Ke enam pria tampan itu menatap Shakeel tak percaya, bagaimana bisa sahabat mereka bersikap se brengs*k itu? Shakeel yang mereka kenal tidak pernah seperti ini.
"Hei, dude! Lo bercanda? Apa yang gadis itu perbuat, sampai dengan mudahnya lu nyuruh dia lompat dari Rooftop?" tanya Kennan tidak habis pikir.
Shakeel berdecak sebal, ia melanjutkan perkataannya yang terpotong oleh teriakan sahabatnya, "Dia ngejar gue yang waktu itu udah pacaran sama Raya."
Mendengar penjelasan sang sahabat, mereka ber-enam diam sejenak. Memikirkan apa yang di lakukan Shakeel salah, atau benar. "Emang lu udah di kejar berapa lama?"
Celetukan Brian membuat semua tersadar. Benar juga, menurut psikologi kan, jika masih 3 bulan itu namanya kagum belaka. Jika sudah lebih, baru lah namanya cinta!
"Eum... Lima bulan deh kayaknya," ujar Shakeel setelah mengingat-ingat kembali, kapan gadis bernama Eva itu mendekatinya.
"Itu mah Cinta Be*o!"
Banyak mata menatap mereka ber tujuh karena sangat berisik, serta kalimat yang kasar. Di saja bukan hanya ada orang dewasa, ada beberapa anak kecil juga.
"Gue pikir, tu cewek beneran suka sama lu... Soalnya menurut dunia per-- Heh, Tyro... Dunia apa tah?" tanya Joko bingung sendiri. Pria tampan dengan kulit sawo matang itu bertanya pada Tyrostie, pria berkulit putih pucat. "Dunia Psikologi, Joko."
Dengan sabar Tyro menanggapi sahabatnya yang satu itu, jika tidak sabar, mungkin saja dirinya sudah melempari wajah Joko menggunakan sepatu Adidas nya.
Joko memang paling menyebalkan di antara mereka ber tujuh, wajar saja jika terkadang sifat pria itu membuat geram sahabatnya sendiri.
"Naah! Jadi, kalo udah lebih empat bulan, itu namanya--"
Shakeel segera memotong pembicaraan Joko, takutnya ia menabok bibir seksi Joko, "Udah denger gue Joko, gak perlu di jelasin ulang."
"Guys, dengerin gue... Ini sama sekali enggak mungkin! Dia ngejar gue cuma karena gue tampan, udah. Itu aja," ujar Shakeel membuat semuanya membuang muka, oke. Joko memanglah yang menyebalkan dalam hal ke polosannya, sedangkan Shakeel menyebalkan pada hal ke-pede-annya.
"Ck, sok kegantengan."
Gumaman Brian sepertinya terdengar oleh Shakeel, yah. Bagaimana tidak terdengar, dia ber gumam tepat di samping Shakeel langsung. "Maksud lo apa heh?!" sewot Shakeel.
Slurrtt
Suara minuman di hisap dari sedotan membuat semuanya menoleh ke asal suara, Cha Joo Yeol. satu satunya orang di antara mereka yang sangat tenang, namun menakutkan secara bersamaan.
"Cewek itu suka sama lo, tapi... Kalau lu gak minta maaf soal hari ini, gue gak yakin selanjutnya dia bakal ngejar lo lagi."
Omongan pria yang mereka sapa Joo itu 95% selalu benar. Sisanya terserah pada orang yang Joo ramalkan, jika mengubah satu masalah, kemungkinan besar masa depannya juga berubah.
"Buat apa gue minta maaf? Kan salahnya sendiri suka sama gue," ketus Shakeel malas, ia tidak ingin bertemu Eva lagi. Gadis itu meemuakkan.
"Yaudah, selamat. Mulai sekarang lu gak bakal pernah melihat sisi yang selama ini dia tunjukin ke elo," tanpa beban Joo Yeol mengucapkan kata pada Shakeel.
Keheningan terjadi beberapa saat, merasa ke ganggungan tak berujung, Kennan menatap jam tangannya. "Em, udah jam segini guys... Bentar lagi istirahat ke dua selesai."
Semuanya mengangguk faham, setelah membayar pesanan, mereka berpisah untuk kembali ke sekolah masing-masing. "Bye Shak, Brian."
Ke-enam pria itu pergi menggunakan motor gede kesayangan mereka, meninggalkan Shakeel dan Brian yang mempunyai sekolah ber sampingan.
"Gue harap... Lu bakal minta maaf sih, bro..." ungkap Brian menepuk-nepuk bahu Shakeel. Setelah merasa di abaikan, Brian pun berdecak.
