webnovel

Wasted Wife

Author: Kadenta_Denn
Urban
Ongoing · 22.7K Views
  • 237 Chs
    Content
  • 5.0
    10 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Andine mengira, menyetujui perjodohan dengan Andra adalah keputusan yang membahagiakan. Namun, kenyataannya tidak demikian. Pada malam pertama, Andine sudah menjadi sosok istri yang terbuang. Andra bukan hanya tak menyentuhnya, ia juga mengatakan kalimat menyakitkan yang sama sekali tidak pernah Andine duga. Bagaimana bisa Andine hidup dalam rumah tangga penuh luka tersebut? Menghadapi sikap dingin dan ketus sang suami setiap hari, istri mana yang tidak tersakiti? Andra tidak mau dicap sebagai suami yang buruk di mata orang lain, ketika ia bersama Andine di luar sana, sifatnya akan berubah drastis menjadi sosok suami yang baik. Penyayang dan penuh cinta, jauh berbeda ketika mereka berdua ada di rumah.

Chapter 1Malam Pertama

Malam pertama, adalah malam yang menegangkan bagi setiap pasangan. Penuh gairah, debar dalam dada, dan terkadang ada perasaan takut untuk memulainya.

Di dalam sebuah kamar bercahaya temaram, Andine duduk di sisi ranjang dengan jantung berdetak kencang, bahkan degupnya dapat ia dengar.

Pakaian resepsi sudah ia lepaskan, make up yang menempel di muka juga sudah ia bersihkan. Gadis berwajah ayu itu hanya mengenakan baju tidur lengan pendek.

Suara gemericik air yang berasal dari kamar mandi semakin membuat nyali Andine menciut, ini adalah kali pertama ia akan tidur satu kamar dengan seorang lelaki asing yang pagi tadi sudah sah menjadi suaminya. Hatinya berbunga-bunga, karena tidak sabar untuk meneguk manisnya malam pertama bersama Andra--suaminya.

Ceklek! Pintu kamar mandi terbuka, mendadak suasana di kamar hotel tersebut begitu hening untuk beberapa saat, apalagi Andine yang duduk seorang diri di sisi tempat tidur kini tampak mematung. Bahkan untuk menelan ludah saja ia sungguh merasa gugup.

Andra melangkah melewati sang istri begitu saja, ia berjalan menuju meja rias dan mengambil duduk di sana. Lelaki pemilik rahang tegas itu tengah merapikan rambutnya yang setengah basah.

Aroma sabun milik Andra membuat Andine diam-diam menghirupnya. Wanita itu menyunggingkan senyum dengan perasaan membuncah, sungguh ia tak menyangka bahwa status jomlo yang tersemat sejak lahir akhirnya pupus sudah.

Gadis berambut hitam sebahu itu menunduk, tangannya meremas ujung baju dengan jantung yang semakin berdebar, sesekali ia melirik ke arah jam dinding untuk sekedar mengecek waktu. Namun, hingga satu dua menit berlalu Andine tak menyadari adanya pergerakan dari Andra yang masih setia duduk di depan cermin rias.

Apa yang sedang dilakukan pria itu?

"Mas!" Akhirnya Andine memecah kesunyian di kamar tersebut.

Pria berkaus putih polos itu menoleh, melirik sang istri yang saat ini sedang menatapnya dengan raut wajah memohon.

"Ya?" Andra menyahut setelah beberapa waktu berlalu.

"Eng … kamu nggak mau duduk dekat aku?" tanya Andine dengan jantung yang hampir merosot jatuh, sungguh ia bahkan tak berpikir dulu untuk menanyakan hal seperti itu. Pertanyaan yang justru membuatnya seperti wanita penggoda. Ah, menggoda suami sendiri tak apa, 'kan?

Andra melengos, ia menghela napas pendek dan kembali menghadap cermin di hadapan. Pria itu tampak tak peduli, raut wajahnya bahkan menunjukkan bahwa ia sangat tak menginginkan wanita itu malam ini.

"Bukankah sudah aku katakan? Harusnya kamu menolak perjodohan ini." Andra bicara dengan suara pelan tapi penuh penekanan, hingga membuat Andine terkejut dengan raut wajah tak percaya. Ini pembahasan yang cukup serius, pikir gadis itu.

"Aku tidak bisa menolak perjodohan ini, karena papa dan mamaku sangat bersikeras. Tapi kalau kamu yang bicara dengan orang tuamu, mungkin mereka bisa memaklumi. Tapi ... kemarin kamu malah menyetujuinya," sambung Andra lagi, pria itu tersenyum miris sambil menggelengkan kepala.

Wajah Andine memucat, napasnya tiba-tiba sesak mengetahui fakta apa yang saat ini sedang ada di hadapannya. Malam pertama macam apa ini? Mengapa pria itu malah membahas tentang perjodohan yang sudah terlanjur terjadi?

"Tapi, ya sudahlah. Sekarang kita sudah sah suami menjadi suami istri." Andra bangkit berdiri, ia menatap wajah sang istri dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Andine yang melihat suaminya tengah berdiri menatapnya seperti itu, justru merasa ketakutan. Takut, jika lelaki itu akan melakukan hal yang tidak ia duga-duga, karena menurutnya, Andra memang tak menginginkan pernikahan ini terjadi.

