Alexandrite, seorang gadis remaja, dijual oleh bibinya ke tempat prostitusi. Demi membayar utang bibinya, Alexa harus menjual dirinya pada para lelaki hidung belang. Namun satu bulan berlalu, Alexa tiba-tiba ditebus dan dibeli oleh seorang pengusaha muda, lalu dipekerjakan sebagai pelayan di kediamannya. “Kenapa Tuan menjadikan saya pelayan di tempat ini?” “Apa kau berharap lebih baik ada orang lain yang menggantikan posisimu sekarang? Lalu kau tetap ada di sana, di tempat pelacuran itu?” Alexa tampak bisa melihat masa depannya yang samar di tempat ini. Tapi apakah dia akan bisa bertahan menghadapi perlakuan dingin dari tuannya? Berapa tahun yang dia butuhkan untuk melunasi semua utangnya? ---- Cover by Kyp005
Sebuah gedoran keras di pintu kamarnya membangunkan Alexa dari tidurnya. Dia kaget sampai langsung melompat turun dari kasur reyotnya dan buru-buru membuka pintu. Di balik pintu, dia melihat seorang wanita gemuk paruh baya tengah memandangnya dengan sorot geram. Tanpa aba-aba, dia membentak, "Bereskan semua barang-barangmu dan jangan tinggalkan satu pun! Lalu pastikan kau tidak muncul lagi di hadapanku."
Sebagai orang yang baru saja bangun tidur, Alexa kebingungan dan kesulitan mencerna apa yang sedang terjadi. Dia disuruh membereskan semua barang-barangnya dan diusir dari sini. Jadi apakah dia dipecat?
Meski begitu, Alexa menurut dan mulai memasukkan seluruh pakaiannya ke dalam tas, termasuk peralatan make up yang hanya beberapa. Dia bahkan tidak repot-repot membubuhkan make up di wajahnya saat keluar dari kamar. Toh, malam ini dia tak akan melayani pelanggan.
Gadis itu berjalan melewati beberapa wanita penghibur yang menatapnya rendah. Aroma parfum yang menyengat memenuhi ruangan, sebuah tempat yang, ironisnya, sudah membuatnya terbiasa.
Sebenarnya, ada sangat banyak pertanyaan di kepalanya. Alexa ingat benar jika dia dijual oleh bibinya ke tempat pelacuran satu bulan yang lalu karena utang. Wanita gemuk paruh baya, Ruth, itu mengatakan jika Alexa harus bekerja dengan menjual dirinya untuk membayar semua utang yang dibebankan padanya. Bukan main, Alexa mendadak harus menanggung hutang nyaris lima ratus ribu poundsterling karena ulah bibinya. Jika dihitung, Alexa bahkan yakin kalau utang itu tidak akan pernah lunas sampai berpuluh-puluh tahun lamanya.
Tapi barusan, dari kalimat Ruth, Alexa menangkap jika dia diusir dari sini. Apa gerangan yang terjadi sehingga dia diperbolehkan pergi dari sini, padahal setiap hari Nyonya Ruth terus mengingatkannya agar bekerja keras untuk membayar utang?
Sampai di pintu depan rumah bordil, Alexa melihat beberapa orang di sana, seolah sedang mengerubungi sesuatu karena ada yang menarik minat. Sebelum gadis itu mendekat, Nyonya Ruth sudah berbalik dan menyadari keberadaannya. Dengan segera, Nyonya Ruth menarik tangannya dengan kasar dan menyeretnya hingga ke pintu.
Alexa yang kebingungan hanya bisa menurut. Namun, begitu sampai di depan pintu, dia melihat seorang lelaki yang menjadi mimpi buruknya satu bulan yang lalu. Gadis itu cepat-cepat menoleh pada Nyonya Ruth, kemudian memanggilnya, "Nyonya Ruth?" mencoba meminta penjelasan.
