webnovel

Tate no Yuusha no Nariagari

Iwatani Naofumi dipanggil ke Dunia-Paralel bersama dengan 3 orang lainnya untuk menjadi Pahlawan dunia itu. Setiap Pahlawan memiliki senjata legendaris masing-masing ketika dipanggil. Naofumi kebetulan mendapatkan Perisai Legendaris sebagai senjatanya. Dia, yang kurang berkharisma dan kurang berpengalaman, berakhir dengan hanya seorang partner, sedangkan yang lainnya mempunyai beberapa orang. Tak disangka, pada hari ketiga dia telah dikhianati, difitnah, dan dirampok oleh partnernya. Dijauhi oleh semua orang, dari sang Raja sampai para rakyat biasa, pikirannya dipenuhi dengan balas dendam dan kebencian. Dengan begitu, takdirnya di Dunia-Paralel itu dimulai... Genre : Fantasy , Supernatural (Weak to Strong), Overpower By : Staryinthesky

Staryinthesky · 奇幻
分數不夠
103 Chs

Chapter 8 Komandan Jenderal

Aku sedang berpikir bahwa kami mungkin bisa menghabiskan stok kami lebih cepat. Jadi kami pergi ke sebuah desa di barat daya dan membeli bahan-bahan murah.

Kau lihat, aku mendengar bahwa ada bencana kelaparan di utara, yang mana itu artinya aku bisa menjual persediaanku untuk mendapatkan lebih banyak uang dan mendapatkan keuntungan yang besar.

Desa di barat daya sama persis dengan desa yang sudah kami kunjungi, ada monster BioPlant yang menyebabkan kekacauan.

Kami membersihkan kekacauan itu saat kami kesana, tapi sebelum kami pergi kami memberi mereka benih BioPlant yang ditingkatkan.

Itu sebabnya aku menduga mereka akan bersedia untuk menjual makanan pada kami dengan harga murah. Dan, sama seperti yang kuduga, warga desa senang melihat kami. Mereka menjual makanan pada kami dengan diskon yang besar.

Dari yang terlihat, benih BioPlant yang ditingkatkan yang kuberikan pada mereka telah ditanam. Kadang di bagian barat daya desa dipenuhi tanaman yang lebat dengan buah berwarna merah seperti tomat.

Kami memenuhi kereta dan menuju ke utara. Lalu sesuatu terjadi di kota kecil di tengah perjalanan.

"Huh? Pedagang keliling bersertifikat?"

Kami dihentikan dalam perjalanan kami ke kota oleh seorang seorang penjaga yang bertugas menarik pajak dan tarif untuk gubernur mereka.

Jadi aku menunjukkan sertifikat dari Riyute pada dia, tapi.....

"Itu tidak ada gunanya disini! Bayar pajaknya!"

"Tapi....."

Penjaga itu mengabaikan protes dari Raphtalia dan terus menuntut uang.

Aku melangkah maju untuk mulai bernegosiasi dengan dia, tapi dia nggak mau mengalah.

"Dasar orang gak tau diri!"

Hm.... Mereka sampai semarah itu, pasti ada sesuatu yang terjadi.

Sejak aku memulai perjalanan pedagang keliling ini, aku mempelajari satu atau dua hal tentang bagaimana menghadapi sesuatu di perjalanan.

Yang pertama adalah ancaman. Kalau kau memiliki kekuatan, kau bisa menggunakannya untuk memaksa orang agar setuju pada sesuatu yang normalnya mereka nggak akan setuju. Kau harus mencari kelemahan mereka dan menggunakannya untuk menjual sessuatu dengan harga yang lebih tinggi. Strategi ini bisa bekerja pada pelanggan yang angkuh. Tapi melihat bagaimana penjaga ini bertindak, dia mengganggap kami secara serius.

Yang kedua adalah negosiasi. Kami membentuk hubungan kami dengan orang-orang berdasarkan pada aliran percakapan. Itu bekerja dengan baik pada orang-orang yang gak punya permusuhan. Orang ini gak betul-betul punya permusuhan. Dia terburu-buru.

