webnovel

TENTANG RASA SEASON 2

Ini merupakan kelanjutan dari novel TENTANG RASA karya aku terdahulu Ini menceritakan salah seorang putri Max dan Arnetta yang bernama Arabella Netta Smith ... Tetap dukung ya... Semoga kalian suka...

Ms_Azr · Urban
Not enough ratings
52 Chs

PEMBATALAN

" Van!"

" Cukup, Nia! Aku capek! Aku butuh istirahat!" kata Evan dingin.

Evan membaringkan tubuhnya di atas ranjang setelah mandi dan memakai pakaian, sedangkan Dania hanya diam dan duduk di sofa menatap suami yang sangat dicintainya itu.

" Kamu darimana saja, Bel?" tanya Netta saat dilihatnya putri manjanya datang.

" Maaf, ma! Bel mau semua urusan selesai saat acara malam ini!" kata Bella memeluk mamanya.

" Tapi papamu sangat marah saat melihat kamu belum juga pulang, sayang!" kata Netta mengurai pelukannya.

" Dimana papa sekarang?" tanya Bella.

" Ada di ruang baca, dia bilang ada sedikit urusan tadi!" kata Netta.

" Bel akan kesana dulu, ma!" kata Bella lalu berjalan ke arah ruang baca.

Rumah megah itu telah dihias sedemikian indah untuk acara pertunangan Bella dan Richard. Semua keluarga Bella datang guna menghadiri acara yang ditunggu-tunggu oleh seluruh keluarga besar Smith. Richard datang tepat pada waktunya bersama dengan kedua orang tua dan juga...Julie. Bella menghela nafas panjang saat melihat wanita jalang Richard itu ikut serta dalam rombongan. Ternyata lo bener-bener nggak bisa melepaskan jalang itu, Rich! batin Bella dingin. Semua rasa cinta yang dimilikinya untuk Richard sudah hilang entah kemana sejak dia tahu kebrengsekan pria itu.

" Baiklah! Karena semua telah hadir disini, mari kita mulai acara pertunangan ini!" ucap Kiara, MC acara yang merupakan teman dekat Art. Kiara membuka acara dan membacakan susunan acara malam itu dengan sangat lancar dan baik. Tiba saat pemasangan cincin pertunangan kedua pasangan. Richard tidak hentinya memandang Bella yang malam itu memang terlihat sangat menawan dan cantik. Evan yang melihatnyapun tidak berkedip sedikitpun, untungnya lampu yang menyala tidak begitu terang sehingga keluarganya tidak begitu melihat sikap Evan tersebut.

" Sekarang silahkan pihak perempuan memasangkan cincin ke jari pihak laki-laki!" ucap Kiara.

Bella meraih cincin yang ada di tangan Art itu dan menatap Richard dengan tatapan menusuk. Richard yang tadinya tersenyum bahagia, berubah menjadi penuh tanda tanya saat menatap wajah Bella yang menurutnya terlihat sangat dingin. Bella melihat Richard mengulurkan tangan kirinya untuk disemati cincin pertunangan oleh Bella, tapi Bella malah berjalan menjauhinya dan mendekat ke arah...Julie.

" Sayang!" panggil Richard.

" Bel!" panggil Max dan Netta bersamaan.

" Richard!" panggil mama Richard.

" Lo yang lebih pantas memakainya!" kata Bella memberikan cincin itu pada Julie dan wanita itu menerimanya dengan bahagia.

" Apa yang kamu lakukan, sayang?" kata Richard yang telah berada di dekat mereka, diikuti kedua orang tua Bella dan Richard.

" Gue mutusin pertunangan kita!" kata Bella tenang.

" Apa? Apa maksudmu, sayang?" tanya Richard dengan wajah penuh amarah.

" Apa maksud kamu, Bel? Jangan membuat malu keluarga kita!" kata Max menahan amarah.

" Bel! Tolong! Ada apa ini sebenarnya?" tanya Netta cemas.

" Ada apa ini, Bella?" tanya mama Richard lagi.

" Starla!" panggil Bella.

" Ya, Bos!" jawab Starla lalu menyerahkan ponsel Bella. Bella membuka ponselnya lalu mengirimkan foto dan video pada Richard.

" Gue nggak mau masalah ini diketahui banyak orang dan gue masih punya rasa hormat untuk tidak mempermalukan nama baik keluarga lo! Buka pesan dari gue!" tutur Bella.

Richard meraih ponselnya lalu membuka pesan dari Bella. Matanya membulat sempurna saat melihat isi dari video itu. Bella memberikan ponselnya pada papanya dan Max begitu terkejut juga marah saat melihat isi video dan foto yang ada di layar ponsel Bella.

