webnovel

The Remarriage

Hana Kaniana terpaksa memilih meninggalkan Aksa setelah keguguran. Usianya yang masih dua puluh tahun harus bisa mengambil sebuah keputusan berat dalam hidupnya. Meninggalkan suaminya karena merasa tidak tahan dengan keluarga neneknya Aksa yang terlalu kepadanya. Pergi ke LA untuk merubah nasib. Kuliah perfilman dan akting hanya untuk mencapai populeritas agar dia bisa menunjukkan pada keluarga Aksa. "Kau masih istriku, aku belum menceraikanmu," ucap Aksa pada Hana setelah lima tahun mereka berpisah. Apakah Hana bisa menggunakan kesempatan kedua kalinya saat Aksa kembali padanya?Apakah Hana akan lari lagi?Berhasilkah Hana untuk menunjukkan kesuksesannya? Bisakah dia membuktikan pada semua orang kalau dia layak menjadi istri Aksa? Temukan kisahnya di "The Remarriage". Cover : Tubagus Ikuti akun IG untuk mengenal lebih dekat penulis Vantheglang_rifdaz. Jangan lupa follow akun penulis di Webnovel untuk mengetahui lebih banyak karya lain

Van_Theglang86 · 现代言情
分數不夠
416 Chs

Gagal Bertemu

Aksa nampak berdebar menunggu kedatangan Hana ke restoran itu. Malam itu sengaja penampilan Aksa lebih rapi dan lebih wangi. Sudah lama dia tidak bertemu dengan Hana. Dia terlihat sangat gugup seperti orang yang akan melamar kekasih saja.

Tempat itu spesial khusus dipesan Daniel. Suasana romantis sangat kental di restoran itu. Cocok untuk mereka yang akan bertemu setelah sekian lama tahun. Berulang kali Aksa ucapkan terima kasih dan pujiannya untuk Daniel karena telah berhasil membuat janji pertemuan untuknya.

Aksa memandang sebuah buket bunga cantik di atas mejanya yang akan dia berikan untuk Hana. Selama dia bersama Hana, dia belum pernah memberinya bunga seperti ini. Dan Aksa tersenyum sambil memuji Daniel yang sudah memberinya ide untuk membeli sebuah buket bunga untuk Hana.

Sudah sepuluh menit berlalu dari waktu yang ditentukan. Namun Hana belum juga datang. Aksa masih menunggu kedatangannya.

Seorang wanita anggun menggunakan gaun hitam seksi dan elegan terlihat datang. Rambutnya yang sedikit bergelombang sepanjang bahu dan menenteng sebuah hand bag kecil di tangannya. Wajahnya oriental dan cantik.

Dan wanita itu malah duduk di kursi yang seharusnya untuk Hana. Aksa yang tidak mengenal wanita itu mencoba dengan sopan untuk bertanya.

"Maaf meja dan kursi ini sudah dipesan."

Wanita itu dengan tatapan dingin menusuk menjawab.

"Aku tahu, aku duduk di sini karena ini kursi untukku." Wanita itu kemudian memanggil pelayan restoran itu.

"Maaf, ini mejaku dan untuk istri saya yang sebentar lagi mungkin datang," ucap Aksa sekali lagi dengan sopan. Dia masih beranggapan kalau wanita itu salah meja.

"Aksa Mahesa, aku tidak salah duduk. Kursi ini untuk Hana kan?" tanya wanita itu membuat Aksa terkejut.

"Hana, di mana dia?" tanya Aksa celingukan.

"Dia tidak datang."

"Apa." Aksa sungguh seperti disabet samurai tepat di dadanya. Kecewa dan kesal.

"Dia menyuruhku untuk datang, dan katanya ada yang perlu kau sampaikan padanya. Kau bisa menyampaikannya itu padaku."

"Kenapa dia tidak mau datang. Dan siapa kamu?" tanya Aksa sedikit marah dan kesal karena dipermainkan.

"Aku Intan, Manajer Hana." Wanita itu memperkenalkan dirinya.

"Manajer Hana." Aksa tidak percaya kalau yang menemuinya makan malam adalah suruhan Hana.

"Oh ya, ada pesan darinya. Katanya terimakasih sudah mengajaknya bertemu melalui sekretarismu. Dan sebagai gantinya dia mengirimku untuk menemuimu."

Aksa mengepalkan tangannya karena sedikit kesal dengan kelakuan Hana.

"Daniel ... sudah kuduga tidak akan berhasil."

Melihat Aksa yang malah terdiam dan nampak kesal. Seorang pramusaji datang dan menanyakan pesanan makan malam mereka.

Intan kemudian memesan makanan tanpa memedulikan Aksa yang merah padam menahan kesal.

"Kau tidak mau pesan sesuatu?" tanya Intan mencoba berkomunikasi dengan Aksa.

"Aku jadi tidak punya selera."

Mendengar itu langsung Intan tidak peduli dan menyuruh pelayan itu hanya untuk membawakan pesanannya saja.

"Apa dia benar-benar tidak mau menemuiku lagi?" gumam Aksa tapi terdengar oleh Intan.

"Kenapa kau ingin menemuinya. Hana merasa tidak nyaman karena merasa diawasi. Dia juga tahu kalau beberapa hari ini kamu mengawasinya."

