.

Seorang tentara pria yang tengah berjaga di sana mengalihkan perhatiannya pada Safira.

"Silakan," balas si tentara.

"Saya akan mengambil barang-barang saya, Pak," ucap Safira seramah mungkin. Sesungguhnya dia merasa janggal harus memanggil tentara itu dengan sebutan 'pak' karena pria itu terlihat masih sangat muda. Mungkin baru saja melewati usia 25 tahunnya.

"Baik. Bisa saya lihat ID Anda?" si tentara berkata.

Dengan sigap Safira meraih kartu identitas dari dalam dompet yang sedari tadi berada dalam genggamannya. Kemudian dia menyerahkannya pada tentara itu.

Agak deg-degan juga Safira dibuatnya. Tentara itu terlihat sangat tampan dengan rambut cepak pirangnya dan matanya yang sebiru samudera. Wajahnya pun bersih dari cambang dan kumis, yang justru menonjolkan tegasnya garis rahangnya. Belum lagi tubuhnya yang terlihat kokoh sekokoh semen tiga roda dan juga tinggi menjulang. Safira bahkan harus sedikit mendangak untuk menatapnya.

Safira pun melakukan apa yang akan dilakukan oleh anak gadis pada situasi semacam ini. Dia sempat melirik name tag yang tertempel pada dada kiri seragam tentara muda tersebut ketika menyerahkan kartu identitasnya.

'Sancaktar', Safira mengulangnya dalam hati.

Itu nama keluarga pria itu. Sayangnya nama depannya tak tertera di name tag-nya. Safira pun merasakan suatu perasaan yang aneh karenanya. Seperti kecewa mungkin? Karena tidak berkesempatan untuk mengetahui nama si tentara tampan tersebut.

Sancaktar menerima kartu identitas Safira. Pria itu meneliti sejenak identitas tersebut dengan sepasang maniknya yang tajam. Dia lalu bergerak ke lemari penyimpanan dari besi yang berdiri kokoh di belakangnya, mencari-cari, dari satu pintu ke pintu lainnya. Gagal menemukan barang-barang Safira, Sancaktar lantas menghubungi salah seorang anggotanya melalui HT.

"Barang-barang atas nama Safira Ghassani kau letakkan di mana?" tanyanya langsung tanpa salam pembuka pada seseorang di seberang sana.

"Orang asing itu, Komandan?" sahut anggotanya.

Sancaktar melihat sekilas pada Safira. Ekspresinya tampak seperti tak enak hati karena anggotanya menyebut Safira sebagai 'orang asing' padahal Safira sendiri sedang berada di sana. Mungkin semacam sedang mengghibah tetapi yang dighibahi pun ada di tempat.

Safira sendiri tak bereaksi apapun dengan sebutan 'orang asing' itu. Kan memang dia orang asing di Turki. Dia sudah biasa mendapati dirinya dipanggil begitu.

"Ya," Sancaktar membenarkan.

Hening sejenak. Nampaknya si anggota juga lupa dimana meletakkan barang-barang amanah tersebut. Untungnya ia segera mengingatnya.

"Di pintu paling pojok kiri, Komandan," suaranya.

"Lain kali letakkan sesuai urutannya," Sancaktar berkata datar.

Setelahnya pria itu membuka pintu yang ditunjukkan oleh anggotanya. Dia mengeluarkan tas, mantel, map, dan juga ponsel Safira lalu meletakkannya ke atas meja yang berada di antara mereka.

"Maaf untuk ini. Mereka anggota wajib militer. Terkadang memang kurang disiplin," ucapnya pada Safira.

"Tidak masalah, Komandan," Safira latah. Menyadari kebodohannya itu, Safira segera mengatupkan bibirnya. Dalam hati dia menggerutu pada dirinya sendiri, 'Dasar payah! Memang kau anggotanya?!'

Dengan malu-malu Safira menatap pada Sancaktar. Pria itu tidak mengatakan apapun. Hanya mengulas sebuah senyum samar. Sesamar masa depan Safira!

"Maaf untuk itu," kata Safira sembari buru-buru meraih barang-barangnya.

Sancaktar mengangguk, lagi-lagi tanpa mengatakan apapun. Diamnya pria itu justru semakin membuat Safira merasa kikuk. Dia pun dengan kilat meninggalkan tempat itu setelah mengucapkan terimakasih kepada Sancaktar. Saking kilatnya, Safira sampai tidak sadar bila telah meninggalkan sesuatu miliknya di tempat tersebut.