"M-maaf, Mas." Andine menunduk dalam, merasa bersalah.

Gadis itu ingat, dua hari sebelum pernikahan ini terjadi. Andra datang kepadanya dengan sambil memohon, bahwa pria itu meminta Andine untuk membatalkan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tua mereka.

Namun, karena Andine tidak mau mengecewakan kedua orang tuanya juga, gadis itu akhirnya tak mengindahkan permintaan Andra. Ia mengabaikan permohonan lelaki itu, Andine tidak memikirkan resiko apa yang akan terjadi bagi kehidupan masa depannya. Kali ini, barulah ia menyesal.

"Aku memang tidak menginginkan pernikahan ini, tapi aku tetap akan menjalankan tugas sebagai suamimu. Itu 'kan yang kau mau?" Andra menaikkan sebelah alisnya, bersamaan dengan seulas senyum miring yang tercetak di bibir. Pria itu bagaikan seorang penjahat di mata Andine sekarang, bukan lagi sosok suami yang manis yang memiliki perlakuan lembut dan menyayangi.

Andine menggeleng, ia beringsut turun ketika sang suami melangkah mendekatinya.

"Kenapa? Bukankah di awal kau sudah menggodaku?" Andra menantang.

"Tidak, Mas. Kita tidak perlu melakukannya, aku baru menyadari bahwa kamu memang tidak mencintaiku." Suara Andine sedikit bergetar saat mengatakan itu.

Andra berhenti, ia tertawa keras hingga sudut matanya berair. Sikapnya sungguh membuat Andine terperangah tak percaya.

"Itu! Kau sudah paham sekarang," ujar Andra sambil mengarahkan jari telunjuk kepada istrinya. "Lagipula, bagaimana bisa aku mencintaimu? Kita bahkan baru kenal satu bulan yang lalu, mana mungkin aku mencintaimu! Kau … bahkan bukan tipeku."

Kalimat yang dilontarkan Andra bagaikan belati yang menusuk tepat di hati Andine, begitu tajam dan menyakitkan, hanya saja tak berdarah, tapi mampu menghancurkan jiwa istrinya.

Andine menatap Andra dengan mata berkaca-kaca, ia berusaha keras tidak menumpahkannya di hadapan lelaki itu.

"Aku tidak akan bertanggung jawab atas rasa sakit yang kau alami, itu resiko karena kau sudah berani menerima perjodohan ini." Andra berkata dengan penuh keseriusan, tatapannya begitu tajam tertuju ke arah Andine.

Gadis berhidung mancung itu hanya bisa menahan perih di ulu hati, mentalnya benar-benar jatuh berkali-kali hingga ia pun tak sanggup melawan kata-kata sang suami yang begitu menyakiti. Tak pernah Andine bayangkan bahwa sifat asli Andra ternyata seperti ini, begitu kejam. Padahal, di hadapan banyak orang Andra begitu baik dan sangat ramah pada semuanya. Pria itu suka tersenyum dan bercanda, tapi ternyata tidak di hadapan istrinya.

Andra berbalik, melangkah menyambar jaket dan kunci mobil. Bersiap untuk pergi. Namun, pikiran Andine masih berputar pada permasalahan tentang perjodohan tersebut.

"Kenapa bukan kamu saja yang menolak perjodohan ini, Mas? Kalau kamu tidak menginginkan aku, kenapa kamu bersedia menikahi aku?" Andine menatap iba ke arah Andra yang sedang bersiap.

Pria itu menoleh, menatap Andine yang wajahnya begitu nelangsa.

"Kau tuli? Sudah aku katakan, bahwa orang tuaku sangat keras kepala, percuma aku menolak perjodohan ini mereka tetap akan melakukannya!" Andra menjawab sambil menahan emosi, ia menggelengkan kepala melihat Andine yang menurutnya begitu menyebalkan.

"Begitu? Kalau begitu kita bercerai saja, Mas! Selesai!" Andine mulai melawan.

"Cerai?" ulang Andra yang sudah siap untuk pergi, pria itu tertawa kecil. "Bagaimanapun juga aku masih menjaga citra keluarga, tidak mungkin aku menceraikanmu dalam waktu dekat. Entah jika beberapa bulan ke depan," jawab Andra sambil tersenyum sengit.

Andine hanya bisa terdiam, percuma jika ia bicara sebab kata-kata Andra akan lebih menyakitkan dari yang wanita itu kira.

"Aku mau pergi, dan akan kembali besok pagi. Jangan mengadu kepada siapa pun tentang kejadian malam ini, mengerti?" Setelah mengatakan itu, bahkan tanpa menunggu Andine bicara, Andra segera berlalu pergi meninggalkan gadis itu seorang diri.

Sosok Andra menghilang setelah ia kembali menutup pintu kamar, pria itu benar-benar membuang sang istri pada malam pertama mereka. Andine yang malang, kini tersedu dan menumpahkan sesak menyakitkan di dalam hatinya.