Kalau kedua metode ini nggak ada yang bekerja pada dia, itu artinya....

"Kedengarannya seperti gubernurmu adalah seorang yang cukup gila."

Aku melihat sekitar kota dan bergumam sendiri. Penjaga itu menyadarinya dan ekspresinya berubah sedikit.

"Jangan mengatakan hal buruk tentang gubernur kami! Kau akan dituntut!"

Semuanya mulai masuk akal. Penjaga itu sepertinya mengalami masalah besar untuk menangani kami—yang mana itu artinya, nggak satupun strategiku yang berhasil.

Kalau aku terlalu memaksakan, kami akan berakhir menerima resikonya.

Kalau aku mau dia mengalah, aku harus membuat bau yang parah dan membuat dia bingung, atau menyebabkan kekacauan yang cukup agar gubernurnya datang berbicara padaku. Tapi aku nggak bisa menebak apakah manfaat dari hasilnya akan sepadan dengan resiko yang dilibatkan.

"Baiklah kalau begitu. Aku bisa melihat kalau kau punya masalahmu sendiri yang harus ditangani."

Aku memberi dia sejumlah uang yang dia minta. Saat aku melakukannya, penjaga itu secara tiba-tiba kelihatan sangat kecewa.

"Ini pajaknya."

Dia mendekat dan berbisik.

"Maaf...."

"Nggak masalah."

Dia pasti dibawah perintah dari Sampah itu. Sudah jelas ada semacam masalah dengan pemerintahan disini.

Kami memasuki kota dan mendapati pajak dipungut hampir pada semuanya. Dari makanan dan equipment sampai kerajinan tangan dan kamar di penginapan. Dan pajaknya sangat tinggi.

Sepertinya kota ini sedang dilanda semacam penurunan. Pasarnya hampir kosong. Bisnis disini pasti terbebani oleh pajak yang berat.

"Aku akan mencari makanan dan mencoba mencari tau apa yang sedang terjadi."

"Baik."

"Yay! Bawakan aku suvenir!"

"Kau masih belum puas juga. Jangan bilang kau masih mau lagi!?"

Apa Filo nggak tau seberapa mahalnya segala sesuatu disini?

Aku meninggalkan Raphtalia dan Filo, yang berada dalam wujud manusia, di penginapan dan pergi ke bar untuk mencari tau apa yang sedang terjadi.

Dan juga, aku mengubah perisaiku menjadi Book Shield dan sedikit mengacak-acak penampilanku sebelum aku masuk ke bar.

Dan disana ada seseorang yang kukenal. Seseorang yang gak ingin kutemui.

Atau seperti itulah.

Dia membawa sebuah busur, tapi karena suatu alasan juga ada pedang pinggangnya. Dia berpakaian sederhana, dan memakai equipment biasa. Dan dia memegang sebuah busur kecil yang bisa berubah bentuk, seperti Book Shield punyaku. Kalau ini adalah pertama kalinya aku bertemu dia, lumrah saja aku menganggap dia seorang pengembara.

Dia bersama beberapa orang, orang yang mengenakan armor berwarna mencolok—orang yang membawa busur bersembunyi di dalam bayangan.

Itu benar, Itsuki, sang Pahlawan Busur, bersembunyi di sudut bar, melakukan percakapan.

Seperti Motoyasu, dia ini juga berasal dari Jepang lain.

Dia berusia 17 tahun, dan wajahnya tenang seperti pemain piano. Dia terlihat kalem.

Dia belum menyadari aku.

Aku penasaran apa yang dia bicarakan, jadi aku mendekat tanpa membiarkan dia melihatku dan berusaha menguping.

"Gubernurnya..."

Kedengarannya dia dan partynya sedang mengumpulkan informasi tentang pemimpin lokal.

Dari apa yang bisa kukumpulkan, kedengarannya seperti orang itu yang menetapkab pajak lebih tinggi daripada yang diminta Raja, dan menerima suapan dari para merchant di area ini. Dia menggunakan uang tersebut untuk menyewa seorang bodyguard dan akan menghukum siapapun yang membantah dia. Segalanya dia lakukan, dia melakukannya untuk memperkaya dirinya sendiri. Dia terdengar seperti pegawai korup yang biasa kau ketahui.

