webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Teen
Not enough ratings
194 Chs

Part 135 - Akhir Mimpi Oki

"Tapi, Mas... soal harga pasar itu, apa memang itu sudah pasti? Bagaimana kalau itu hanya merugikan kami sebagai tengkulak?" jawab salah satu dari tengkulak itu.

"Saya yakin tidak akan merugikan kalian sebagai tengkulak, kalau niat kalian juga baik. Tidak rakus mengambil keuntungan. Justru adanya informasi harga pasar, membuat lebih terbuka."

"Pasti lebih melegakan petani, hingga kejadian seperti pertengkaran harga tak akan terjadi."

"Iya juga, Mas. Apa Mas yakin ini bisa menjamin di musim ke depannya?" tanya salah satunya lagi.

"InsyaAllah... saya yakin ini bisa jadi jembatan buat kalian lebih baik dalam jual beli." Ardi menjawabnya dengan tersenyum. Berusaha ramah dengan kedua bapak di hadapannya.

"Mas... ini tehnya." Mala hadir memecah ketegangan di antara mereka bertiga.

"Oh iya, makasih, Sayang."

Mala tersenyum dan segera masuk ke rumah.

"Silakan diminum dulu, biar rileks." Ardi memersilahkan kedua tengkulak itu untuk minum dahulu.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com