56 Chapter 7 Selamat datang

Kami pergi menemui penjual budak.

"Ah, bukankah itu sang Pahlawan? Apa ada yang bisa aku bantu?"

"Sebelum kita membahasnya...."

Aku berfokus pada apa yang dia pakai.

Dia tiba-tiba kelihatan sangat kaya. Pakaian dan perhiasannya kelihatan jauh lebih bagus dari yang sebelumnya.

"Kayaknya kau sukses belakangan ini."

"Semuanya berkatmu, Pahlawan. Begitulah tuan."

"Huh?"

"Karena kau melakukan perjalanan menjual barang-barangmu, aku menggunakan peluang itu untuk menghasilkan uang untuk diriku sendiri."

"Apa maksudnya?"

Aku punya beberapa teori tentang apa yang mungkin dia bicarakan, tapi aku nggak punya bukti untuk menuduh dia pada teori-teori itu.

"Pertama ada kegemparan tentang Filolial Queen. Banyak bangsawan dan keluarga-keluarga kaya yang berhenti untuk bertanya dimana mereka bisa mendapatkan mahluk seperti itu."

Jadi dengan melihat Filo di jalanan, menarik keretaku, telah membantu pengiklanan toko miliknya. Itu masuk akal sih—mengingat dia adalah monster yang sangat langka, orang-orang akan mencari tau dimana dia berasal, dan kemudian mereka akan menemukan "pelatih monster" ini dengan cepat.

Aku cukup sering bertemu orang-orang kaya yang mencoba membeli dia dariku secara langsung.

Kalau dipikir-pikir, bisa jadi itu sebabnya kenapa putri kedua itu mencoba mendekati kami.

Bukan hanya dia sangat membantu dalam pertempuran, tapi dia juga sangat berguna dalam bisnis. Sayang sekali buat mereka, aku nggak berencana menjual dia.

"Yah, aku mendapatkan reputasi karena hal itu, dan sekarang banyak orang yang datang untuk membeli monster dariku. Begitulah tuan."

"Baguslah."

Tentu saja, adapun untuk hal apa yang menbuat seekor Filolial menjadi seekor Queen, nggak seorangpun tau—dan kami juga nggak tau jawabannya. Jadi tentu saja aku nggak bisa menjual dia.

Mungkinkah Filolial dibesarkan oleh seorang pahlawan, dia akan menjadi seekor ratu? Cukup susah untuk mengurus Filo, aku bahkan nggak bisa membayangkan tentang mencoba mengurus dua ekor.

"Selain dari para monster, orang-orang juga memperhatikan bidakmu dan datang untuk mengetahui bahwa budak-budak yang kusediakan sangat berkualitas. Hal itu mengarah pada keuntungan yang cukup tinggi. Begitulah tuan."

Dia sedang membicarakan tentang Raphtalia. Dan dia memang benar. Bahkan aku sendiri mengakui bahwa Raphtalia memiliki wajah cantik dan tubuh yang indah. Kalau orang-orang melihat Raphtalia, mereka pasti menganggap bahwa penjual budak ini bisa dipercaya.

Tapi kurasa ini artinya bahwa aku sangat berperan penting untuk bisnis dan keuntungannya.

"Nah sekarang, ada keperluan apa kau datang kesini hari ini? Apa kau mencari seorang budak? Atau kau meminta bantuan dalam eksperimen Filolial ku?"

"Penjual budak, apa yang kau ketahui tentang perubahan kelas?"

"Perubahan kelas?"

"Ya. Si Sampah itu telah menyatakan bahwa nggak seorangpun dalam partyku diijinkan melalukan perubahan kelas. Ini membuatku sakit kepala. Lalu aku ingat kalau kau menjual budak diatas level 40. Kupikir mungkin ada suatu sertifikat, atau punya cara untuk menerobos peraturan itu."

Si penjual budak berpaling menghadap aku dan mengusap-usap dagunya dengan kesan berpikir secara mendalam.

"Aku menyesalkan harus memberitahumu bahwa aku nggak bisa membantumu mengenai masalahmu ini. Aku tidak punya sertifikat apapun."

"Kau nggak punya? Oh yah, kurasa aku datang ke tempat yang salah...."

Jadi kurasa dia nggak bisa menaikkan level para budak itu melalui wewenang khusus yang dia miliki.

