webnovel

antara CINTA atau UANG

Area dewasa!!! Cerita ini Hiatus untuk waktu yg lama, masih harus banyak revisi agar bisa nyambung ceritanya! Menjalin cinta dengan dua pria!! Lia bertemu Max dan saling jatuh cinta tanpa mereka sadari. Diantara hubungan yang mulai berkembang munculah Jack, si pengusaha yang misterius. Pria seksi bermata abu itu juga menjerat perasaan Lia. Max tak mau begitu saja melepaskan perasaannya pada Lia. dia berusaha meyakinkan Lia kalau dia adalah pria yang pantas. Max selalu ada saat Lia tertimpa masalah, tapi Jack punya cara lain untuk menghibur Lia. Cinta segitiga oh bukan. masih ada tuan Edward, bos Jack sekaligus ayah dari Max yang menginginkan Lia.. bagaimana akhir hubungan rumit ini?

Ayun_8947 · Urban
Not enough ratings
243 Chs

Sudah jangan salah paham

Lexi mendorong pintu hingga dia bisa masuk menerobos tubuh Max. 

"Lia!!" Teriak Lexi tak percaya mendapati tubuh Lia yang terbaring di ranjang. Mariah dan Max ikut bergabung masuk.

Berbeda dengan wajah Max yang datar. Lexi tampak menatap wajah pria itu dengan sorot tajam begitupun bibinya Mariah.

"Apa, kenapa kalian melihatku seperti tertuduh!" Ujar Max tak terima. Lexi bangkit dari posisi berjongkok di bawah ranjang dan menyeka rambut panjang Lia yang terurai jatuh hingga hampir menyentuh lantai. Shit posisi apa ini!. Sebelum dia membuat perhitungan pada teman barunya, si Maxi. Terlebih dahulu Lexi membetulkan posisi Lia di ranjang. Ya ampun. Bahkan dia memakai pakaian tanpa mengancing penuh pada bagian dadanya. Dengan ragu Lexi menoleh dan membuang wajah. Lexi tak sanggup melihat bagian dada sepupunya yang terbuka itu.

"Aku tahu itu!" Ujar Max ambigu, tadi dia juga tak bisa memasang kancing pada bagian itu. Mariah memicingkan mata sekali lagi dan berdecak kesal.

"Biar aku yang lakukan!" Mariah bergabung di atas ranjang dan mengancingkan kemeja Lia yang belum sempurna. 

"Pemuda pemudi ini sungguh melelahkan!" Keluh Mariah tak percaya. 

Lexi bangkit dan menghampiri Max yang melipat tangan di dada.

"Apa yang kau lakukan pada Lia!" Ketus Lexi tak terima dengan keadaan sepupunya.

"Ayolah! Kau pikir apa yang aku lakukan pada saudaramu?" Max mengambil kaos dan mengenakannya dengan cepat.

"Aku serius, apa kau menyukai sepupuku?" Tanya Lexi kali ini dengan pancaran mata menginginkan kejujuran. Dia akan senang mendapatkan ipar orang kaya, tapi tidak seperti ini juga. Terlalu cepat semua ini bro.

"Berhentilah kalian! Aku sudah dua kali memisahkan pertikaian dua pria malam ini? Bisakah kalian bicara baik baik?" Pinta Mariah menyela dari atas ranjang.

"Kami sedang bicara baik baik!" Balas Max, Lexi mengangguk. Meski intonasi suara mereka jelas tidak santai, tapi lihatlah bahkan Lexi bisa mengantongi telapak tangannya.

"Aku tak ingin ada baku hantam lagi!" Ujar mariah mengingatkan, dia menoleh ke Lexi. Oke tepatnya bukan baku hantam. Dia tak mau mendapat serangan mendadak seperti sebelumnya, setidaknya biarkan dia juga merasakan ciuman yang hangat dan manis. Lexi tersenyum ragu mendapati tatapan aneh Mariah, keduanya mengalihkan pandangan membuat Max curiga.

"Jadi apa yang kau lakukan di sini bersama Lia?" Lexi kembali fokus pada Max.

"Jangan salah paham, ini tak seperti apa yang kau lihat"

"Kalau begitu, berikan sedikit penjelasan"

"Dengar!"

Srrreekkk!! Sreekkk!!

Suara Mariah yang mengacak tong sampah dan menumpahkan isinya mengganggu konsentrasi para pria.

"Bibi, apa yang kau lakukan!" Max setengah berteriak melihat kelakuan minus bibinya mengacak tong sampah.

"Apa yang kau cari?" Max bertanya lagi.

"Apa dia bibimu?" Lexi tak percaya dengan panggilan max pada wanita muda itu, Mariah malah tak peduli, dia bertolak pinggang bangkit dari bawah meja, mencari cari sesuatu. Gadis itu menyeka dahinya yang berkeringat, dia cukup panik.

"Apa yang dia cari?" Tanya Lexi, Max mengangkat bahu tak mengerti

"Entahlah!"

Mariah melangkah perlahan ke arah max, telunjuknya terangkat dan menuding dada Max dengan wajah panik dan tegang.