"Inilah kenapa aku tidak senang dengan orang beruntung sepertimu. Cepat pergi dan jangan kembali lagi. Kau dipecat," kata wanita gemuk itu sinis, yang mana sama sekali tidak menjelaskan apapun.
Tapi mata coklatnya membelalak lebar setelah mendengar kata 'dipecat'.
Apa maksudnya 'dipecat'? Apakah itu artinya dia tidak perlu lagi bekerja dengan menjual dirinya pada lelaki hidung belang? Apakah itu artinya dia tidak perlu lagi melayani lelaki setiap malamnya dan rela tubuhnya diperlakukan seperti apapun? Alexa senang, tentu saja, karena akhirnya dia dibebaskan dari pekerjaan menjijikkan itu. Tapi kenapa?
Satu hal lain yang menjadi pertanyaannya adalah, setelah ini dia harus tinggal di mana? Alexa sama sekali tidak punya uang sepeser pun. Selama satu bulan ini, semua uang penghasilannya dirampas oleh Nyonya Ruth sebagai setoran rutin. Apakah setelah ini dia akan hidup menggelandang?
Tak lama, laki-laki di depannya berjalan mendekat. Alexa buru-buru menunduk dan menghindari pandangannya. Dari sana, dia bisa mendengar cemooh dari wanita penghibur lain yang berusaha menggoda lelaki di sana agar mau menyewa mereka. Sampai akhirnya Alexa bisa merasakan kalau lelaki tersebut sudah berdiri di depannya.
Apa yang dia inginkan?
Alexa memberanikan diri mendongak dan menatap matanya. "Maaf, Tuan. Tapi mulai hari ini saya sudah tidak bekerja lagi. Anda tidak bisa menyewa saya."
Gadis itu pun mengangguk, berniat pergi dari sana sambil memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah ini. Tanpa uang, tanpa tempat tinggal. Tempat yang tersisa baginya hanya di kolong jembatan atau emperan toko, eh? Apakah tidak ada pilihan lain selain menggelandang?
Belum sempat Alexa melangkah pergi, pria di depannya menyela sambil mencengkeram pergelangan tangannya, "Madame Ruth di sana tidak mau repot-repot menjelaskan padamu, Mischa?"
Mischa adalah namanya sebagai wanita penghibur. Sejak hari Alexa dijual ke tempat ini, nama Alexa sudah tidak dipakainya lagi. Wanita tua itu yang menyuruhnya menggunakan nama lain, dan secara otomatis membuang nama aslinya.
Kemudian, Alexa menoleh lagi dan menatapnya bingung. Mungkin karena pria itu sadar kalau Mischa masih tidak paham dengan apa yang terjadi, dia menambahkan, "Kau tidak lagi bekerja untuknya. Mulai sekarang kau bekerja padaku."
Sebuah pernyataan itu jelas semakin menambah tanda tanya besar di kepalanya. Apa maksudnya sekarang Alexa bekerja untuk pria itu? "Kalau sudah mengerti, masuk ke mobil," tambah pria tersebut.
Tidak. Alexa sama sekali tidak mengerti apa maksudnya. Tidak ada yang mau repot-repot menjelaskan padanya. Nyonya Ruth hanya mengatakan dia dipecat, kemudian pria di depannya menjelaskan kalau sekarang Alexa bekerja padanya. Apakah artinya Alexa baru saja ditebus? Sungguh?
Dia tidak bisa mengelak kalau ada perasaan senang di dalam hatinya. Ditebus, berarti Alexa tidak perlu lagi menjual dirinya pada laki-laki setiap malamnya. Dia juga tidak perlu menggelandang karena segera punya pekerjaan baru, meski Alexa tidak tahu pekerjaan apa yang akan dia lakukan setelah ini.
Di tengah riuhnya dunia malam, gadis itu bisa mendengar suara wanita penghibur lain tak jauh dari sana. Wanita bernama Edelyn berjalan mendekat dan menepis tangannya yang masih dicengkeram hingga lepas. Seolah tak senang dengan keberadaannya, Edelyn menggerakkan sikunya hingga mengenai sisi wajah Alexa, membuatnya terhuyung nyaris jatuh. Belum selesai, kakinya yang memakai sepatu tinggi sengaja menginjak kaki Alexa hingga gadis itu kesakitan.