"Kalau kau mau mengubah kelas, kenapa tidak pergi saja ke negeri sebelah? Kalau kau bisa mendapatkan kepercayaan mereka, maka kau harusnya bisa menggunakan Dragon Hourglass milik mereka untuk mengubah kelas."

"Apa?"

Apa itu artinya bahwa ada jam pasir naga di negeri-negeri selain negeri ini?

"Maksudmu ada jam pasir naga lain diluar Melromarc?"

"Ya, tapi itu bisa butuh waktu yang sangat lama untuk mendapatkan kepercayaan mereka."

Waktu adalah satu-satunya hal yang nggak kumiliki. Aku ingin mengubah kelas sesegera mungkin.

Aku bertanya-tanya apakah reputasiku yang buruk sudah menyebar ke negeri sebelah. Kalau memang sudah, maka aku mungkin nggak akan dianggap juga.

"Kalau kau mencari sebuah negeri yang cukup mudah untuk mendapatkan kepercayaan, boleh aku menyarankan kerajaan tentara bayaran Zeltoble? Kau juga bisa mempertimbangkan kerajaan-kerajaan demi-human, Siltvelt atau Sheildfreeden. Ya. Kerajaan-kerajaan lain tidak akan mudah."

"Aku nggak tau kalau ada segitu banyaknya."

"Nah untukmu, Pahlawan, aku akan merekomendasikan kau mencoba ke Siltvelt atau Shieldfreedem. Mereka seharusnya membiarkanmu melewati perbatasan mereka tanpa banyak masalah."

"Hmm... Berapa lama yang dibutuhkan untuk sampai kesana dari sini?"

"Jarak kedua kerajaan itu hampir sama. Sekitar sebulan berjalan kaki atau dua minggu menaiki perahu."

Si penjual budak mengeluarkan sebuah peta dan menunjukkan jalan mana yang harus kutempuh.

Dia benar. Kalau kau memperhitungkan dari rata-rata jarak harian yang bisa kami tempuh, perbatasan itu sangat jauh. Filo mungkin bisa menempuh jarak itu dalam dua minggu atau sekitarnya. Jadi untuk amannya, aku memutuskan untuk menganggapnya tiga minggu.

"Kalau kau punya seekor naga terbang, kau bisa kesana lebih cepat, tapi mengingat alat transportasi yang tersedia untukmu saat ini, sepertinya cuma itu pilihanmu."

"Keduanya sangat jauh...."

Tapi kalau aku ingin anggota partyku menjadi lebih kuat, kayaknya aku nggak punya pilihan lain.

Aku cuma harus membayar waktu yang hilang nanti. Kalau aku nggak bisa membuat level Raphtalia dan Filo lebih tinggi, maka nggak ada gunanya. Sudah nggak bisa dihindari lagi, kami harus datang ke negeri demi-human terdekat. Cuma itu pilihan kami.

"Kita akan pergi kesana setelah gelombang berikutnya berakhir."

Aku yakin, Sampah itu akan melakukan apapun untuk membuatku gila. Itulah kepuasannya dalam kehidupan.

"Pahlawan, apa hanya itu alasan kau mengunjungi kami hari ini?"

Si penjual budak menggosok-gosok tangannya. Itu mulai kelihatan seperti dia nggak akan membiarkan aku pergi dengan mudah.

"Apa kau pernah mempertimbangkan untuk mendapatkan senjata untuk Filolial Queen milikmu itu?"

"Sebuah senjata untuk Filo?"

"Sebuah senjataaaaaaaaaaa?"

Kurasa aku memang belum membelikan apapun untuk dia selain pakaian itu.

Dia sudah memiliki kekuatan serangan yang sangat besar, tapi dengan semakin dekatnya gelombang itu datang, mungkin bukan ide yang buruk untuk memberi dia equipment. Kalau aku memberi ingin memberi dia equipment, aku harus berbicara dengan pemilik toko senjata terlebih dahulu. Dia membuat barang-barang yang bagus. Sesuatu seperti cakar yang terbuat dari tulang naga atau semacamnya akan bagus.

"Asal kau tau, equipment monster hanya dikerjakan oleh para pelatih monster. Jadi sebuah toko senjata normal tidak akan menjual hal-hal yang kau cari. Sebuah toko normal mungkin bisa saja membuatkan sesuatu sesuai pesanan, tapi harganya akan sangat tinggi."

