webnovel

chove

Ini tentang seorang gadis bernama Alesha yang memiliki keterpurukan di masa lalu. Selalu dibohongi dan dikhianati hingga ia enggan membuka hatinya kembali. Apa alasan gadis itu menutup hatinya? Mungkinkah gadis itu dapat menemukan sinarnya lagi? Ini juga tentang pria bernama Dhafin yang mendekatinya. Apa pria itu tak sama dengan masalalu Alesha? Dapatkah pria itu membuka kembali hati gadis yang tertutup rapat? "mencintaimu itu seperti bermain hujan, aku menyukainya. Hujan melupakanku akan luka, air hujan mengalir menyamarkan air mata. Menyenangkan, walau sesaat. Namun setelah itu aku merasakan sakitnya, tak apa aku tetap menyukainya." -Alesha. • waktu, kenangan dan hujan • jangan lupa untuk VOTE ya^^ biar aku semangat nulisnya♡

Aulia_Syabitha · Teen
Not enough ratings
11 Chs

2. sekarang dijemput?!

🌧🌧🌧

"bukan aku yang mendekat, lalu mengapa aku yang terjerat"

•••

LANGIT yang menyapa dengan harapan barunya. Sinar mentari yang hadir dengan cahaya terangnya telah tiba, sedangkan Alesha masih terbaring di atas tempat tidurnya

"Alesha, cepetan bangunnn!!" Suara itu mengejutkan Alesha. Sontak mata gadis itu terbuka lebar.

"Aduh mama apaansi,"

"Buruan bangun cowok kamu udah nunggu tuh di bawah."

Sorotan mata Alesha membulat yang sebelumnya sayu.

"Haha, apaansi ma,"

"Buruan turun, kasian itu cowok." Perintah Ibu Aza pada putrinya itu.

Setelah beberapa saat, Alesha turun dengan keadaan masih tak percaya. Siapa itu yang mama bilang cowonya? Sebelumnya belum pernah ada seorang laki-laki yang berani datang kerumahnya, karena ia takpernah memperbolehkannya.

Mata Alesha membulat, yang benar saja, ia telah kedatangan orang yang kemarin menghantarnya kerumahnya ini. Bagaimana bisa pria itu tau rumahnya, bukankah kemarin tak mengantarnya sampai sini?

"K-kakak ng-ngapain disini?" Tanyanya bingung.

"Jemput lo." Jawab pria itu singkat.

"Aku bisa berangkat sendiri kak, kakak gak perlu repot-repot,"

Tak dijawabnya. Pria bernama Dhafin itu langsung berdiri seakan-akan menyuruh Alesha untuk mengikutinya.

"Udah mau berangkat ya?" Tanya Ibu Aza pada keduanya.

"Iya tante...berangkat dulu ya," pamit pria itu dengan lembut.

Alesha terdiam, ia masih mencerna dengan baik kata-kata pria itu.

"Yaudah hati-hati ya di jalan,"

Pria itu segera menarik tangan Alesha, membuat gadis itu terkejut. Bukan apa, selama ini yang ia tau pria bernama Dhafin ini begitu dingin dan tak suka bersosialisasi apalagi dengan gadis baru yang pindah ke sekolahnya.

Kini mereka telah berada di depan mobil milik pria itu.

"Masuk." Titah pria itu.

"T-tapi kak..."

"Buruan."

Tak dapat mengelak, Alesha tau pria itu pasti tidak akan dengan mudah mengubah perkataannya. Dengan terpaksa, Alesha masuk.

Di sepanjang perjalanan kedua remaja itu terasa sangat canggung. Tak ada yang memulai pembicaraan.

"Kakak kenapa baik sama aku?" Ucap Alesha memecah keheningan.

"Maksud lo? Lo kira gua cuma baik sama lo?"

"Bukan gitu, tapi yang aku tau kakak gasuka deket-deket sama cewek, apalagi aku anak baru,"

"Sok tau lo."

Apaansih jelas banget kata anak sekolah ni cowok dingin banget kek es, keras juga kek batu, kata Alesha dalam hati.

•••

Setibanya di sekolah, tepatnya di parkiran, mobil milik Dhafin berhenti. Pemilik mobil juga penumpangnya mulai turun untuk masuk ke sekolah. Banyak pasang mata yang menyoroti kedua remaja sma tersebut. Padahal masih pukul 06.20, seharusnya tak seramai itu.

"Bukannya si Dhafin kemaren baru nolak Kyra ya, sekarang udah berngkat bareng cewe lain." Ucap salah satu dari mereka.

"Iya, bukannya tu cewek, cewek pindahan ya. Lebih cantik sih dari Kyra, pantes aja Dhafin mau." Katanya lagi.

Bisik pemilik pasang mata itupun terdengar hingga ke telinga Alesha. Alesha mulai gelisah, tapi ia berusaha biasa saja sebisa mungkin, ia tak mau terlihat gugup ataupun takut.

