webnovel

antara CINTA atau UANG

Area dewasa!!! Cerita ini Hiatus untuk waktu yg lama, masih harus banyak revisi agar bisa nyambung ceritanya! Menjalin cinta dengan dua pria!! Lia bertemu Max dan saling jatuh cinta tanpa mereka sadari. Diantara hubungan yang mulai berkembang munculah Jack, si pengusaha yang misterius. Pria seksi bermata abu itu juga menjerat perasaan Lia. Max tak mau begitu saja melepaskan perasaannya pada Lia. dia berusaha meyakinkan Lia kalau dia adalah pria yang pantas. Max selalu ada saat Lia tertimpa masalah, tapi Jack punya cara lain untuk menghibur Lia. Cinta segitiga oh bukan. masih ada tuan Edward, bos Jack sekaligus ayah dari Max yang menginginkan Lia.. bagaimana akhir hubungan rumit ini?

Ayun_8947 · Urban
Not enough ratings
243 Chs

Malam yang panjang (!)....

Edward merapikan piyama sutranya dan merebahkan diri di kursi besar seperti singgasana kerajaan, pada sisi kiri kanan dua gadis dengan pakaian minim memijit pundaknya. Seorang lagi mengulurkan cerutu dan menyalakan korek pada tobacco yang dijepit bibir Edward.

"Maaf tuan, anak mu mengacaukan rencana" 

Fiuuh.. asap mengepul di antara temaram ruangan, Edward tertawa sinis.

"Maksudmu Maximilian?" Pria itu mengangguk

"Apa mereka berhubungan?" Pria di hadapan Edward kali ini ragu harus mengangguk atau menggeleng.

"Kenapa kau bilang dia masih murni dan polos tapi ternyata putraku malah sudah merasakannya" tatapan tajam Edward membuat pria yang berdiri di hadapan itu menelan ludah pahit. Dia terjebak dengan rencana dan kalimatnya sendiri.

"Sudahlah, lupakan gadis itu jika max menginginkannya. Aku mau yang lain saja" Edward tak mau memperpanjang masalah, dia tak mau berurusan pada anggota keluarganya. Itu merepotkan saja. Termasuk Mariah, meski dia menginginkan bokong sintal itu tapi Edward tak mau bermain kotor dan ceroboh.

Malam ini dia lolos dari amarah Edward, mungkin karena Max, jika itu pria lain sudah habis dia.

Jack, si pria berjas dan berkaos turtleneck, dia pengelola pub ini. Jack biasanya menjaring wanita muda yang menggelora untuk bos bos besar tamu agungnya. Dan Lia salah satu incarannya. Dia berpikir akan dapat kakap malam ini, sayang sekali Maximilian menghancurkan rencananya. Harusnya dia tak ceroboh tadi, meninggalkan Lia di taman dan akhirnya max kembali lebih cepat darinya.

"Kau mau apa lagi!" Dengus Edward ke arah Jack, pria itu mengangguk mengerti, dia undur diri dan meninggalkan Edward bersama wanitanya. Satu persatu wanita itu naik ke pangkuan Edward bergantian. Melepaskan helaian tipis pembungkus badan, menghibur semaksimal mungkin. Membuat gema tawa dan gelora Edward semakin memuncak. Jack menutup pintu ruangan itu.

Hingar bingar club' malam yang memekakkan telinga. Jack memantau dari podium lantai atas yang berbentuk seperti tabung kaca, dia memperhatikan penari striptisnya yang semakin menggila menghibur pengunjung, belum lagi di bawah sana beberapa wanita yang di pajang dalam akuarium yang semakin berkurang saja jumlahnya. Bisnis yang sangat menjanjikan. Jack tersenyum senang. Semua ini berkat bantuan Edwardo, itulah mengapa dia anti sekali mengecewakan tamu agungnya itu.

"Kau tahu sayang, aku sudah menunggumu dari tadi. Kau dari mana?" Jack menoleh dan mendapati Mariah menggandeng kekasihnya Daniel. Mereka memilih private room tak jauh di belakang punggung Jack. Pria itu menggeleng, kenapa banyak sekali anggota keluarga Edwardo malam ini, seakan club' ini milik keluarga mereka saja. Jack menggelengkan kepala tak mengerti. 

"Nona, nona!!" Seorang pria menyusul di belakang Mariah, Jack tak mau ikut campur lagi, dia harus masuk ke kantor dan mengurus beberapa pekerjaan. Bersyukur sekali mood Edward sedang bagus, kalau tidak sudah habis dia tadi.

