webnovel

TENTANG RASA SEASON 2

Ini merupakan kelanjutan dari novel TENTANG RASA karya aku terdahulu Ini menceritakan salah seorang putri Max dan Arnetta yang bernama Arabella Netta Smith ... Tetap dukung ya... Semoga kalian suka...

Ms_Azr · 现代言情
分數不夠
52 Chs

KEAKRABAN 2 KELUARGA

Evan mengecup kening Bella yang baru saja di pindahkannya ke ranjang karena tadi tertidur pulas di pahanya. Evan menatap lekat wajah cantik ibu dari calon anaknya yang saat ini tumbuh di rahim Bella.

" Maaf! Andai saja kita mengetahui perasaan kita sejak dulu, semua pasti akan baik-baik saja. Kita pasti akan bersama selamanya!" ucap Evan pelan.

Bella yang tertidur dengan lelap tidak bisa mendengar semua ucapan Evan. Dengkuran halus terdengar di bibir wanita cantik itu. Sejak diketahui hamil, Bella selalu tidur dalam keadaan mendengkur. Evan meninggalkan Bella setelah merasa wanita itu telah tertidur dengan nyaman.

" Van?" sapa seseorang. Evan terkejut mendengar panggilan itu, karena dia pikir tidak ada yang akan naik ke lantai 2.

" Kak!" balas Evan gugup. Akhir-akhir ini Malv merasa curiga pada sahabat adiknya itu. Evan segera memperbaiki kegugupannya agar tidak terlihat mencolok.

" Apa Bel tidur?" tanya Malv.

" Iya, Kak! Dia tadi menangis lalu tertidur setelah bicara sama gue!" jawab Evan berusaha untuk tenang.

" Apa lo tahu tentang kejadian ini?" tanya Malv. Deg! Evan kaget mendengar pertanyaan Malv. Dia takut Malv dan keluarganya akan memisahkannya dengan Bella jika mereka tahu siapa Julie.

" Nggak, Kak! Gue juga kaget tadi!" kata Evan tenang.

" Gue akan selidiki semua ini! Nggak ada yang boleh membuat nama keluarga besar Smith tercoreng seperti sekarang!" ancam Malv. Evan merasa jantungnya terlepas dari raganya, dia benar-benar takut jika Malv akan memisahkan Bella darinya jika Malv tahu yang sebenarnya.

" Biar gue yang cari tahu, Kak!" kata Evan menawarkan diri. Dia harus bisa membuat Julie tidak ada hubungan apa-apa dengan dirinya dan keluarganya.

" Apa 2 hari cukup?" tanya Malv yang menyetujui ide Evan.

" Cukup, Kak!" kata Evan semangat.

" Ok! Gue tunggu lo di kantor lusa!" kata Malv.

" Siap, Kak!" jawab Evan senang. Malv menepuk bahu Evan lalu berjalan ke arah kamarnya.

" Van!" panggil Malv sesaat sebelum Evan melangkah pergi.

" Ya, Kak?" jawab Evan memutar tubuhnya menghadapa Malv.

" Lo tahu siapa gue, bukan? Bel adik kesayangan gue! Gue nggak mau ada yang membuatnya menangis!" kata Malv tegas. Glekkk! Evan menelan salivanya.

" Iya, Kak! Gue tahu!" balas Evan dengan tubuh merinding melihat tatapan tajam Malv.

" Ok!" kata Malv lalu pria itu masuk ke dalam kamarnya dan Evan turun ke lantai 1 dan langsung menemui keluarganya.

" Darimana, Van?" tanya papanya.

" Buang air kecil, Pa!" kata Evan bohong.

" Papa mau ketemu Om Max dulu sebelum pulang!" kata papa Evan. Dania yang tadi mengikuti Evan merasa sakit hati karena suaminya itu telah berbohong pada papanya. Evan tahu sebenarnya jika Dania mangikutinya ke lantai 2, tapi dia tidak perduli karena dia masih sangat kesal pada istrinya itu.

" Aku ikut, Pa!" kata Evan.

" Kita semua pergi saja!" kata mama Evan.

" Ayo!" ajak papa Evan.

Mereka berjalan mencari sosok Max dengan memutar pandangan, lalu mereka melihat keluarga Bella sedang duduk di meja pojok.

" Pak Max!" sapa papa Evan.

" Pak Edi!" balas Max saat melihat orang yang menyapanya. Max dan keluarga berdiri, mereka saling bersalaman dan berciuman di pipi.

" Apa ini istri Evan?" tanya Max melihat Dania.

" Iya, Pak! Ini Dania, istri Evan!" kata papa Evan memperkenalkan Dania.

" Halo, Om! Tante! Saya Dania, istri Evan!" kata Dania memperkenalkan diri.

" Kamu pinter milih, Van! Sepertinya istrimu sangat santun dan cantik lagi!" puji Netta.

