webnovel

chove

Ini tentang seorang gadis bernama Alesha yang memiliki keterpurukan di masa lalu. Selalu dibohongi dan dikhianati hingga ia enggan membuka hatinya kembali. Apa alasan gadis itu menutup hatinya? Mungkinkah gadis itu dapat menemukan sinarnya lagi? Ini juga tentang pria bernama Dhafin yang mendekatinya. Apa pria itu tak sama dengan masalalu Alesha? Dapatkah pria itu membuka kembali hati gadis yang tertutup rapat? "mencintaimu itu seperti bermain hujan, aku menyukainya. Hujan melupakanku akan luka, air hujan mengalir menyamarkan air mata. Menyenangkan, walau sesaat. Namun setelah itu aku merasakan sakitnya, tak apa aku tetap menyukainya." -Alesha. • waktu, kenangan dan hujan • jangan lupa untuk VOTE ya^^ biar aku semangat nulisnya♡

Aulia_Syabitha · Teen
Not enough ratings
11 Chs

3. perhatian

🌧🌧🌧

"jangan memberi perhatian jika kau takmau aku harapkan"

•••

"Nah tuh dia..." Dira berjalan menghampiri Dhafin, ia membiarkan Casa yang masih saja berdiri di tempatnya tadi.

"Kak! Liat Alesha gak?" Tanyanya.

"Gak." jawabnya singkat

"Ca, Alesha kemana kok gak nyusul-nyusul?" Ucap Dira dengan nada khawatir.

"Dia belum begitu hapal sekolah ini, kalo dia ilang gimana Ca." Lanjutnya.

"Yaelah kalau kesasar si gak mungkin." Jawab Casa santai.

"Kak, cariin Alesha sih kasian dia kalo kesasar," ucap Dira pada Dhafin yang tak diberi jawaban.

Dhafin melangkah menjauhi kedua sahabat Alesha, sebenarnya ia tak mau mencari Alesha tapi dia juga tak suka berdebat dengan perempuan, menurutnya perempuan tak mudah mengalah dan jika kalah tetaplah pria yang harus mengalah. Dia berniat ke kantin untuk membeli sebotol mineral, tapi niatnya ia urungkan.

Dhafin terus menyelusuri tiap-tiap ruangan di sekolahnya. Tapi nihil ia belum juga menemui Alesha. Ia terus berjalan, pandangannya menyapu bersih ruang-ruang di sekolah mencari keberadaan gadis itu.

Terlihat seorang gadis didepan toilet dengan keadaan yang basah kuyup.

"Abis ngapain lo?" Tanya Dhafin.

"Ng-nggak tadi kepleset kena ember yang isinya air," jawab Alesha berbohong, ia takmau ada yang tau tentang masalahnya dengan kakak kelasnya yang bernama Kyra itu.

"Mau pulang, ganti baju?"

"Gak usah, bentar lagi juga kering kok kak,"

"Itu masih kuyup gak bentar bikin keringnya, pulang aja nanti lo sakit, repot." Suruh Dhafin yang hanya dibalas anggukan kecil Alesha.

Setelah izin kepada guru, Dhafin dan Alesha segera pergi ke parkiran untuk mengambil mobil milik Dhafin.

•••

Disepanjang perjalanan keduanya hanya terdiam, Dhafin sibuk dengan menyetir, sedangkan Alesha terlihat diam saja sesekali ia memejamkan matanya lalu setelah beberapa detik ia buka kembali.

Dhafin melirik kearahnya, terlihat wajahnya yang pucat pasi, mungkin karena kedinginan.

"Lo gak papa?" Tanya Dhafin menghancurkan keheningan.

"Ng-gk kak cuma dingin aja,"

"Muka lo pucet, lo menggigil. Nanti abis salin baju mau ke rumah sakit dulu?" Tanya Dhafin.

"Gk usah kak, makasih,"

•••

Sesampainya di depan rumah Alesha, Dhafin langsung melihat kesamping, ia mendapati Alesha yang memejamkan matanya juga tengah menggigil setengah sadar.

Dhafin menaruh punggung tangannya di jidat Alesha. Alesha yang tengah terpejam itu sontak terkejut mendapati tangan Dhafin yang berada di jidatnya itu.

"Buruan turun," suruh Dhafin pada Alesha. Alesha mengangguk tanda mengerti.

Sekarang mereka telah berada di dalam ruang tamu rumah milik Alesha. Dhafin memperhatikan sekitar, mencari-cari sesuatu.

"Di rumah lo gak ada orang?" Tanya Dhafin pada Alesha.

"Mama keluar kota kak, jadi sendiri," jawabnya, "oh iya aku salin dulu ya kak." Lanjut Alesha yang dibalas anggukan oleh Dhafin.