Sialan, dia tau persis apa yang kupikirkan.

"Apa kau punya equipment?"

Aku udah janji memberi Filo hadiah. Ini hadiah yang tepat. Cuma memikirkan dia menendang Motoyasu sambil memakai cakar membuatku tersenyum.

Mata si penjual budak mengarah pada Filo.

Filo berada dalam wujud manusianya, terlihat bersenandung, tapi saat dia menyadari si penjual budak menatap dia, dia segera bersembunyi dibelakangku. Dia betul-betul nggak menyukai si penjual budak.

"Senjata untuk dia yang cocok bisa tanduk untuk kepalanya, atau sejenis sepatu kuda berduri untuk kakinya. Jika kau mencari armor, mereka membuat beberapa armor untuk para Filolial...."

Kalau mempertimbangkan bentuk tubuh Filo, aku ragu ada armor yang akan cocok untuk dia.

Kamu bisa mendapatkan armor buatan khusus untuk tipe badannya yang unik. Tapi Filo sering kali berubah wujud menjadi manusia, dan kalau armornya nggak bisa berubah bentuk bersama dia, maka melepas-memakainya akan sangat merepotkan.

"Apa yang ada dibenakmu saat kau mengatakan, 'Tanduk'?"

"Itu adalah sebuah tipe helm yang pas untuk kepalanya dan memiliki tanduk. Itu bisa mengubah tumbrukan menjadi sebuah serangan yang mematikan."

"Hmm...."

Sepatu kuda yang dia sebutkan pasti suatu jenis sepatu yang sangat keras.

"Dan yang terakhir, ada cakar."

"Yah. Filo, gimana menurutmu?"

"Hm?"

Filo masih kelihatan gugup. Apa dia segitu takutnya pada si penjual budak sampai-sampai dia nggak mendengarkan percakapannya?

"Ada helm untuk kepalamu, atau sepatu untuk kakimu. Dan juga ada armor."

"Tapi aku suka berubah wujud, dan aku nggak mau armor itu menjepitku, jadi aku nggak mau armor!"

Aku penasaran apakah benang yang diberikan penjahit pada dia dulu masih bisa untuk dia?

Kami meminta seorang penjahit membuatkan pakaian untuk Filo saat dia dalam wujud manusia. Dan pakaian itu terbuat dari kain magis yang berubah menjadi pita sederhana saat dia dalam wujud Filolial Queen.

Helm sih nggak masalah saat dia dalam wujud seekor burung,, tapi helm itu akan terlalu besar dan berat untuk wujud manusianya. Sepatu kuda akan melukai kakinya, dan armornya nggak akan pas. Apa lagi yang tersisa? Kami bisa kembali ke penjahit itu dan bertanya apakah ada pakaian seperti itu yang versi logam—tapi sudah pasti harganya mahal, dan tingkat pertahanannya mungkin sangat kecil.

"Kalau kau mencari sesuatu yang bisa dengan mudah dipakai dan dilepas, boleh aku menyarankan cakar? Begitulah tuan."

"Tentu. Gimana menurutmu, Filo?"

"Oke!"

"Kalau begitu aku harus mengukurnya. Bisakah kau berubah ke wujud monstermu?"

"Dengar itu, Filo?"

"Oke!"

Dengan kepulan asap, Filo kembali ke wujud monsternya. Dia mengangkat kakinya agar si penjual budak bisa mengukurnya.

Tapi si penjual budak nggak bergerak. Seorang bawahan muncul dari bayangan dan mengukur kaki Filo.

"Hmm... Kakinya lebih besar daripada seekor Filolial rata-rata."

"Butuh berapa lama?"

"Beruntung sekali, kurasa kami memiliki stok dengan ukuran ini. Apakah cakar besi cocok denganmu?"

Aku nggak tau harus jawab apa karena aku nggak tau gimana kekuatan serangannya yang bisa ku harapkan dari material yang berbeda.

Yang penting keras? Ataukah lebih baik kalau tajam?

"Aku punya sedikit uang lebih, jadi beri yang terbaik yang kau punya."

"Tentu, Tuan. Yang terbaik yang bisa kutawarkan saat ini adalah magic iron."

"Dan berapa harganya?"

"Kau adalah pelanggan setia, jadi kurasa kami bisa memberimu tawaran harga khusus. Bagaimana kalau 5 gold. Itu sudah setengah harga pasar."