"Kedengarannya kami harus memberi dia pelajaran."

Whoa! Aku begitu terkejut oleh kata-katanya Itsuki hingga aku hampir tersentak.

Tapi gimana caranya aku ikut dalam percakapan itu?

Disini dia bersembunyi tanpa adanya alasan, dan, kesampingkan apapun yang dia rencanakan—Jenderal Komandan kayak apa sih dia mengganggap dirinya?

Apa dia menganggap dia menjelajahi dunia untuk menyelamatkannya?

Meski memperhitungkan kebohongan dan perinciannya, aku masih mendengar selentingan apa yang dilakukan Pahlawan Busur.

Meskipun, sejujurnya, aku melakukan perjalanan sebagai orang suci bersama dewa burung, jadi aku nggak betul-betul bisa mencemooh dia karena menyembunyikan identitasnya.

Tapi dalam kasusku aku punya alasan yang bagus—orang-orang sudah dibohongi tentang Pahlawan Perisai, dan ada reputasi mengerikan yang harus kuhindari. Bahkan sekarang, kalau orang-orang mengetahui siapa aku, mereka akan waspada, jadi itu sebabnya aku membiarkan mereka menganggap aku sebagai orang suci. Orang-orang masih membicarakan tentang Iblis Perisai!

Lagian, sejauh yang aku tau nggak ada alasan yang memaksa Itsuki sang Pahlawan Busur untuk menyembunyikan identitasnya.

Apakah itu semacam perintah dari Raja? Bahkan jika memang begitu, aku nggak pernah mendengar apapun tentang Pahlawan Busur. Jadi dia secara sengaja berbohong tentang siapa dia sebenarnya.....

"Baiklah kalau begitu. Semuanya, ayo pergi."

Mereka menyelesaikan pembicaraan mereka, dan Itsuki memimpin partynya keluar bar.

Tebakanku mereka berencana mendatangi kediaman gubernur dan menyebabkan keributan sebelum mengungkapkan identitas Itsuki dan memberitahu orang korup itu. Ada garis cerita yang serupa di duniaku dalam drama di TV. Itu adalah pola dasar dari pejuang pengelana yang berjuang meluruskan apa yang salah.

Itu cukup mudah untuk menggambarkan. Raja akan mengetahui bahwa politikus korup telah ditangkap, dan dia akan menunjuk orang lain. Semua itu masuk akal.

Apa dia idiot? Kenapa juga harus repot-repot melibatkan diri lebih jauh?

Aku melakukan apa yang jadi tujuanku datang kesini: mencari informasi tentang dimana aku bisa membeli bahan makanan dengan harga yang wajar. Lalu aku kembali ke penginapan untuk bermalam.

Suvenir untuk Filo? Jangan harap aku mau membeli suvenir di sebuah kota yang biaya hidupnya sangat tinggi.

Tentu saja Filo memilih-milih kata untuk mengatakan hal itu, tapi aku malas mendengarkannya.

* * * * *

Esok paginya seluruh kota gempar. Para petualang menyusup ke kota pada malam hari dan telah menculik gubernur dari kantornya.

Diantara banyak pejalan kaki yang mondar-mandir di jalanan, Itsuki sedang mengobrol dengan seorang cewek cantik.

"Oh woooow! Tidak, sungguh, terimakasih buaaaaaaanyak!"

"Oh, nggak masalah. Tapi ini rahasia, ya?"

Rahasia? Kurasa bukan! Kecurigaan telah terkonfirmasi. Aku paham kenapa aku nggak mendengar apapun tentang Itsuki sepanjang waktu ini.

Dia adalah orang yang suka menyembunyikan kemampuan aslinya agar dia bisa menggunakannya saat dibutuhkan dan membuat orang lain menjadi liar.

Kalau dia betul-betul bisa menikmati game semacam itu, dia pasti punya selera yang buruk sejauh yang bisa kukatakan.