Lexi menghampiri Mariah dan memberikan tas. Gadis itu menoleh dengan sinar mata yang sudah tak tajam, Mariah sudah mabuk.

"Nona kau meninggalkan tasmu" ujar Lexi sopan, dia menyerahkan tas Mariah.

"Ya,ya" Daniel meraih tas Mariah, dan mengambil beberapa lembar uang dari dompet Mariah. Pria itu menatap penampilan lusuh Lexi, jauh tak berkelas daripada pakaian branded yang dia kenakan.

"Apa ini cukup?" Tanya Daniel dengan senyum meremehkan. Lexi tak suka itu.

"Hay bung, aku hanya memberikan tas saja tidak yang lainnya" tolak Lexi mengangkat tangan, menjauhkan diri dari uluran dollar yang Daniel sodorkan.

"Ayolah, aku tahu orang orang sepertimu" ujar Daniel tersenyum sinis. Mariah tak menyukai situasi ini.

"Ayolah Daniel!" Seru Mariah tanpa suara lagi, dia sudah terlalu mabuk "sudahlah, ucapkan saja terima kasih"

"Kau benar nona, senang bisa membantu" ujar Lexi menarik senyum sekilas lalu berbalik badan.

PATTSS!!

Uang yang dilemparkan Daniel menyentuh punggung Lexi, dia bisa merasakan itu di antara deru musik yang menggema, Lexi mengunyah kosong rahangnya. Mariah melepaskan diri dari rangkulan Daniel.

"Fuck! Apa yang kau lakukan!" Kesal Mariah tak mengerti mendapati wajah Daniel yang memandang remeh Lexi, pria itu membalikkan badan dan membalas tatapan mata Daniel.

"Ada apa denganmu?" Tanya Mariah mencoba menjadi perantara antara tatapan dua pria yang sudah saling menantang ini. Lexi menunduk dan mendapati dollar di ujung kakinya. Ya dia miskin. Dia membutuhkan uang itu. Ya, dia berpenampilan lusuh, tapi harga dirinya tak serendah itu.

Mariah menyadari kekeliruan disini. Gadis itu berusaha menenangkan Daniel ataupun pria asing ini. 

"Tenanglah, aku mohon tenanglah. Jangan ada kekerasan disini, please.." mohon Mariah, entah hukuman apa yang akan kakaknya berikan jika dia terlibat kekerasan di pub malam ini. Habis sudah Mariah!.

Baik Daniel ataupun Lexi tak mengindahkan perkataan Mariah, mereka semakin maju mendekat hingga hanya dibatasi oleh Maria saja yang terjepit di antara dada mereka.

Lexi menarik kerah blue jeans pria sombong dihadapannya. Membuat Mariah semakin frustasi terjepit di antara mereka.

"Apa maumu!" Tantang Lexi. Daniel menepis kasar tangan Lexi di kerah bajunya, dia menepuk jijik.

"Terima kasih sudah merendahkan harga diriku!" Ujar Lexi melirik Mariah yang mengangkat tangan mengurut dahinya. Dia pusing dengan tingkah dua pria di kiri kanannya saat ini.

Dengan sigap Lexi meraih kedua tangan Mariah, membuat gadis itu bingung dan linglung, Lexi menyambar bibir Mariah dan menciumnya dengan kasar. 

What the!! Mariah tak bisa berkata kata, begitupun Daniel. Dengan sekuat tenaga Daniel menarik kaos belakang Lexi. Sayang sekali amarah Lexi sudah memuncak, dia tak mau melepaskan Mariah. Pria itu terus mendorong tubuh mungil Mariah ke tembok menikmati tiap rongga mulutnya, menghisap dan menggigit gemas. Menikmati bibir mungil Mariah yang entah kenapa juga pasrah dengan kecupan panas Lexi.

Daniel memukul punggung Lexi, tapi tak membuat ciuman ganas pria itu terlepas. Dia mencium habis bibir kekasih Daniel, di depan matanya. Anggaplah ini impas untuk harga diri ya yang terinjak injak! Hingga Lexi merasa sudah cukup untuk ciumannya. Dia menyeringai sementara Mariah hanya bisa blank, bengong. Apa apaan barusan itu! Dia tak menolak, dia bisa merasakan sisa panas gesekan bibir mereka dan sorot mata dengan bulu mata lentik itu. Apa itu barusan? Mariah seakan tak sadarkan diri untuk sejenak, hanyut dalam ciuman Lexi.

"Terima kasih uang dan gadismu!" Ujar Lexi meraih pinggang Mariah dan menyorot mata gadis itu dalam. Membuat dada Mariah bergetar menatap mata abu abu Lexi. Pria tampan.