"Bisakah aku menawar?"

"Sifat pelitmu selalu membuatku terkesan, Pahlawan. Baiklah, aku akan menjualnya 4 gold."

"Sepakat. Beri pengekang juga."

"Tentu."

Si penjual budak kelihatan sangat senang. Dia cukup mudah untuk di manipulasi, tapi aku mendapatkan perasaan bahwa aku semakin terbiasa juga. Dia sangat terampil dalam bisnis. Aku harus berhati-hati.

Dia membawa sepasang cakar besar dari belakang. Cakar-cakar itu terbuat dari logam, dan cukup besar sampai-sampai muat di kaki Filo.

"Aku nggak bisa percaya kau menyimpan cakar sebesar itu dalam persediaan."

"Sebenarnya ini adalah cakar yang didesain untuk para naga terbang. Itu adalah ukuran terbesar yang bisa kami sediakan."

Jadi cakar itu bukan untuk para Filolial.

"Itu untuk kakiku?"

"Ya, itu adalah senjatamu."

Cakar itu diletakkan di lantai. Filo melangkah ke atasnya.

"Kelihatannya sangat pas."

Memang. Yang perlu kau lakukan adalah mengikat talinya pada kakinya agar nggak terlepas.

Filo mengangkat salah satu kakinya dan menggoyang-goyangkan kakinya untuk merasakan cakar itu.

"Rasanya aneeeeeeeeeh banget!"

"Biasakan. Dengan itu, kekuatan seranganmu akan jauh lebih tinggi daripada yang biasanya."

Kakinya sudah sangat kuat. Kalau kekuatan serangannya lebih tinggi lagi....

Dalam benakku aku memutar ulang adegan dari Filo menendang Motoyasu.

Memang itu adalah hal yang menyenangkan untuk di lihat, tapi kalau Filo menendang dia dengan menggunakan cakar ini, Filo mungkin akan menghancurkan dia. Itu menyenangkan untuk dibayangkan, tapi kalau itu betul-betul terjadi, Motoyasu akan berada dalam bahaya.

"Filo, mulai dari sekarang saat kau melihat pria tombak itu, kau cuma boleh menendang dia kalau kau nggak memakai cakar itu, paham?"

"Tapi kenapa?"

"Karena dia nggak akan selamat."

Dia memang bangsat, tapi dia tetaplah seorang pahlawan. Siapa yang tau apa yang akan terjadi kalau kami membunuh dia? Mungkin sudah terlambat untuk menahan Filo.

"Hmmmm....."

Kayaknya dia fokus mencoba-coba cakar baru miliknya dan cuma mendengarkan aku setengah-setengah.

Apa dia betul-betul mendengarkan?

Aku menyerahkan 4 gold pada penjual budak itu.

"Makasih atas bantuanmu."

"Jika kau ingin mengungkapan rasa terimakasihmu kau bisa tambah sedikit."

"Nggak makasih, tapi itu mengingatkan aku pada sesuatu. Apa ada sesuatu yang bisa dia gunakan untuk berlatih menggunakan cakar itu?"

"Apa aku harus menendang sesuatu?"

"Sayang sekali, aku akan kerepotan jika kau membunuh monster yang kumiliki disini. Begitulah tuan."

Jadi kurasa dia mengatakan bahwa dia nggak punya sesuatu yang bisa bertahan dari tendangan yang menggunakan cakar itu.

Dan kalau kami mengujinya di tempat berburu dan ternyata cakar itu berkualitas buruk, itu akan membuat kami dalam posisi yang sulit.

Kurasa kami bisa pergi keluar gerbang kota dan mencobanya disana—tapi para Balloon terlalu lemah untuk bahan uji coba.

"Aku ingin mencoba cakar itu pada monster-monster yang kuat, tapi dimana aku bisa menemukannya?"

"Jika kau pergi ke koloseum di Zeltoble, kau seharusnya bisa melawan apapun yang kau mau."

"Tapi itu sangat jauh kan?"

"Ya."

Itu percuma saja. Kami nggak punya banyak waktu sebelum gelombang tiba.

Kami cuma harus mencoba keberuntungan kami di hutan. Aku bisa saja mencobanya pada si penjual budak, tapi itu mungkin akan berakibat buruk padaku.

