webnovel

The Story of Us (Vol. II)

Kisah antara William, Teesha, dan Rey kembali berlanjut. Kali ini, William yang akan berusaha untuk mendapatkan hati Teesha. Apakah pangeran es kita kali ini akan berhasil untuk menekan ego nya yang sangat tinggi itu?

Nympadoraaa · 青春言情
分數不夠
42 Chs

Berangkat

TOK! TOK! TOK!

"Wil!"

You have slain an enemy

TOK! TOK! TOK!

Double Kill

"William!"

"Tck." William berdecak sebal. Ia yang tengah fokus pada game di ponselnya tidak menghiraukan sang kakak yang terus memanggil namanya sambil mengetuk pintu kamarnya.

TRIPLE KILL

"Jangan halangi jalan..." ucapnya pelan ketika karakter assasin di dalam game yang ia mainkan sedang mengincar lawannya.

MANIAC

"Bagus!"

TOK! TOK! TOK! TOK! TOK! TOK!

"William!!"

YOU HAVE BEEN SLAIN

"Arrrggghh!!" William membanting ponsel baru miliknya -setelah ia kehilangan handphone karena ia banting di kantin tempo hari- dengan kesal sambil menatap tajam pintu kamarnya yang terus diketuk dari luar. Keberadaan Adriell di mansion ini benar-benar mengganggu ketenangan William.

TOK! TOK! TOK!

"Wil—"

CEKLEK

"Apa?!"

Adriell berjenggit ketika William tiba-tiba membuka pintu kamarnya dan sedikit berteriak ke arahnya. Wajah sang adik terlihat begitu kesal dan Adriell tahu alasannya. Yang pasti karena dirinya.

Adriell menengok ke dalam kamar William, "Kamu gak jadi ikut?"

"Kemana?" Tanya William membuat Adriell menghela nafas.

"Acara kolega ayah, Wil. Kamu ingat?"

William berdecak, "Acaranya baru besok malam kan? Sekarang, pergi dari sini dan jangan ganggu aku."

"Acaranya memang besok malam, tapi kita pergi malam ini, Wil."

"Apa?"

"Cepat siap-siap. Kita berangkat tiga puluh menit lagi. Kalau kamu terlambat, aku tinggal." Adriell melangkah meninggalkan William yang masih berdiri di depan kamarnya. Tetapi di langkah ke lima, sang sulung keluarga Jaya itu kembali berbalik menatap adiknya.

"Maksudku, aku tunggu. Bukan aku tinggal. Jangan lama-lama!" Ralat Adriell. Hampir saja ia salah bicara. Tidak mungkin juga ia meninggalkan William dan menyia-nyiakan kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali. William yang sejak awal tidak tertarik dengan bisnis keluarga Jaya mendadak ingin ikut dalam acara kolega ayahnya yang jika dipaksa pun sangat sulit. Kali ini, Adriell akan berhati-hati dalam berbicara agar William tidak mengurungkan niat untuk ikut dengannya.

Well, kali ini tidak usah kau paksa pun William pasti ikut. Ia memiliki alasan tersendiri untuk menghadiri acara tersebut, kau tidak usah khawatir Adriell.

KLIK

Teesha mengunci kopernya dan kini ia siap untuk berangkat. Semua pakaian ganti khususnya pakaian pantai sudah masuk ke dalam koper besarnya. Tak lupa ia memakai topi pantai berukuran besar di atas kepalanya. Gadis itu benar-benar siap untuk berlibur.

TING!

Layar ponselnya menyala, memperlihatkan jika ada satu notifikasi pesan yang masuk di aplikasi chat miliknya.

'Kamu jadi berangkat? Hati-hati ya. Jangan rindu aku. Cuma dua hari tanpa aku, kamu bisa kan? Haha.'

Teesha terkekeh geli ketika membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Rey. Pria itu jadi sering mengatakan kata-kata absurd seperti itu sejak pulang dari makan malam di rumah Teesha. Jika dulu Teesha selalu blushing mendengar perkataan manis dari Rey, kini ia sudah terbiasa dengan segala candaan yang Rey lontarkan.

Iya, tapi perasaannya padamu tidak sebercanda itu, Teesha.

Teesha melempar ponselnya ke atas ranjang. Ia berjalan menuju meja riasnya dan memeriksa penampilannya di depan cermin. Gadis itu bahkan berputar-putar di tempat sambil memegang topinya.

