webnovel

TENTANG RASA SEASON 2

Ini merupakan kelanjutan dari novel TENTANG RASA karya aku terdahulu Ini menceritakan salah seorang putri Max dan Arnetta yang bernama Arabella Netta Smith ... Tetap dukung ya... Semoga kalian suka...

Ms_Azr · Urban
Not enough ratings
52 Chs

MAKAN MALAM

Tapi sudah hampir sebulan ini, Evan hanya menyentuhnya beberapa hari saja dan itupun hanya melakukan sekali permainan saja. Dania merasakan perubahan yang sangat besar dalam diri Evan dan dia yakin semua itu karena Bella. Meskipun dia belum mendengar atau mengetahui dengan mata kepalanya sendiri, tapi perasaan seorang istri tidak bisa dibohongi.

" Aku akan membuatmu jatuh ke dalam pelukanku lagi, Van! Apapun caranya!" ucap Dania ambigu.

Yang semakin menguatkan kecurigaan Dania adalah pengaman yang dipakai Evan saat mereka berhubungan. Biasanya Evan tidak pernah memakai karena Dania telah meminum pil KB dan Evan paling membenci pengaman. Tapi sebulan ini dia selalu memakai pengaman jika mereka berhubungan, padahal Dania sudah mengatakan jika dia masih meminum pil KB. Padahal dia sangat menginginkan kehadiran seorang anak ditengah-tengah mereka. Tanpa sepengetahuan Evan, Dania telah berhenti minum pil KB dan meminum vitamin penyubur kandungan sejak sebulan yang lalu.

" Apa kalian sudah berselingkuh di belakangku?" tanya Dania ambigu.

" Gue akan mempertahankan apa yang menjadi milik gue, Bella! Evan adalah milik gue dari dulu sampai maut memisahkan kami! Dan lo hanyalah sahabat di masa sekolah! Lo akan tahu siapa Dania yang sebenarnya!" kata Dania ambigu dengan senyum smirknya.

Semalaman Dania menunggu Evan masuk ke dalam kamar, tapi sepertinya Evan masih betah di dalam ruang kerjanya. Kira-kira jam 2 dini hari, Dania merasakan gerakan di sebelahnya dan aroma parfum Evan menyeruak di dalam kamar mereka. Dania yang memang tidak bisa tidur dengan nyenyak, hanya diam saja saat merasakan Evan merebahkan tubuhnya dengan membelakanginya, tidak seperti biasanya yang selalu memeluknya dari belakang.

Airmata Dania menetes perlahan di kedua pipinya, dadanya terasa sesak melihat semua itu. Dia memang bersalah karena telah mengadu pada papa mertuanya tentang Evan, tapi semua dia lakukan karena sikap Evan yang menurutnya berubah.

Keesokan harinya Evan bangun dan langsung mandi, dia memakai pakaian yang disiapkan oleh Dania. Meskipun marah, dia masih menghargai Dania sebagai istrinya. Dia sadar jika Bella telah merubah hatinya yang awalnya mencintai Dania berbalik mencintai Bella, bahkan sangat mencintai gadis itu dengan segenap jiwa dan raganya.

" Pagi, Pa! Ma!" sapa Evan saat melihat kedua orang tuanya yang duduk di meja makan. Dania menatap suaminya dengan hangat saat melihat Evan memakai pakaian yang disiapkannya.

" Pagi, sayang!" sahut mamanya.

" Pagi, Van!" sahut papanya.

" Dania! Ayo sini!" panggil mama Evan pada Dania yang masih berdiri menyiapkan sarapan.

" Iya, Ma!" sahut Dania. Dia kemudian menarik kursi makan dan duduk disamping suaminya.

" Apa hari ini kamu sibuk?" tanya papa Evan.

" Iya, Pa! Rencananya aku mau ke tempat proyek sama Om Damar, karena kita akan melakukan peletakan batu pertama lusa, saat ijin dari pemerintah turun!" kata Evan sambil mengunyah rotinya.

" Apa Bella ikut?" tanya papa Evan sengaja.

" Sepertinya nggak, Pa! Dia masih shock dengan acaranya semalam!" jawab Evan. Bella semalam memang sempat menelponnya dan memebritahu jika dia masih membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dan memberikan kuasanya pada Evan untuk menghandle semua proyek itu.

" Semoga Bella cepet menemukan jodoh yang baik, ya, Van!" kata mama Evan.

" Iya, Ma!" jawab Evan tenang. Dania melirik ke arah wajah suaminya, dia merasa jika suaminya itu sedang tersenyum walau hanya sedikit. Apa yang membuatmu senang, Van? Apa kamu senang Bella tidak jadi bertunangan dengan kekasihnya? batin Dania. Evan menikmati rotinya dengan hati senang.