"Yah, sekarang kau menyebutkannya, aku punya sesuatu yang mungkin sempurna untuk seseorang dalam situasimu."

Bawahan si penjual budak melangkah maju dan berbicara.

"Apa itu?"

"Bangsawan dari Melromarc menggunakan saluran air untuk memelihara monster secara sembunyi-sembunyi, tapi monster itu tumbuh terlalu besar untuk mereka kendalikan."

"Jadi itu di bawah kendali mereka dengan mantra pengendali monster?"

"Monster itu bertindak sendiri dalam waktu yang lama hingga menemukan cara untuk melepaskan kendalinya."

Itu sama sekali nggak kedengaran bagus....

"Dan monster itu telah menjadi begitu besar sampai-sampai mantranya sudah cukup lama tak lagi mampu mengendalikannya."

Gimana bisa mereka membiarkan seekor monster kayak gitu lepas di saluran air? Coba pikirkan apa yang akan terjadi kalau seorang anak masuk kedalam untuk bermain.

Itu seperti sebuah film—ada monster yang bersembunyi didalam saluran air.

Aku nggak bisa menjelaskan kenapa, tapi aku mengambarkan sejenis aligator.

"Memang belum ada orang yang terluka, tapi orang-orang membicarakan tentang menyewa seorang petualang untuk masuk kesana dan mengurusnya."

"Aku mengasumsikan ada semacam hadiah?"

"Tentunya. Begitulah tuan."

Aku mengangguk, memutuskan bahwa menerima pekerjaan ini akan menjadi ide yang bagus.

"Baiklah kalau begitu, lewat sini."

Si penjual budak memanduku ke belakang tenda.

Segera kami meninggalkan tenda gini dan berada di pintu masuk ke semacam terowongan besar, yang mana sepertinya merupakan pintu masik ke saluran air.

"......"

Jadi dia sudah mempersiapkan untuk membawa kami kesini. Apa maksudnya itu?

"Ini adalah peta sistem saluran air ini."

Si penjual budak menyerahkan sebuah peta padaku yang mana sepertinya terdapat mantra pada peta itu. Wilayah targetnya berkilauan.

"Ini akan memberitahumu dimana monster yang kau buru berada. Begitulah tuan."

"Bagus. Ngomong-ngomong, berapa level monster itu?"

"Pemiliknya berhenti mengamatinya pada level 50. Begitulah tuan. Adapun untuk levelnya saat ini, tidak seorangpun tau."

Jadi levelnya diatas 50. Kurasa itu artinya monster itu bisa naik peringkat sebelum kami.

Tapi setidaknya, kayaknya yang punya monster nggak bisa menaikkan level mereka dengan cara yang sama dengan monster-monster yang ada di alam liar. Jadi pertumbuhannya akan terbatas pada seberapa besar dia bisa tumbuh sesuai dengan makanan yang bisa ditemukan di saluran air.... mungkin.

Saluran air itu baunya seburuk yang kau pikirkan. Aku menutup hidungku saat kami berjalan.

"Bau sekali!"

"Ya, memang bau."

"Kalian berdua tahanlah. Kita hampir sampai!"

Kami berjalan jauh kedalam saluran air itu tanpa bertemu monster yang berbahaya.

Bawahan si penjual budak memberi kami instruksi untuk melewati bagian-bagian yang rumit, dan dengan begitu kami bisa sampai tanpa banyak masalah.

Dan saat kami sampai disana, monster yang kami temukan adalah.... yup—seekor alligator.

Tubuhnya berwarna putih kekuningan, dan matanya menyala merah, itu kelihatan betul-betul mengerikan di saluran air ini.

Panjangnya sekitar 6 meter. Yang mana itu sangat besar. Maksudku itu bukanlah seekor naga, tapi monster itu kelihatan sangat kuat.

"Grrrrrrrrr....."

"Apa kita akan melawan monster itu?"

"Ya. Raphtalia, cobalah pedang barumu."

"Baik!"

Kami semua menyiapkan diri kami untuk melawan monster itu, Cream Alligator.

"Ayo lakukan!"

Alligator berlari ke arah kami sambil rahangnya terbuka lebar, mencoba memakan kami. Aku melompat, dan saat aku melihat rahangnya tertutup, aku melompat ke kepalanya agar mulutnya nggak terbuka lagi.