You May Also Like

Hasrat Wanita Bayaran

Namanya adalah Choon-Hee, Perempuan cantik yang tubuhnya Molek dengan bokong besar yang seksi. Memiliki arti nama, perempuan yang lahir di musim semi. Wajah Choon-Hee memang teduh seperti musim semi, namun daya pikatnya mampu membuat banyak laki-laki rela menghabiskan banyak uang, hanya untuk menyewa Choon-hee Satu malam.. Ya.. Choon-Hee adalah wanita bayaran di sebuah Bar mewah di kota JD. Salah satu Bar yang pemiliknya merupakan pengusaha Sukses yang tampan dan rupawan, Sudah lama Choon ingin bisa bertemu dengan pemilik Bar ini. Bar yang diberi nama 'Horsesky' memang patut di acungi jempol. Siapapun yang pulang dari Bar ini, mereka akan terbang kembali dan menghabiskan uangnya lagi dan lagi.. Siapa yang tidak mengenal Pria tampan Bernama Edwards Salvador? Pria itu menjadi incaran banyak wanita di seluruh dunia. Walaupun Edwards telah memiliki Seorang istri, namun tersiar kabar bahwa istri Edwards adalah penyuka sesama jenis. Tentu itu adalah kabar baik bagi seluruh wanita, yang ingin sekali bisa bersanding dengan Edwards dan merasakan mandi uang setiap hari.. Memangnya apa yang wanita inginkan dari laki laki tampan dan kaya? tentu saja uang.. uang.. dan Uang.. Begitupula Choon-Hee, menanti setiap saat kedatangan Bos besar itu dan berusaha untuk menarik perhatiannya. Akankah Tubuh Choon-Hee bisa menarik perhatian Edwards Salvador? Kita akan lanjutkan kisahnya di bab-bab berikutnya!!!! Jangan lupa berikan komentar positif dan beli koin gratis untuk membuka Bab terkunci, satu koin gratis dari kalian. akan membuat Author semakin bersemangat menulis! Happy Reading!!! [My Instagram: Silvaaresta]

silvaaresta · Fantasy
4.9
357 Chs

Reborn sebagai Permaisuri yang Dapat Membaca Pikiran

Terjatuh pada sentuhannya yang hangat meski biasanya dia dingin, dia mencintainya hanya untuk kecewa dan dikhianati pada akhirnya. Ketika cinta berubah menjadi kegelapan, ia berubah menjadi racun dan mengonsumsi jiwa. Arabella yang naif mengalami evolusi. *** “Terima kasih telah menjadi istriku,” adalah kata-kata terakhir suaminya yang dingin sebelum dia meninggal, disertai dengan senyum yang belum pernah muncul di bibirnya sebelumnya. Tidak di hari pernikahan mereka. Dan bahkan tidak saat kelahiran anak mereka satu-satunya. Kaisar Ferdinand, seseorang yang sangat dicintai Arabella, membunuh anak mereka. Dia menjadi seorang penjahat dan bersumpah untuk membalas dendam demi anaknya tercinta. Selama satu dekade, dia menggunakan segala cara untuk membuat Ferdinand menderita. Hingga akhirnya... dia pun hancur! Dengan dendamnya terlunasi, kehidupan Arabella segera berakhir dengan suaminya yang sudah meninggal di pelukannya. Tapi takdir belum selesai bermain dengannya. Tiba-tiba saja, dia kembali dua puluh tahun yang lalu tepat setelah pernikahan mereka. Apakah ini kutukan atau berkah? Itu tidak penting. Karena hanya ada satu hal yang perlu dia lakukan. “Aku akan menghancurkanmu juga di kehidupan ini!” Ini adalah janji penuh kebencian yang dia buat pada diri sendiri saat menyadari dia telah terlahir kembali. Namun, dalam kehidupan keduanya, Arabella secara tidak terduga mendapatkan karunia untuk mengungkap kebenaran. Siapa yang salah dan siapa yang benar? Hanya waktu yang akan menjawab.

Athena_Varinder · Fantasy
Not enough ratings
335 Chs

Flower Of Evil (Indonesia)

KONTEN DEWASA17+ "Kamu adalah kutukan termanis dalam hidupku. Karena mencintaimu adalah kesalahan terbesar yang tidak ingin aku lepaskan." ...................................................... Di hari pernikahannya, calon suami yang akan menikahinya malah memanipulasi keadaan sehingga ia disalahkan oleh keluarga besar Zu dan Lin. "Gadis Jalang itu sudah membuat malu keluarga besar Lin di hadapan keluarga besar Zu. Bagaimana kita bisa memperbaiki semuanya? Dasar keponakan tidak tahu diri!" Ekpresi Nyonya Zhang sangat buruk karena semua yang sudah ia rencanakan hancur begitu saja. "Ibu tenang saja! Aku akan bicara dengan keluarga besar Lu agar mereka mau memaafkan keluarga kita. Saya pikir kakak Xia Lin memiliki alasan kenapa ia kabur dari pernikahannya. " Kata Lin Yue sambil tersenyum licik. Setelah mengetahui dirinya di khianati, Lin Zhi bertemu dengan laki-laki misterius yang merupakan salah satu orang paling berpengaruh di Cina bersama Lu Xian. Akankah Lin Zhi bisa menghadapi segala rintangan dalam hidupnya setelah kehilangan kedua orang tuanya dan terpaksa tinggal bersama keluarga bibinya yang jahat? Dia bertahan hanya untuk kakek nya yang mencintainya. Dan akankah ia bisa menemukan lelaki yang mencintainya sedangkan saat terburuknya dia bertemu dengan orang yang tidak mungkin ia miliki karena adanya penghalang yang mengerikan. ....... Jika kalian suka dengan novel ini, tolong beri saya dukungan berupa Power Ston dan beri saya review agar saya tahu perkembangan cerita yang diharapkan pembaca. Kritik dan saran serta dukungan kalian membuat saya bersemangat untuk tetap update dan rajin menulis cerita selanjutnya. Selamat membaca!

Tinaagustiana · Fantasy
5.0
220 Chs

SUPPORT