" Tante bisa aja!" kata Evan malas.

" Iya, Kak! Sayang Kak Bell dulu hanya sahabatan sama kakak! Gue kirain kalian pacaran!" kata Kayla membuat wajah Dania sedikit menghitam menahan cemburu.

" Kayla! Kamu itu! Ngomong sembarangan! Kasihan Dania, dia pasti berpikir yang tidak-tidak!" sahut Netta menatap putrinya yang memang suka ceplas-ceplos itu. Gue nggak hanya sahabat, Kay! Gue adalah calon ayah dari anak yang dikandung kaka lo! batin Evan tersenyum mengingat wanitanya yang tertidur dengan nyaman di kamarnya.

" Kenapa senyam-senyum, Kak?" tanya Kayla yang melihat wajah bahagia Evan.

" Apa? Ah, nggak! Inget lo yang dulu jatuh di selokan aja!" kata Evan berbohong.

" Kak Evan apa'an, sih! Malez deh!" rengek Kayla yang wajahnya memerah karena malu.

" Hahaha!" semua tertawa mendengar ucapa Evan.

" Kena batunya'kan!" sindir Netta. Dania semakin merasa sedih dan sakit hati karena keakraban keluarga mertuanya dan keluarga rivalnya. Ya, Dania menganggap Bella sebagai rivalnya karena dia yakin ada sesuatu antara suaminya dengan Bella.

" Lama kita nggak pernah lagi ngobrol-ngobrol seperti ini!" kata Max.

" Iya, Pak! Kita harus sering-sering bertemu lagi seperti dulu!" kata papa Evan.

" Iya, Pak Edi! Boleh! Boleh! Dijadwalkan saja! Kita sekarang sudah nggak sesibuk dulu!" kata Max.

" Iya! Anak-anak yang sibuk sekarang!" kata papa Evan.

" Jeng Cindy masih sibuk di Toko Kue?" tanya Netta.

" Masih jeng! Tapi sudah jarang kesana, karena sudah ada keponakan yang saya percaya!" kata mama Evan.

" Bagaimana jika akhir pekan besok kita makan malam bersama?" ajak Max.

" Boleh! Boleh!" jawab papa Evan antusias. Dania sebenarnya merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah keluarga mereka, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia hanya seorang menantu.

" Kali ini biar saya yang menjamu keluarga Smith di rumah saya!" kata papa Evan menawarkan diri.

" Mama setuju, Pa! Sudah lama sekali tidak ada acara apa-apa di rumah!" kata mama Evan ikut semangat.

" Kalo begitu minggu depan kami menunggu kedatangan Pak Max sekeluarga!" kata papa Evan senang.

" Kami pasti datang!" kata Max.

Setelah mereka berbincang-bincang sebentar, keluarga Evan pamit pulang karena tanpa terasa jam sudah menunjuk angka 11 malam.

" Kasihan Bella, ya, Van!" kata mama Evan saat mereka di dalam mobil.

" Kenapa kasihan?" tanya Evan.

" Ya, karena ternyata pria itu seorang pria brengsek!" kata mama Evan.

Mama nggak tahu aja kalo Julie itu masih ada hubungan saudara dengan Dania, walau jauh! batin Evan. Dania menoleh ke arah kaca spion yang memperlihatkan tatapan mata Evan padanya.

" Lebih baik tahu sekarang daripada setelah mereka menikah!" kata Evan malas.

" Apa kamu tidak tahu tentang hal ini?" tanya mamanya lagi. Dania merasa sangat kesal karena mertuanya membahas tentang Bella.

" Nggak, ma! Aku ketemu dia kemarin, dia nggak bilang apa-apa!" kata Evan lagi.

" Dia pasti sangat sedih dan terpukul!" kata mama Evan.

" Kita lihat aja saat makan malam, ma!" kata Evan singkat.

Mereka sampai ke rumah sejam kemudian, kedua orang tua Evan langsung masuk ke dalam kamar, sedangkan Evan masuk ke dalam kamar kerjanya. Dania hanya menatap punggung suaminya sendu. Dia melangkah menaiki tangga ke lantai 2 lalu masuk ke dalam kamarnya. Dania melepaskan pakaiannya dan menggantinya dengan sebuah lingerie yang sangat menggoda dan bisa dipastikan mampu membuat setiap pria yang menatapnya akan menelan salivanya. Dania membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dia sengaja membuka semua dalamannya agar Evan bisa melihatnya. Sejak mereka menikah, Evan paling tidak tahan jika melihat Dania memakai lingerie apalagi tanpa dalaman apapun. Evan termasuk pria yang memiliki nafsu tinggi, karena dia bisa membuat Dania terbangun semalaman dan tidak bisa berjalan keesokan harinya jika Evan melampiaskan hasratnya.