"Jadi dia tahu," sahut Aksa.

"Dia merasa terganggu dan tidak nyaman."

"Benarkah?" Aksa merasa sedih mendengar itu dari Intan.

"Hana sekarang hanya ingin fokus menata karirnya. Dia tidak mau ada orang yang menghalangi jalannya."

Aksa semakin sedih mendengar pengakuan Hana melalui Intan.

"Apa aku ini orang yang akan menghalangi jalannya."

Intan tidak menjawab. Dia hanya memandang wajah Aksa yang sedih dan tertekan.

"Apa kamu masih mencintainya?" tanya Intan.

Jawaban tertunda saat seorang pelayan datang dan meletakkan pesanan Intan di meja. Setelah mengucapkan terima kasih, Intan kemudian bersiap untuk menyantapnya. Sementara Aksa terlihat tertunduk. Jelas sudah raut kekecewaan Aksa.

Sambil menikmati makanannya, Intan sedikit menikmati wajah menekuk Aksa.

"Kau belum menjawab pertanyaanku yang tadi." Intan sambil menyantap pasta lezat.

"Apa pentingnya kau mengetahui jawabanku?" tanya Aksa masih dengan wajah melankolis.

"Tentu saja itu penting Aksa. Bagaimana bisa aku membantu kalian jika aku kurang yakin kalau kau masih mencintainya," batin Intan.

"Apa kau pernah mencintai seseorang dan orang itu pergi dan kau tal bisa melupakannya. Bahkan walau mencintai tanpa tahu orang itu bisa kembali atau tidak. Apa kau pernah?" tanya Aksa menohok.

Intan menghentikan suapan pastanya. Pertanyaan Aksa membuatnya seperti terkena sebuah pukulan.

"Pernah dan itu sakit sekali. Aku mencintai orang dan orang itu pergi selama-lamanya. Dan tak mungkin kembali." Intan sedikit terbawa emosi dirinya yang mengingat calon suaminya yang meninggal di hari pernikahannya.

"Aku anggap saja kalau kau masih mencintainya." Intan berusaha untuk tidak menunjukkan perasaan sedihnya tadi.

"Kalau dia menjadi seorang bintang, aku mungkin tidak punya kesempatan untuk bisa bersamanya. Semakin tinggi bintang semakin tidak bisa aku menjangkaunya."

"Kalau kau khawatir kalau Hana menjadi terkenal dan banyak orang yang mencintainya itu sangat wajar. Tapi bisakah kau bersabar sampai akhirnya Hana menjadi bintang bersinar. Tentu saja bintang itu hanya akan bersinar hanya untuk satu orang pada akhirnya."

"Maksudmu?" tanya Aksa tidak memahami perkataan Intan.

"Biarkan Hana menapak dan meniti dulu sampai di puncak dan menjadi bintang. Nanti pada suatu saat kau bisa memiliki bintang itu tanpa khawatir."

Aksa menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena gagal paham.

"Saat ini Hana bukan siapa-siapa. Kalau Hana berhasil, dia tentu akan membuat silau semua orang. Termasuk Nyonya Sarah dan Arabella."

Aksa terkejut mendengar Intan menyebut nama nenek dan tunangannya.

"Sampai saat itu datang, bisakah kau bersabar?" tanya Intan.

Aksa mengernyitkan alisnya. Dia merasa aneh Intan mengetahui semua.

"Kau pikir aku berada di samping Hana selama bertahun-tahun ini tidak tahu."

"Apa. Jadi kau sudah lama bersama dengan Hana."

"Apa saja yang sudah Hana ceritakan padamu?" tanya Aksa penasaran.

"Kau pikir aku tahu semua dari Hana?" Intan menatap tajam ke arah Aksa penuh misteri.

"Dari mana kau tahu kalau bukan dari Hana?"

"Kau akan tahu sendiri, by the way terima kasih atas makan malamnya." Intan kemudian beranjak dari kursinya.

"Tunggu dulu!Kau belum menjawab. Dari mana kau tahu Nenekku dan Arabella?" Aksa masih penasaran.

"Tidak penting, yang terpenting ingat apa yang tadi aku sampaikan. Biarkan Hana dulu dan jangan menganggunya!" Intan kemudian melangkah pergi meninggalkan Aksa yang penasaran. Tidak mungkin Intan menceritakan kalau dia tahu dari Ibu Rika. Sebelum misi Ibu Rika berhasil dia tidak boleh mengetahuinya dulu.

Ketika Intan hendak keluar dari pintu restoran. Ujung gaun Intan terjepit pintu yang terbuat dari kaca itu. Intan berusaha melepas ujung gaunnya namun tidak berhasil. Dan tiba-tiba seorang laki-laki datang membantu melepasnya. Daniel Chan.

"Kau bukan kah ....?" Daniel mengenal Intan saat mereka bertemu di lokasi syuting dulu.

"Terima kasih." Intan kemudian buru-buru melangkah pergi. Sementara Daniel hanya memandang takjub Intan tanpa bisa berkata apa-apa. Namun wajahnya terlihat begitu penasaran dengan wanita yang ditolongnya tadi.

Deg Deg Deg

Jantung Daniel tiba-tiba seperti mengajaknya untuk berdansa tango.

Bersambung...