Lexi menyeringai lagi. Balasannya sudah cukup. Dia melepaskan Mariah. Dan tersenyum sinis ke wajah Daniel.

Lexi meraup uang di lantai dan meninggalkan Daniel dan Mariah yang bengong.

"Kau gila, apa yang kau lakukan!" Ketus Mariah marah dan kecewa.

"Kenapa kau marah, harusnya ku Binus si brengsek itu!" Gusar Daniel mengepalkan tinju "Aku tahu mereka pria rendahan!"

"Kau yang rendahan Daniel! Aku kecewa denganmu!" Kesal Mariah meraih tas di tangan Daniel, dia mencari ponselnya dan menghubungi max.

"Max, kau dimana? Ayo pulang!"

"Mariah, kau tak bisa pulang begitu saja!" Ujar Daniel kecewa. Mariah menatap Daniel.

"Kenapa? Kita putus!" Ujarnya meninggalkan Daniel. 

"Kau tak bisa memutuskan hubungan hanya karena hal sepele Mariah!"

"Kenapa! Kalau begitu aku sudah tak menyukaimu! Sejak tadi!" Tuding Mariah berlari menjauh dari Daniel yang menepuk kasar kepalanya.

"Mariah.." suara Daniel mengejar Mariah yang bersembunyi di balik tembok penyekat, membuat pacar mabuknya kehilangan arah.

Lexi ternyata belum pergi jauh dari mereka, pria itu tersenyum sinis sambil menghitung uang dan dia mendapati wajah Mariah yang kesal. Dia tak mau terlibat lagi, Lexi ingin menghindari.

"Kau! Tunggu dulu!" Mariah mengejar langkah Lexi dan tak mengindahkan suara Daniel yabg kian gusar di belakang sana.

"Siapa namamu?" Tanya Mariah ramah pada Lexi.

"Lexi" ujarnya singkat.

"Hallo max, kau dimana?" ," Maaf aku sedang bicara di telepon sebentar" bisik Mariah pada Lexi yang setia menunggu, dan Lexi, dia lebih tertarik pada Daniel yang kecewa di belakang sana. Apa dia tak tahu Mariah sudah ada tak jauh darinya, pria itu malah membalikkan badan linglung. Mungkin Daniel terlalu mabuk.

"Kau di kamar berapa? Baiklah aku kesana!" Mariah menyusuri lorong. Mencari kamar yang tadi max sebutkan. 

"Kenapa aku harus mengikutinya?" Lexi bingung sendiri tapi dia tak mungkin meninggalkan Mariah diantara kamar kamar gelap ini. Banyak mata yang mengintai disini.

"Aku minta maaf atas perlakuan Daniel padamu!" Ujar Mariah setelah menemukan kamar yang dimaksud Max di sambungan telepon tadi.

"Maksudmu kekasihmu?" Tanya Lexi seperti menyindir.

"Mantan kekasih!" Tegas Mariah. Okey, Lexi seakan mengerti.

CKLEK!!

Max membuka pintu dengan telanjang dada dan hanya memakai handuk saja.

"What! Max apa yang kau--" Mariah menutup wajahnya dengan telapak tangan menyadari ponakannya sudah lebih dulu mencuri start. Pupil mata Lexi membesar melihat Max yang dia kenal dalam keadaan setengah telanjang seperti ini.

"Kau!!" Max dan Lexi membuka mulut bersamaan membuat Mariah bingung, mereka saling kenal? Yang lebih tak percaya lagi adalah, sosok gadis yang terbaring di ranjang.

Lexi mendorong daun pintu dan benar saja.

"Liiaa!!" Teriaknya tak percaya.

Note : cerita ini mengambil setting di Amerika, gaya hidup bebas, dan cerita yang kebarat baratan. Semoga menghibur.

note: tinggalkan komentar dan dukungan kalian untuk coretanku, semua yang kalian tinggalkan baik komentar, review, batu kuasa dan hadiah sangat berarti buat otor, membuat semangat untuk mengejar tulisan, membuat imajinasi semakin terisi, seakan ada energi baru dari kalian.. aku membaca semuanya walau tak bisa membalas karena suka error' harus pakai web, dan aku jarang pakai web. terimakasih banyak banyak yang masih lanjut baca dan memberi dukungan. aku tanpa kalian apa atuh.. baca juga tulisan lain dan tinggalkan dukungan kalian..

masih banyak sekali kekurangan dan aku sadar itu, terima kasih banyak banyak