"K-kak makasih ya," ucap Alesha pelan.

"Hm." jawab Dhafin seadannya.

Setelah berada di aula,langkah mereka terpisah Alesha masih harus berjalan ke arah kanan, sedangkan Dhafin harus menuju tangga untuk sampai di kelasnya, karna kelas XII berada di bagian atas.

•••

"Hebat lo Sha, kemaren aja ogah-ogahan sama tu kakel," ujar Dira pada Alesha yang baru saja meletakkan tasnya.

"Kakel yang mana Dir?" Tanya Casa yang tengah kebingungan.

"Ih Casa, kan tadi udah gua kasih tau!"

"Kapan? Lo salah orang ya, bukan Nerissa Casandra Lazelly kali," jawab Casa menyebutkan nama lengkapnya.

"Serah lo Ca!"

"Masih pagi... gosah ribut bisa?" Ucap Alesha kesal.

"Gimana Sha rasanya satu mobil sama cogan (cowo ganteng)," goda Dira.

"Apaansi Dir."

"Ceritain geh!" Pinta Casa yang mulai merasa penasaran.

"Gak usah cerita sama Casa, Sha, kagak cun kagak tu anak." Nyinyir Dira.

"Bodo!" Jawab Casa yang diakhiri dengan lewean kecil.

Awalnya Alesha tak ingin menceritakannya, tapi karena teman-temannya memaksa, ia dengan berat hati menceritakan.

"Jangan-jangan Kak Dhafin suka sama lo, gara-gara ketemu di kantin kemaren Sha," sangka Casa pada Alesha.

"Gak, kalo kata gua si itu jebakan, masa iya itu cowo tiba-tiba ngedeketin Sha," ucap Dira taksetuju.

"Gue gak tau, yang penting gue gak akan ngerasa baper kalaupun yang Dira bilang bener." Jawab Alesha menanggapi.

"Awas kemakan omongan," kata Dira pada Alesha.

"Gak akan"

Sementara di tempat lain...

"Fin, 1 bulan lah ya," kata Rio.

"Jaga hati lo Fin," lanjut Reyhan.

"Eh gak bakal deng, Dhafin kan kulkas berjalan, mana punya hati." tambahnya.

"Ademmm...." kata Rio.

•••

"Sha, lo mau ke kantin gak, gue sama Casa mau jajan nih," tawar Dira.

"Hmm, gak deh gue mau ke toilet."

"Yodah ntar nyusul ya,"

Mereka berjalan keluar kelas, tapi tak searah Casa dan Dira kearah timur sedangkan Alesha berlawanan.

Setelah keluar dari kamar mandi, Alesha merasa ada yang tengah memperhatikannya, ia melihat-lihat sekitar.

"Lo ya yang namanya Alesha?" Tanya seorang gadis.

"Ha? iya kenapa?" Jawab Alesha.

"Lo siapanya Dhafin?"

"Dhafin? Gak kenal." Jawab Alesha asal.

"Gak usah sok gak tau, jauhin dia, orang kayak gue aja gak dapet. Apalagi lo?"

"Gak kakak suruh juga aku ngerti,"

"Oo, atau jangan-jangan lo melet Dhafin kan?! Setau gue Dhafin belum pernah berangkat bareng cewe. Murah banget sih lo?" Kata gadis itu asal.

"Kakak kak Kyra kan? Asal kakak tau aku bukan cewem murahan. Jangankan mau melet, nembak dia duluan aja ogah." Sindir Alesha karena tak terima.

"Berani lo ya?!" Gadis itu berusaha meraih rambut hitam lurus milik Alesha, tapi dengan cepat Alesha menghindar.

"Maaf kak aku gak suka main fisik."

Syurrrr....

Ember berisikan air itu mengguyur seluruh tubuh Alesha. Sontak mata Alesha membulat.

"Gue gak bilang kan mau jambak rambut lo? Lo mau bales? Bales aja, itu bakal buat lo dan gua terlihat sama aja."

Gadis itu berjalan menjauhi toilet seperti tak merasa bersalah.

"Bukan gue yang ngedeketin tuh cowo, bukan gue yang mau, baru dianterin aja gue dah begini, gimana kalau jadian?!" Alesha bermonolog.

"Lah?! Kok jadi mikirin jadian. Untung gue waras kalo gak tu shower dah gue cabut dari tempatnya, melayang-melayanglah ke badannya!" Lanjutnya yang merasa kesal dengan keaadan yang telah basah kuyup.

Di tempat lain...

"Ca, kok Alesha gak nyusul sih?"

"Mana gue tau Dir,"

"Ke kelas kak Dhafin yok." ajak Dira.

"Wah lo mau nikung Alesha Dir?? Gak nyangka gue padahal slama ini kita sahabat--" kata-kata Casa terhenti karena melihat Dhafin yang tenah berada di sebrang meja kantinnya.

"Nah tuh dia...." kata Dira.