"Kau tahu, daripada membeli bocah tidak berguna itu, bagaimana kalau aku saja? Aku bisa melayanimu lebih baik daripada anak yang tak bisa apa-apa di sana, hm?" Suaranya terdengar menggoda dan ditujukan pada satu-satunya pria mencolok yang ada di sana—mana mungkin tidak mencolok jika dia kemari dengan pakaian rapi dan mobil Lamborghini yang terparkir di depan sana?
Alexa masih mengusap-usap kakinya yang terinjak, lantas mendengar pria di sana menjawab dengan nada tajam, "Diam, lacur, aku tidak sedang bicara denganmu."
Kasar, Alexa tahu itu. Mau tidak mau, dia hanya menelan ludah sambil membayangkan kehidupannya setelah ini akan jadi seperti apa. Namun Alexa tidak sempat berpikir lama, karena Nyonya Ruth di belakang sana sudah berjalan menghampiri mereka tanpa dia sadari. Wanita gemuk itu menyambar tasnya, membuka pintu mobil, lantas melemparkan tas itu ke dalam, sambil tangannya mendorong Alexa masuk dengan kasar. Sebuah suara benturan terdengar. Kali ini kepala Alexa membentur keras pinggiran pintu mobil karena Nyonya Ruth yang mendorongnya secara kasar.
Di dalam mobil, gadis itu hanya bisa mengusap kepalanya yang sakit. Di luar, Nyonya Ruth mendorong bahu sang pria sambil membentak, "Dengar, bedebah. Sudah kuberikan seluruh hak miliknya padamu dan cepat pergi dari sini. Jangan kembali lagi! Kau merusak bisnisku!"
Pria itu mendecak keras, tidak suka melihat 'barangnya' diperlakukan dengan kasar. Kejadian ini jelas semakin menarik banyak perhatian. Dia tidak ingin semakin banyak orang kemari dan menyusahkannya. Sehingga pria itu berbalik dan masuk ke dalam mobilnya.
"Senang berbisnis denganmu, Madame," ujarnya dengan nada mencemooh.
Setelah masuk ke dalam mobil, dia tidak sempat melihat Mischa di sampingnya yang sedang meringkuk ketakutan dan mungkin sedang gemetaran. Dinyalakan mesin mobilnya dan juga menginjak pedal gas, segera pergi dari sana. Setelah cukup jauh, dia menghela napas lega.
Mobil berhenti di lampu merah. Dalam kesempatan itu, sang lelaki menyempatkan menoleh dan melihat sosok mungil di sebelahnya. "Kau tidak apa? Lihat, mana yang luka?" Suaranya terdengar lebih santai daripada barusan, meski tetap tidak terdengar ramah sama sekali.
Alexa sedikit bereaksi setelah lelaki di sebelahnya bicara. Mau tak mau, dia menuruti perintah dan mendekat ke samping. Saat diperiksa, dia membalas pelan, "Tidak apa-apa. Mungkin hanya benjol." Meski kepalanya terasa sakit dan sedikit pusing, paling tidak Alexa beruntung, karena tidak sampai sobek dan berdarah.
"Kau dengar apa kataku tadi? Mulai sekarang, kau bekerja untukku, Mischa. Tidak, aku tahu namamu bukan Mischa. Siapa namamu?" Pria itu tidak punya banyak waktu menjelaskan semuanya dalam waktu singkat, karena lampu di depan sana sudah berubah hijau, sehingga dia harus memegang kendali lagi dan memfokuskan perhatian pada jalanan di depan.
Suasana di dalam mobil cukup hening selama beberapa saat. Suara mesin pun tidak terlalu terdengar. Sementara suasana bising di luar sana tidak sampai masuk ke dalam.
"Alexa. Namaku Alexa…"