"Teesha, kamu udah si—" Gavin menghentikan ucapannya ketika ia melihat sang adik yang sedang berputar-putar di tempat sambil memegang topi pantai yang ukurannya tidak biasa itu, "Kamu mau kemana?"

Teesha melemparkan senyuman manis, "Kita jadi berangkat kan?" Gadis itu berjalan dengan anggun dan bersiap untuk menyeret koper besarnya, "Ayo pergi."

"Seingatku kita cuma pergi dua hari, Teesha. Kenapa kamu harus bawa koper sebesar itu?" Gavin mengerutkan dahinya.

Teesha berbalik ke arah sang kakak dengan senyum manis yang sedari tadi tidak luntur, "Ini liburan yang jarang sekali terjadi, Kak. Aku harus memanfaatkannya sebisa mungkin."

Gadis itu kemudian memakai kacamata yang sedari tadi bertengger di tangannya, "Jadi, ayo pergi. Jangan buang-buang waktu."

Gadis itu berjalan turun terlebih dahulu dengan perasaan yang sungguh sangat bergembira, meninggalkan Gavin yang masih berdiri mematung di depan kamar Teesha sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan adiknya.

Ah, melihat mereka pergi berlibur aku jadi ingin berlibur juga. Hei, virus menyebalkan! Aku jadi berhenti 'ngebolang' gara-gara kau 'ngebolang' keliling dunia! Cepat enyah!!

.

.

Dari pusat kota menuju tempat acara dibutuhkan waktu perjalanan kurang lebih delapan jam. Adriell dengan penuh percaya diri berangkat bersama William dengan mobil Bentley Bentayga kesayangannya alih-alih berangkat dengan sopir keluarga Jaya. Alasannya Adriell hanya ingin menikmati perjalanan menuju liburan yang ia inginkan sejak lama. Kapan lagi ia bisa bekerja sambil liburan seperti ini kan?

"Kita istirahat disini dulu ya, Wil."

Waktu sudah menunjukan pukul satu malam. Adriell memarkirkan mobilnya di salah satu rest area setelah menempuh perjalanan selama empat jam. Badannya terasa pegal, matanya pun sudah sedikit mengantuk. Ia khawatir jika terus menyetir dalam keadaan mengantuk bisa membahayakan mereka dan juga pengguna jalan yang lainnya. Ya, kalian tahu kan. Terkadang kita sudah berhati-hati saat mengendarai kendaraan, tetapi belum tentu orang lain hati-hati seperti kita.

William menunggu di mobil saat Adriell keluar dan pergi ke toilet. Ia juga merasa lelah dan mengantuk. Sudah setengah perjalanan dan William sangat bersyukur karena tidak ada antrian kendaraan seperti yang ia bayangkan sebelumnya, mengingat ini adalah akhir pekan.

BLAM!

William menoleh dan mendapati sang kakak tengah berbaring di kursi belakang. Pria itu terlihat tengah menyamankan posisinya.

"Kenapa kakak disana?"

"Kita lanjut perjalanannya besok pagi aja ya, Wil. Aku ngantuk." Ucap Adriell yang tengah memejamkan matanya.

William berdecak, "Tanggung, Kak! Tinggal setengah perjalanan lagi!"

"Bahaya kalau mengemudi dalam keadaan mengantuk, William. Kamu tidur aja dulu, nanti aku bangunin kalau udah sampai disana." Dan dalam hitungan ke lima, Adriell sudah masuk ke alam mimpi dengan dengkuran yang cukup keras.

Jika Adriell bukan kakak satu-satunya, sudah William seret keluar dari mobil dan meninggalkannya tidur dijalanan. Ingin sekali ia protes dan membangunkan sang kakak, tetapi energinya sudah terkuras sejak sebelum mereka berdua berangkat. Kakaknya ini ngotot ingin pergi malam agar ia bisa menikmati sunrise di pinggir pantai dan menghabiskan waktunya dengan bersantai sebelum acara dimulai. Adriell dan William bahkan berdebat karena William yang hanya membawa beberapa potong pakaian di dalam tasnya.

William berniat mengendarai mobil Adriell dan melanjutkan perjalanan mereka, tetapi bersyukur akal sehatnya masih bekerja. Ia tidak mau membahayakan dirinya dan juga pengguna jalan yang lain karena William juga dalam keadaan setengah mengantuk. Mungkin Adriell benar, lebih baik ia istirahat dulu sebentar dan bangun pagi nanti.

Lagipula, bertemu dengan Teesha tidak harus buru-buru kan? Ingat, sesuatu yang terburu-buru itu belum tentu baik.

.

.

To be continued