" Sayang, aku..."

" Dasar pria kurang ajar..."

" Sayang! Tahan amarahmu! Biar putri kita membereskan permasalahan ini! Kita tunggu saja penjelasan dari dia!" kata Netta bijak.

Dengan kesal Max berjalan menjauh dan masuk ke dalam ruang bacanya diikuti oleh Netta. Sementara itu orang tua Richard terlihat syok saat melihat isi video itu.

" Gue pernah bilang sama lo, kalo gue benci seorang pengkhianat, apalagi berani berselingkuh sebelum terjadi pernikahan. Nikahi dia yang pantas dan harus lo nikahi!" kata Bella.

" Nggak! Aku sangat mencintau kamu, Bella! Hanya kamu yang ada di hatiku!" mohon Richard memegang tangan Bella.

" Lepas, Richard! Gue bukan wanita bodoh yang dengan relanya menerima semua kelakuan lo! Jadi, sebelum para wartawan tahu, silahkan bawa keluarga lo pergi!" kata Bella tegas.

" Tidak, Bella..."

" Lo dengar apa kata adik gue! Jangan memperkeruh keadaan ini! Kesalahan lo sangat fatal, jadi pergi sebelum gue bertindak kasar!" kata Malv dengan nada dingin.

" Aku nggak akan menyerah, Bella! Aku sangat mencintaimu! Dia hanya masa laluku! Aku..."

" Cukup! Pergilah!" bentak Malv marah.

" Ayo, Richard! Kita pulang! Papa kecewa sama kamu!" kata papa Richard lalu berjalan menggandeng istrinya meninggalkan rumah Bella.

Sementara Julie hanya bisa diam dan meneteskan airmata, dia takut jika Richard akan meninggalkannya. Dengan wajah kesal, Richard pergi mengikuti orang tuanya. Malv membubarkan seluruh undangan dengan menyuruh mereka menikmati hidangan terlebih dahulu.

" Pa!" panggil Bella di pintu ruang baca papanya.

" Jelaskan!" kata Max menatap tajam putrinya.

Seluruh keluarganya berkumpul di dalam ruang baca yang memang cukup luas itu. Lalu Bella menceritakan semua hal tentang Richard dan Julie dengan tenang.

" Kamu menyimpannya sendiri selama ini?" tanya Netta menghampiri putrinya.

" Bel hanya tidak mau keluarga kita malu, ma!" kata Bella ditengah pelukan mamanya.

" Apa kamu pikir dengan kejadian ini keluarga kita tidak malu?" tanya Max kesal dengan keputusan putrinya.

" Maaf, Pa!" kata Bella.

" Lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya Max.

" Bell akan pergi ke Korea sementara waktu, Pa! Bell hanya ingin menenangkan diri dulu dan kebetulan ada proyek baru disana!" kata Bella. Perutnya terasa mual saat ini, wajahnya terlihat sedikit pucat. Dengan sekuat tenaga dia menahan gejolak di perutnya.

" Baik jika itu mau kamu! Papa anggap kamu sudah bisa mengambil keputusan sendiri!" kata Max tegas.

" Istirahatlah! Kamu sedikit terlihat pucat!" kata Max lagi.

" Trima kasih, Pa! Ma! Semuanya! Karena mengerti Bell!" kata Bella lalu berjalan meninggalkan ruang baca itu dan sedikit berlari menuju kamarnya.

" Hoekkkk! Hoeekkkk!" Bella menumpahkan seluruh isi perutnya yang masih kosong di dalam wastafel. Sebelumnya dia memutar kran air agar tidak terdengar jika dia sedang muntah-muntah. Bella membasuh mulut dan wajahnya, rasa mual itu kembali datang dan membuat wanita itu lemas. Bella membaringkan tubuhnya di ranjang, dia mengusap perutnya.

" Sayang! Please, mami harap kamu bisa kerjasama dengan mami! Jangan rewel lagi jika ada keluarga kita, Ok!" ucap Bella ambigu lalu menutup kedua matanya. Aroma wood tercium di hidung mancungnya, aroma yang sangat dirindukannya dan membuatnya bisa tenang juga nyaman.

" Baby!" sapa si pemilik aroma.

" Papi!" balas Bella saat melihat Evan mendekatinya di ranjang.

" Apa kamu muntah lagi?" tanya Evan yang melihat wajah pucat Bella.

" Iya! Tapi dia selalu tenang jika aku memelukmu!" kata Bella manja lalu memeluk pinggang Evan.

" Tidurlah!" kata Evan membelai rambut indah Bella.

" Jangan pergi sebelum aku tidur!" kata Bella mengantuk.

" Iya!" jawab Evan lembut.