"Ya udah lah, males ngeladenin orang yang keras kepala."
Brian sudah enggan memberi masukan, pria yang ber title sahabatnya itu menyebalkan. Bagaimana bisa dia menolak masukan dari sahabatnya sendiri, gila memang.
Merasa lelah berdiri sendirian, Shakeel melenggang masuk ke area sekolahnya. Walau agak sulit karena guru bk berkeliling, Akhirnya Shakeel bisa masuk ke kelasnya dengan selamat.
***
*Keesokan harinya
Swush
Tunggu, apa gadis tadi adalah Eva? Gadis yang mengejar-ngejar nya selama 5 bulan belakangan? Kenapa wajahnya sangat lesu?
Shakeel segera berbalik dan menahan lengan kiri Eva menggunakan tangan kanannya, pertanyaan bodoh keluar dari mulut Shakeel.
"Kenapa kau... Berhenti mengejarku seperti biasanya?"
Eva diam saja, ia menatap manik hitam Shakeel menggunakan iris hazel nya. Jika biasanya Eva sangat mengharapkan di ajak bicara oleh Shakeel, sekarang berbeda. Ia sedang tidak ingin di ganggu oleh pria itu!
"Kenapa... Kau diam saja? Kemana gadis yang selalu cerewet saat berpapasan denganku?" tanya Shakeel lagi. "Tidak ada," jawab Eva ogah-ogahan.
Tangannya bergerak untuk melepas cengkraman tangan dari Shakeel, sulit sekali!' teriak Eva dalam benak. Wajar saja Eva tidak bertenaga, dia belum makan satu malam ini.
"Lepas..." pinta Eva lemah. Shakeel menggeleng tanda menolak, "Lo harus bilang kenapa dulu!" kecamnya.
"Plis, gue gak mood."
Eva sebenarnya tidak ingin menjawab, ia hanya ingin segera pergi dari sini dan bersembunyi dari kakakny, yang terus memaksa Eva untuk makan.
"Oke fine! Gue mau Mi--"
Bugh!
Setelah mendapat tendangan dari belakang, Shakeel terhempas ke dinding dan menabrak mading. Ringis kesakitan terdengar dari Shakeel, ia sangat tau siapa yang melakukan tendangan menyakitkan ini. Misha!
"Janji lu jauhin Eva, ini apa bangs*t!" desis Misha dengan senyum menyeramkan, terpatri di wajah cantiknya.
"G-gue cuma pengen minta maaf," ringis Shakeel berusaha berdiri, namun tak bisa.
Srek!
Misha membantu Shakeel berdiri dengan cara menarik dasi pria itu kencang, Shakeel hampir saja merasakan kematian, kalau telat sedikit saja, maka nyawanya melayang. Siapa yang tidak tercekik saat dasi yang terikat rapih pada kerah, tiba-tiba di tarik kencang.
"Jauhi. Saja. Adik. Gue!" tekan Misha dan melepas pegangannya pada dasi Shakeel.
Shakeel terbatuk batuk karena hal itu, ia terduduk didepan Misha dan menengadahkan kepalanya untuk menatap dua gadis kembar di depannya.
"Eva gak bakal maafin lo, makanya. Pergi sana, sejauh mungkin!"
Misha membawa Eva pergi menjauh, Shakeel tak terima. Ia berteriak, "Apa lo enggak merestui hubungan kami?!"
Langkah Misha terhenti, apa katanya? hubungan pria itu dan adiknya? Lucu sekali yah, baru kemarin pria sok tampan itu menyuruh adiknya bunuh diri. Sekarang? Malah berteriak tidak jelas kalau dirinya tidak merestui hubungan yang jelas-jelas tidak ada?
"Persetan dengan merestui! Gue gak pernah ngijinin lu pacaran sama adik gue, setelah apa yang lo lakuin kemarin! Jangan sok lupa deh! Badebah sialan!"
Yang di katakan Misha memang betul, kakak mana yang mau adiknya menjalin hubungan dengan pria yang menyuruhnya mati. Tidak ada yang mau, sekali pun wajahnya tampan, "T-tapi gue cum--"
"TUTUP MULUT LO YANG KOTOR ITU BANGS*T!" umpat Misha kencang, memotong perkataan Shakeel.
Mendengar umpatan kencang itu, tampaknya mental Shakeel tergoncang, ia terdiam dengan sorot mata kosong. Senyum puas Misha keluarkan, "Rasakan buah yang lo tanam sendiri!" ucap Misha segera membawa Eva pergi.
***