"Aku tidak menemukannya, apa kau!" Max mengerutkan dahi tak mengerti dengan tudingan bibinya. Lexi ikut menyimak serius.

"Apa?" Max tak sabar 

"Apa kau! Ck!" Mariah kesal sendiri dengan kalimatnya yang tertahan. Lexi dan max saling mengangkat bahu. Apa maunya wanita ini?

"Aku tahu kau baru pertama kali kan. Aku tahu kau tak berpengalaman. Aku tahu kau hanya penasaran dan coba coba. Harusnya aku tahu dan memberimu sebagai persiapan!"

"Apa?" Bukan hanya Max yang bingung, Lexi ikut melongo dan menyimak kalimat Mariah.

Mariah melipat tangan dengan tatapan menghakimi pada ponakannya yang tampan dan lugu ini.

"Aku tak melihat plastik bekas robekan sarung, apa kau mengenakan sarung, apa kau tak bermain aman?"

"Hahahhaaaaa!!!" Tawa Lexi pecah di antara wajah melongo Max, dan wajah panik Mariah. Kau tertawa di saat yang salah Lexi!

"Diam kau!" Hardik Max dengan wajah memerah.

"Apa kau masih perjaka?" Ledek Lexi memperhatikan Max dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sial.

"Apa kau kesulitan?" Ledek Lexi masih terus saja bersemangat menggoda. Mariah melirik Lexi sekilas membuat pria itu berhenti ikut campur.

"Tunggu. Apa maksudmu kau dan Lia?" Lexi seakan tersadar dengan keadaan kamar ini. Jika benar dugaan Mariah. Apa itu artinya, Lia juga sudah melepas keperawanan nya? Shit, damn! Mampus, ibunya akan menggorok leher Lexi dengan sisa nyawa yang ada.

Kini bukan hanya Mariah, bahkan Lexi ikut bertolak pinggang dan menghakimi Max.

"Ayolah, kalian gila ya! Aku bukan anak kecil dua belas tahun!" Ujar Max membela diri. Oke Max itu bukan pembelaan yang benar.

"Aku tahu itu, melakukan sex dengan aman dan baik. Untuk apa aku belajar hingga perguruan tinggi jika masalah reproduksi saja aku masih buta!" Keterangan panjang Max membuat Mariah dan Lexi mengangguk setuju, tapi itu tidak cukup untuk pembelaan dirinya.

"Saat aku memberi tahu mu, memberi educational for your sex experience, kau selalu malas mendengarkan!" Ujar Mariah tak yakin dengan kemampuan belajar Max

"Max asal kau tahu, rasa penasaran itu berbahaya!" Lexi ikut ikutan seakan menjadi profesor paling tahu. Mereka berdua kompak mendesak Max hingga mundur dan bersandar pada tembok.

"Apa kau membuang di dalam?" Shit! Pertanyaan macam apa itu.

"Bi, apa yang kau tanyakan? Tidakkah itu terlalu berlebihan?" Max canggung mendapati pertanyaan nyeleneh bibinya.

"Apa kau memakai sarung karet?" Sekarang Lexi yang bertanya. Kembali lagi ke masalah sarung. Max benar benar kesal di buat dua orang di hadapannya ini.

"Dengarkan aku ya. Aku tidak menggunakan sarung apapun, dan aku tak membuangnya di luar!" Kesal Max habis kesabaran.

"Gilaaa!!" Mariah menepuk dahinya, putus asa.

"Kaaauu!!" Lexi menarik pangkal leher kaos Max dengan otot bisepnya yang mekar. 

"Lepaskan, lepaskan.." Pinta Mariah pada Lexi, pria itu menurut saja. Mereka saling tatap sebentar dan merebahkan diri dengan lemas di sofa.

"Kalian salah sangka! Aku dan Lia tak melakukan apapun! Dia yang memulai dan memuntahkan semuanya bersamaan!"

"Memuntahkan apa!!" Mariah dan Lexi bangkit dari kursi dengan suara tinggi dan tak percaya.

"Ya, aku muntah karena terlalu banyak minum.." suara lirih Lia lebih mengejutkan lagi. Gadis itu sudah tersadar dan duduk di sisi ranjang dengan tatapan mata sayu.

Note : cerita ini mengambil setting di Amerika, gaya hidup bebas, dan cerita yang kebarat baratan. Semoga menghibur.

note: tinggalkan komentar dan dukungan kalian untuk coretanku, semua yang kalian tinggalkan baik komentar, review, batu kuasa dan hadiah sangat berarti buat otor, membuat semangat untuk mengejar tulisan, membuat imajinasi semakin terisi, seakan ada energi baru dari kalian.. aku membaca semuanya walau tak bisa membalas karena suka error' harus pakai web, dan aku jarang pakai web. terimakasih banyak banyak yang masih lanjut baca dan memberi dukungan. aku tanpa kalian apa atuh.. baca juga tulisan lain dan tinggalkan dukungan kalian..

masih banyak sekali kekurangan dan aku sadar itu, terima kasih banyak banyak