Dia sampai repot-repot menyembunyikan identitasnya agar dia bisa menikmati kegembiraan dari menunjukkan dirinya sendiri. Kalau bukan itu yang dia kejar, kenapa dia mau berdiri di tengah jalan kayak gitu? Atau setidaknya aku mengetahui bahwa dia nggak harus lari dari sesuatu seperti yang kulakukan, jadi dia melakukannya bukan untuk melindungi dirinya sendiri.

Aku bisa membayangkan semuanya sekarang. Gubernur kejam itu menuntut pajak yang gak bisa mereka bayar, jadi dia mengambil cewek ini dari ayahnya yang miskin sebagai bayaran. Aku pernah melihat sebuah drama episode kayak gitu di TV.

Yang betul saja. Aku harus keluar dari kota ini secepat yang aku bisa.

* * * * *

Kami melakukan perjalanan selama setengah hari sebelum kami sampai di sebuah kota dekat perbatasan dengan negeri tetangga.

Kami bisa menjual semua makanan yang gak bisa kami jual kemarin, dan makanan itu terjual dengan sangat cepat. Kurasa kami sudah masuk ke area yang terpengaruh oleh kelaparan.

Tapi ada banyak orang di sekitar sini yang kayaknya bukan warga setempat.

Mungkin itulah cara mereka berpakaian. Aku nggak tau. Aku nggak bisa mengatakan dengan pasti, tapi yang jelas aku bisa bilang mereka dari suatu tempat yang jauh.

"Hei, kalian...."

Aku mendengar rumor dari sebuah negeri terdekat yang dipimpin oleh seorang raja lalim, tapi tirani itu baru-baru ini telah digulingkan dari kekuasaan. Aku merasa sepertu aku mungkin semakin dekat. Apa orang-orang ini adalah warga dari negeri itu, kesini untuk berbisnis?

Beberapa dari mereka berjalan lewat, dan pandangan pada keretaku membuat mereka begitu bersemangat hingga mereka bergegas mendekat dan mulai membicarakan bisnis denganku.

Tapi mereka nggak mau menggunakan uang. Mereka mau barter denganku. Aku bisa menggunakan herbal obat dan sebagainya, tentu—tapi aku nggak terlalu butuh kayu dan kerajinan kayu. Aku turun dari kereta dan mulai berbicara dengan mereka.

"Aku sebenarnya lebih suka uang."

Kalau mereka menyisipkan tumpukan jerami dan tumpukan arang padaku, aku nggak punya cara untuk menyingkirkannya. Disisi lain, aku bisa mengambik banyak herbal obat dan mengolahnya menjadi obat.

"Maaf, tapi kami tidak punya uang..."

Orang yang berbicara sangat kurus. Dia kelihatan seperti dia akan jatuh pingsan setiap saat.

"Akan kubuatkan makanan untuk kalian. Makanlah lalu bicaralah."

Percuma saja kalau begini, jadi aku meminjam sebuah panci besar dari warga. Kayaknya para warga juga sudah diambang kelaparan, jadi mereka sangat bersedia membantu.

"Terimakasih banyak!"

Semua orang berkumpul di sekitar panci besar itu dan dengan lahap menyantap makanannya.

Saat semua orang makan, aku mengambil kesempatan itu untuk bertanya apa yang terjadi di wilayah ini.

Mereka mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja sampai raja lalim itu digulingkan. Beban pajaknya di ringankan, dan kehidupan semua orang mulai semakin membaik.

Namun nggak lama kemudian segalanya kembali seperti sebelumnya.

Bagian terburuknya adalah para pemimpin dari pemberontak mulai meningkatkan pajaknya lagi segera setelah mereka berkuasa.

"Tapi kenapa? Setelah semua yang mereka lalui untuk menggulingkan raja kejam itu?"

"Yah, mereka butuh dana untuk mengelola negeri, dan untuk mengamankan uang yang cukup untuk militer, mereka harus menaikkan pajak."

Aku mulai paham. Itu bukan cuma rajanya orang yang buruk. Itu adalah karena dia harus meningkatkan dana untuk mengamankan kekuatan militer mereka untuk melindungi negeri.