•••

Alesha sudah selesai mengganti bajunya, ia berjalan menuruni anak tangga. Ah, iya masi ada kak Dhafin. Kok gak pulang-pulang ya, fikir Alesha.

Alesha duduk di sofa sambil menatap pria di depannya. Pria itu tiba-tiba saja menyodorkan handphone miliknya dari saku celana yang ia kenakan.

"Ngapain?" Tanya Alesha tak mengerti.

"Nomer hp lo."

"Buat apa?" Tanyanya lagi.

"Buruan," tak menjawab pertanyaan Alesha, Dhafin malah menyuruh gadis di depannya untuk segera mengetik nomer miliknya.

"Udah," Alesha memberikan kembali hp itu kepada pemiliknya.

"Gua balik, nanti gua kabarin lewat WhatsApp," Alesha mengangguk tanda mengerti.

Pria itu perlahan berjalan kearah luar. Alesha menghela napasnya, ntah mengapa dia sangat merasa aneh.

Beberapa menit sudah terlewati. Alesha hanya membaringkan tubuhnya sambil mengingat-ingat kejadian yang ia alami di sekolah tadi. Lamunannya terhenti ketika mendapati handphone nya getar. Diraih lah benda pipih itu.

Casa cakep ulala

AninDira Graziella A🦁: Sha, lo kok gacerita-cerita kalo pulang:(

Nerissa Casandra L🦜: cieee dianter doi baruuu..

Alesha Araynae:

Maap Dir tadi buru-buru. Apasi Ca😭, baru sadar gue ni nama Gc aneh bngt..Horor

Balasan kedua temannya tak dihiraukan Alesha. Ia telah keluar dari roomchat, ia merasa lelah.

Drrrttt...

Benda pipih itu lagi-lagi bergetar, dengan malas ia meraih benda itu dan mulai melihat pesan yang baru saja masuk.

+628***

Gmn?

Ha? siapa? Apanya yang gimana, fikir Alesha. Pesan itu dari nomer yang tidak ia kenal. Jemarinya mulai mengetikkan sesuatu.

Siapa?

Bales.

Alesha masih terdiam menatap roomchat itu, berkali-kali ia mencoba mencerna maksud dari pertanyaan orang tersebut.

Keadaan lo gmn?

Maaf, ini siapa?

Dhafin.

Mata Alesha membulat, tiba-tiba terlintas kejadian sebelum pria tersebut pulang. Ya, pria tadi meminta nomer hpnya, ia baru menyadarinya. Dengan cepat ia membalas chat dari pria tersebut.

Oo kakak, baik kok kak👍

Ok.

Alesha mulai sedikit berfikir, mencerna kejadian beberapa hari ini, dia seperti dekat kembali dengan seorang pria. Dulu ia dekat dengan ayahnya, namun sekarang keadaan itu berbalik 180 derajat. Ia tak pernah lagi merasa senang saat berada di dekat pria manapun, ia benar-benar menutup diri dari seorang pria. Namun, aneh rasanya sekarang ia malah merasa sedang dekat dengan Dhafin.

•••

Kurang lebih sudah 1 minggu dari kejadian Alesha disiram oleh kakak kelasnya itu. Hari ini, hari minggu, ia tak berniat beranjak dari kasur empuknya.

Sinar mentari mulai menyelinap masuk lewat jendela kamar Alesha, gadis yang tengah berbaring pulas sontak membuka mata mendapati cahaya matahari, membuat matanya menyipit tanda silau. Membuat sang pemilik pasang mata itu mau tak mau terbangun.

"Udah pagi ya," gumamnya.

Ia meraih benda pipih berwarna putih itu dari meja di samping kasurnya. Ia berniat melihat notifikasi yang masuk.

Matanya sontak membulat mendapati pesan yang masuk melalui WhattsApp.

+628***

Bangun, gue jemput jam 8 pagi.

Alesha mengendus kesal menatapi layar ponselnya, sebenarnya ia tak berniat membalas pesan tersebut namun, ia telah membacanya jika ia tak membalas, sang pengirim pesan pasti akan marah.

Ha?mau kmana kak, aku mager banget hehe:v

Jln", buruan jgn lama" gue gsuka nunggu.

Alesha menggerutu, kesal dan marah menjadi santapan pagi di hari minggunya. Apaan si Kak Dhafin itu seminggu ini baik banget deh heran, batin Alesha.

•••

Alesha menuruni anak tangga dengan perasaan malas. Ia melirik kearah bawah mendapati seorang pria yang duduk di sofa sambil berbincang dengan mamanya.

"Alesha buruan kasian tuh Dhafin nungguin dari tadi," ujar Mama Aza pada putrinya yang masih berjalan menuruni anak tangga.

"Iya," Alesha memutar bola matanya malas.

"Kak emang kita mau kemana?" Tanya Alesha pada Dhafin, kini mereka telah berada di dalam mobil. yang ditanya hanya diam tak menjawab