Evan sangat sibuk beberapa hari ini, hingga dia selalu berangkat pagi dan pulang larut malam. Proyek itu sangat menyita waktunya. Dania yang diam-diam menyewa seseorang untuk membuntuti Evan merasa lega karena suaminya itu benar-benar bekerja, tidak pergi ke tempat lain. Dania juga merasa jika Evan telah kembali menjadi suaminya yang dahulu karena sikap Evan yang kembali hangat padanya. Meskipun sudah seminggu lamanya mereka tidak bersentuhan, tapi Dania tidak merasa sedih, karena dia pikir Evan pasti sangat kelelahan dengan adanya pekerjaan barunya.

Malam ini akan diadakan makan malam bersama sesuai dengan kesepakatan keluarga Bakhtiar dan Smith. Mama Evan sibuk mempersiapkan makanan kesukaan keluarga Smith dan keluarganya. Dania agak setengah hati membantu mertuanya, karena dia memang sangat membenci keluarga itu karena memiliki anak bernama Bella. Tapi Dania berusaha sekuat tenaga menahan rasa malasnya agar mertuanya tidak berpikiran yang tidak baik tentang dirinya.

" Apa saladnya sudah selesai, sayang?" tanya mama Evan.

" Sebentar lagi, Ma!" jawab Dania yang meletakkan salad di atas meja makan.

" Apa suamimu masih belum pulang?" tanya Mama Evan.

" Belum, Ma! Tadi katanya ada sedikit kendala di proyek!" jawab Dania. Mudah-mudahan dia tidak cepat pulang! batin Dania yang sangat senang jika suaminya tidak bisa hadir malam ini.

" Selamat Malam, Pak Edi!" sapa Max yang telah datang bersama keluarganya.

" Selamat Malam, Pak Max! Selamat Datang di gubuk saya! " sahut papa Evan.

" Pak Edi bisa saja! Selalu merendah!" sahut Max yang memeluk sahabatnya itu.

" Jeng!" sapa Netta pada mama Evan dan mereka saling berpelukan dan mencium pipi.

" Tante!" sapa Kenda istri Malv.

" Kenda!" balas mama Evan.

Mereka saling menyapa dan berpelukan lalu masuk ke dalam rumah. Bella yang masuk belakangan menelisik ke seluruh ruangan, seakan mencari sesuatu dan semua itu tidak terlepas dari tatapan mata Dania. Apa kamu mencari suamiku? batin Dania.

" Apa Evan masih belum pulang, Tante?" tanya Bella tiba-tiba.

" Kata Dania ada sedikit masalah di proyek, jadi sepertinya dia akan pulang larut malam!" jawab mama Evan. Deg! Masalah? Kenapa Evan tidak memberitahuku? batin Bella.

" Bagaimana bisnis kamu nak Malv?" tanya papa Evan pada Malv yang duduk di depannya.

" Baik, Om!" jawab Malv singkat.

" Bagus! Om sangat kagum sama anak-anak muda yang berprestasi seperti kalian!" kata papa Evan kagum.

" Trima kasih, Om! Evan juga hebat!" balas Malv.

" Ya! Om tidak sia-sia mendidik dia hingga seperti sekarang ini! Terlebih istrinya sangat membantu dan mendukung dia selam ini!" tutur papa Evan membanggakan menantunya.

" Evan sangat beruntung sekali kalau begitu!" balas Malv.

Bella yang mendengar semua pujian papa Evan pada Dania hanya diam saja, sedangkan Dania tersenyum penuh kemenangan karena papa mertuanya sangat membanggakannya. Bella merasa jika papa Evan sangat menyayangi menantunya itu.

" Bagaimana jika kita langsung makan saja? Ini juga sudah lewat jam makan malam!" kata papa Evan lagi.

" Boleh!" jawab Max.

Tiba-tiba ponsel Dania berdering dan Dania langsung melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

" Permisi! Saya harus menjawabnya!" kata Dania pamit karena semua menatap pada dirinya.

Dania melangkah keluar ruangan dan yang lainnya menuju ke ruang makan.

" Ya, Sis?" sapa Dania.

" Nia! Gue mohon lo kesini sekarang!" kata Sisca, sepupu Dania.

" Ada apa, Sis?" tanya Dania kaget.

" Please! Gue sangat butuh bantuan lo!" kata Sisca lagi.

" Tapi di rumah sedang ada tamu, Sis!" kata Dania bingung.

" Gue bener-bener butuh bantuan lo, Nia!" kata Sisca lagi.

" Ok, gue akan cari cara buat keluar rumah!" kata Dania.

" Thank's, Nia!" kata Sisca mematikan panggilannya.