webnovel

Women Falls

Joe Echart yang mencoba jadi penyembuh buat Jea La Epione dari ilusi dan trauma masa kecil yang di alaminya. tapi bagaimana cara Joe mengeluarkan Jea dari lumpur yang Jea buat sendiri? ps; cerita ini sebagian true story. Agak berat jadi di sarankan yang baca di atas 17 tahun ya.. banyak edukasi tentang perempuan, kekerasan dan seks. silahkan vote bagi yang sudah baca

ooh_yektishii · 现代言情
分數不夠
5 Chs

1.Kopi senja

Tak heran lagi jika suara klakson masih bersautan saat jam pulang kerja hampir berakhir. Toh, hanya gara-gara nenek yang tak sengaja melempar bola kasti ke kaca mobil seorang pengendara menjadi pemicu macet petang ini.

seperti biasa, Joe sedang berkecimpung dengan roti tawar kering bertabur gula dan kopi pekat miliknya. Diatas meja rotan bundar berwarna putih, dan gitar lama milik ayahnya, Joe mulai berdendang dengan asal.

Senar demi senar dia petik. Mengingat kembali nada yang kemarin sore Solar ajari di belakang kantor sembari sebat. Mulut yang penuh remahan roti bergumam lirih, menyanyikan beberapa bait lagu yang masih berusaha dia ingat.

Joe Echart, pria lajang di usia hampir tiga puluhan yang sebulan lalu di naikan jabatanya sebagai asisten manager. peruntungan yang bagus untuk tulang punggung seperti Joe yang menghidupi satu wanita istimewa di negara metropolitan serba mahal seperti Australia. Sedari kecil, Joe punya cukup banyak stok keberuntungan. Makanya ayahnya dulu sering memanggilnya lucky kecil.

Dont go tonight~

stay here one more time

remind me what its like,oh~

and lets fall in love one more time

i need you now by my side

it tears me up when you turn me down~

"Kamu baru saja di tolak?"

"OH GOD! ibu membuatku kaget! sejak kapan ibu pulang?" Joe meletakkan gitar lapuknya hati-hati. Menghampiri wanita yang di panggilnya Ibu lalu mengecup dahinya pelan.

"Barusan. Saat kamu di tolak."

"Aku tidak di tolak, Bu. Itu hanya lagu."

Vallen tertawa lirih. Melihat anaknya yang berusaha mengelak saat dia ledek. Joe terlihat masih sama di matanya. Seperti Joe di usia 7 tahun saat ayahnya meledek kalau Joe mengompol di kelas. Atau saat Joe duduk di bangku Menengah Pertama. Saat pipinya memerah karena di cium teman sekelasnya.

"Biasanya orang-orang akan menyanyikan lagu sesuai situasi yang mereka alami kan?" Vallen terkikik lagi.

"Ahh, hentikan ini. Aku lapar. Apa Ibu akan masak?"

"Biasanya kamu masak sendiri kalau lapar,tuh?"

Joe jadi cengengesan. Dia menggelayut di tangan sang Ibu, pura-pura memijitinya dengan muka memelas.

"Kali ini aku ingin makan masakan Ibu."

"Oh my little Joe Echart is really childish. Kopimu dingin. Sana habiskan."

Malam di Queensland yang panjang membuat Joe jengah. Dari kepulan asap rokok yang dia isap lima belas menit lalu yang menginspirasi Joe untuk jalan-jalan malam dengan membawa anjing mungil miliknya. Jalanan masih ramai oleh bising orang yang lalu lalang serta hingar bingar lampu kota di gedung yang masih menyala.

Jalan-jalan di tengah malam jarang membikin Joe bertemu dengan orang yang dia kenal. Dia terlalu malas jika harus pasang senyum hanya untuk menyapa orang- orang yang akan membicarakanya di belakang. Apalagi soal bersenang-senang.

Putung rokok dan dua gelas wine saat weekend cukup untuk jadi temannya.

Ada beberapa hal yang Joe sayangkan di dunia ini. Pertama, Ayahnya yang mati konyol karena challenge mandi air es di bak mandi. Kedua, tentu karena dia masih menjomblo sejak empat tahun lalu. Meski dunianya tidak begitu suram karena kehadiran Vallen dan Wishky, anjing yang kini menggonggong kecil.

Joe memperlampat langkahnya saat mereka mulai melewati jalanan sepi. Samar-samar di dengarnya suara orang bergumam. Meski sangat lirih, itu cukup menarik perhatian Wishky dan Joe. Pria itu lalu melangkah hati-hati, mencoba mendekati sumber gumaman dari gadis yang menengadah di kursi halte seorang diri. Lampu jalan yang masih cukup terang membuat Joe merasa yakin jika gadis itu tidak terlihat berbahaya.

"Apa kamu perlu bantuan,nona?" Tanya Joe hati-hati. Masih berusaha menjaga jarak.

Gadis itu tak kunjung menyahut. Malah menautkan alis seakan heran dengan kehadiran Joe.

"Apa bus anda tidak datang? Perlu saya panggilkan taksi?"

"Hihihi."

"Kenapa anda tertawa?" Langkah Joe mundurkan. Beda halnya dengan Wishky yang berbaring tenang di jalanan. Joe cemas, mulai memperhitungkan jika wanita ini adalah gembel gila maka dia harus lari dengan menggotong Wishky secepatnya.

"Ini yang ketiga kali." kata wanita itu.

Joe di buat makin keheranan. Bersiap mengambil ancang-ancang saat gadis itu beranjak dari tempat duduknya.

"HEH! DIEM NGGAK?!!"

"Apasih? aneh." Ditautkanya alis gadis itu.

"SAYA CUMA MAU BANTU YA! KALO KAMU MAU SAKITIN SAYA NANTI WISHKY MARAH TERUS LEHER KAMU DIGIGIT. WISHKY SUKA GIGIT LEHER!!" tunjuk Joe pada Wishky dengan panik. Wishky yang di tunjuk-tunjuk jadi kesal. Ia menggonggong pada Joe yang atensinya masih berada pada wanita tadi.

"Ck! Pertama saya nggak berniat buat nyakitin kamu. Kedua, kalau anjing kamu gigit leher saya itu malah bagus." tunjuknya sambil tersenyum. "Ketiga, kamu yang tanya saya duluan. Kamu yang aneh. Keempat, ini pertemuan kita yang ketiga dan itu sangat tidak menyenangkan."

Lantas gadis tadi melenggang begitu saja. meninggalkan Joe yang tercengang sambil terbata-bata.

Angin musim panas menerpa kencang. Membuat Wishky merengek untuk pulang. Lunglai langkah Joe sambil memikirkan, pertemuan ketiga yang tidak menyenangkan?

Lalu pertemuan keberapa yang akan menyenangkan? Gadis aneh!