"Tega kamu, Mas!" rutuk gadis itu sambil mengusap air mata.

Bersambung.

You May Also Like

Lolos dari Mantan, Diculik oleh Saingannya

Selama tiga tahun terakhir, Ariana Ari Harlow telah memberikan segalanya untuk suaminya. Mereka menikah karena saudara perempuannya memilih untuk lari pada malam pernikahan, karena ia percaya rumor bahwa Nelson Corporation bangkrut. Ari mencintai Noah sejak usia 16 tahun, ia pikir ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Namun, dia tidak tahu bahwa saudara perempuannya telah menggali perangkap untuknya, dan ini bukan awal kehidupan baru, melainkan neraka baru baginya. Ia terpaksa menghentikan pendidikannya sebagai dokter karena Nyonya Nelson yang terhormat tidak bisa memiliki tangannya tertutupi darah. Ari menyetujuinya. Untuk Noah, ia menjadi istri yang sempurna yang merawat mertua dan suaminya. Namun, yang menanti dia tidak lain hanyalah penghinaan, suaminya malu padanya dan ibu mertuanya berpikir bahwa saudara perempuannya, Ariel, lebih cocok untuk anaknya. Namun, Ari bertahan. Dia berpikir suatu hari dia akan dapat menghangatkan hati suaminya. Namun dia memergokinya berciuman dengan saudara perempuannya! Patah hati, Ariana memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, tapi entah bagaimana dia malah terlibat dengan Nicolai. Musuh dan saingan suaminya. Mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Namun Nicolai tampaknya tidak peduli dengan rintangan yang menumpuk di hadapan mereka. Bahkan, dia bertekad untuk masuk ke dalam kehidupan Ari dan membakarnya. Dalam keadaan mabuk, suatu kali dia memegang lehernya mendekat ke dinding pub kumuh, “Kau boleh menyangkal sebanyak yang kau mau, putri, tapi kau menginginkanku.” Matanya melirik dada Ari yang naik turun dan matanya semakin gelap, merahnya tampak tak terkendali, posesif seolah dia ingin mencabik jiwa dari tubuhnya dan menyematkannya ke dalamnya sendiri. “Taruhan jika kupandang, kamu akan basah untukku.” Panas membara di pipi Ariana saat dia mendengus, “Diam.” “Buat aku,” kata Nicolai saat dia menumbukkan bibirnya di bibirnya. Ciumannya membakar jiwa Ariana, dan kehangatannya menyengat kulitnya setiap kali mereka bersentuhan. Ia berpikir bahwa kesalahan terbesarnya adalah terlibat dengan Nicolai. Namun, Ari segera menyadari dengan cara yang sulit, Secara harfiah, diinginkan oleh mimpi buruk seindah itu jauh lebih buruk daripada sebuah kesalahan. Dan situasi menjadi rumit ketika suaminya menemukan kebenaran tentang segalanya. “Temak hatiku, Ari,” kata Noah saat dia menempatkan moncong pistol di mana hatinya berada. “Karena hidup tanpa kamu adalah hidup yang tidak kuinginkan, jadi tembaklah aku atau kembalilah. Aku memohon padamu.” Sekarang Nicolai telah memberinya pilihan, akankah Ari jatuh cinta dengan dia dan melompat ke dalam kehidupan yang penuh dengan bahaya? Atau akankah dia kembali ke suaminya, Noah, yang telah ia cintai sejak ia berumur 16 tahun? Dan akankah Ariana menghindari bahaya yang mengintai dalam kegelapan, menunggu dia untuk melakukan kesalahan dan kehilangan segala sesuatu yang berharga baginya? Akankah dia menemukan kunci dari semua rahasia yang mengikat dirinya dengan Noah dan Nicolai serta takdirnya yang rumit? ******* Potongan: “Ini semua tentang uang, bukan? Ambil itu dan hilang,” Dia berteriak sambil melemparkan kartu hitam ke wajah Ariana. Ariana tidak percaya dengan telinganya ketika dia mendengar suaminya atau calon mantan suaminya menghina dia seperti ini. Tiga tahun. Ariana Harlow memberikan Noah Nelson, tiga tahun dan namun ketika dia memergokinya berciuman dengan saudara perempuannya yang lebih tua, Ariel—— ini yang dia katakan kepadanya. “Saya akan menceraikanmu,” Ari menyatakan dan pergi. Dia pergi tanpa sepeser pun tetapi Ari tersandung ke Nicolai. Musuh dan saingan suaminya, pangeran Mafia kota Lonest, bajingan terkenal karena kecenderungan kekerasannya. Pertemuan malang itu meletakkan dia di jalur Nicolai, dan begitu saja dia menatapnya. Pertama kali mereka bertemu, Nicolai memintanya untuk mengundangnya makan malam. Kedua kali mereka bertemu, dia memberinya sejuta dolar. Ketiga kali mereka bertemu, dia menyatakan, “Kamu akan terlihat bagus di pelukanku, bagaimana menurutmu putri?” ********

fairytail72 · Urban
Not enough ratings
483 Chs
Table of Contents
Volume 1