Kalau negerimu kehilangan rakyatnya maka kau nggak akan punya sebuah negeri—jadi kau akan kehilangan negerimu kalau kau nggak melindungi rakyatnya.

Ditengah semua itu, kalau kau cuma mendengarkan rumor-rumor negatif tentang raja, yah, tentu saja kau akan ingin menggulingkan dia dari kekuasaan.

Aku nggak tau apa-apa tentang raja itu, tapi nggak tau kenapa aku merasa senasib dengan dia—dibenci dan dicampakkan oleh rakyatmu sendiri.

Tentunya memang ada saat-saat dalam kehidupan ketika kau harus melakukan sesuatu karena kau nggak punya pilihan lain, entah tindakanmu akan dianggap positif atau enggak.

Tapi itu nggak berlaku buat Raja Sampah itu. Orang itu memang seseorang yang idiot kejam dari sononya.

"Meskipun kepemimpinannya berubah, kami masih tidak bisa mendukung diri kami sendiri. Jadi kami membawa semua barang berharga kami melintasi perbatasan, kesini ke Melromarc, untuk melihat apakah kami punya keberuntungan yang lebih baik di negeri yang lebih sejahtera ini."

"Raja yang malang! Dia benar-benar memikirkannya rakyatnya terlebih dahulu! Salah siapa hingga aku selapar ini?!"

"Diam! Kau meragukan aku?"

"Ya!"

Filo tau apa yang harus dikatakan untuk membuat dia jengkel, jadi aku harus mengendalikan dia.

Dia mulai sedikit mengerti gimana cara kerja dunia ini, dan dia mulai bermulut kotor sebagai hasilnya.

"Kurasa dia seperti..."

Raphtalia bergumam sendiri dan menatap kami dengan penampilan aneh diwajahnya.

"Mungkin... Tuan Naofumi?"

"Huh?"

"Oh, bukan apa-apa."

Filo menutup mulutnya, tapi kalau aku harus menebak dari rumor yang kudengar, sepertinya Itsuki membantu pasukan pemberontak. Mungkin hatinya nggak sepolos seperti yang dia mau semua orang beranggapan. Adapun untuk para pengungsi, apa mereka secara sembunyi-sembunyi melintasi perbatasan untuk membeli barang-barang di pasar gelap?

Ngomong-ngomong, sepertinya harga pasar di wilayah sini sangat tinggi. Itu bagus untukku. Itsuki, yang beranggapan dia adalah Jenderal kecil, berkelana untuk menegakkan kebenaran, kau pikir dia akan terus bersama untuk memberi dukungan. Dia cuma menggunakan orang-orang ini untuk memuaskan rasa keadilannya sendiri!

"Dengan keadaan saat ini, negeri kami berada dalam bahaya invasi! Siapapun bisa menyerang dan mengambil alih, tapi kami bahkan nggak bisa makan."

"Benarkah?"

Mungkin itu karena gelombang, tapi kayaknya kelaparan terjadi dimana-mana.

"Oh baiklah."

Aku menemukan pemimpin dari kelompok itu dan memberi dia salah satu dari benih BioPlant yang ditingkatkan.

"Apa ini?"

"Kalau kau menanamnya, itu akan menghasilkan makanan dengan sangat cepat. Sebenarnya benih itu telah menyebabkan masalah yang besar di wilayah selatan, tapi aku bisa memperbaikinya dengan teknik khusus punyaku. Harusnya nggak masalah sekarang, tapi kau harus terus mengawasinya. Kalau kau nggak mengelolanya dengan baik, benih itu bisa jadi masalah yang membuat kepala pusing."

"Oh, wow!"

"Aku akan kembali kesini lagi nanti. Saat itu aku akan menerima rasa terimakasih kalian."

Lain kali aku datang ke wilayah ini, aku yakin aku akan mendapat sambutan yang hangat.

Mereka semua sudah jelas tau siapa aku sebenarnya. Nantinya, aku akan mendengar bahwa warga dari negara kecil itu, yang menderita kelaparan, akhirnya memiliki makanan untuk mengisi perut mereka.

***