Aku pernah membaca sebuah buku tentang gimana caranya melawan seekor alligator. Tentu saja, buku itu tentang alligator di duniaku.

Meskipun begitu, kayaknya bekerja.

"Grr?!"

Aku terus menekankan berat badanku pada kepalanya, tapi dia mencoba sangat keras untuk membuka rahangnya hingga matanya berputar-putar.

Tapi, mungkin karena banyaknya berat yang kutekankan padanya, monster itu nggak punya banyak keberuntungan.

"Sekarang!"

"Argh!"

Raphtalia berlari ke ekornya Cream Alligator dan mengayunkan pedang barunya.

Dengan ayunan yang cepat dan akurat, pedang itu menebas ekornya, memotongnya dengan rapi. Ujung ekornya terlempar ke udara.

"....?!"

"Mbakyu, kau sungguh kuat! Aku nggak akan membiarkanmu pamer!"

Filo membebankan berat badannya untuk menyerang, lalu berbalik kearah perut Cream Alligator yang terekspos dan menendangnya dengan segala kekuatannya.

Alligator itu terlempar ke udara.

"Habisi dia!"

Alligator yang terlempar berputar-putar mendarat dengan kepalanya terlebih dahulu.

Lalu... Yah, tengkoraknya hancur, sehingga Cream Alligator itu cuma terbaring diam, tewas. Aku berdiri dekat dengan monster itu mendarat, dan sekarang aku berlumuran darahnya.

"Wow! Wow! Cakar ini betul-betul menakjubkan! Mengalahkannya bakalan agak susah tanpa cakar ini!"

"Um...."

Filo begitu senang atas kemenangannya sampai-sampai dia melompat-lompat ditempat dan bersorak.

Dan monster itu sepertinya diatas level 50, jadi kurasa senjata baru kami betul-betul bagus.

Dan dengan demikian tes untuk pedang baru milik Raphtalia dan cakar baru milik Filo selesai.

Kami bergegas kembali ke tenda penjual budak, tentu saja aku membersihkan darah dari badanku sebelum kami sampai disana.

Ngomong-ngomong, aku membiarkan perisaiku menyerap tubuh Cream Alligator itu, tapi itu cuma membuka sebuah perisai yang gak sekuat Chimera Viper Shield. Adapun untuk bonus equipnya, cuma ada satu. Itu adalah sebuah kemampuan yang meningkatkan kemampuan bertarungmu di malam hari—sepertinya dengan meningkatkan penglihatanmu dalam kegelapan.

"Yah... Aku harus mengatakan aku sangat terkesan bahwa kau bisa mengalahkan monster itu dengan waktu secepat ini. Memang sangat mengesankan. Begitulah tuan."

Si penjual budak jelas-jelas senang dengan apa yang baru saja terjadi. Makanya berkilauan saat dia memberiku hadiah uang. Uang itu lebih dari cukup untuk menutupi harga cakar itu.

Aku sudah siap pergi, berpikir kamu nggak punya sesuatu yang lain yang harus dilakukan disini, tapi kemudian aku ingat sesuatu.

Saat kami melawan para bandit di hutan, aku kepikiran tentang menjual beberapa dari mereka pada perbudakan, tapi itu akan sangat menyakitkan jadi aku nggak melakukannya.

"Di negeri ini para manusia nggak diijinkan dijadikan budak. Kalau aku mencarinya dengan keras, aku yakin kau bisa menemukan seorang pembeli. Mereka akan menginginkan spesimen yang berkualitas tinggi, dan itu akan beresiko."

Jadi kurasa cuma para demi-human yang bisa kau jadikan budak disini. Gimanapun juga mereka adalah sub spesies.

"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa."

Kami berbalik dan meninggalkan tenda. Filo kembali ke wujud manusianya dan membawa cakarnya. Belanja kami sudah selesai untuk saat ini, jadi kami kembali ke toko senjata.

"Hei bocah, kereta itu kelihatan kurang baik belakangan ini."

"Wajarlah, sudah sangat sering dipakai."

Filo sangat suka kereta sehingga kami nggak pernah berpisah dengan kereta itu cukup lama untuk melakukan perbaikan. Aku memperbaiki apa yang bisa kuperbaiki sendiri, tapi aku bukanlah seorang profesional.

"Mau kubuatkan yang baru?"

"Benarkah?"

Mata Filo berkilauan gembira.

"Ayolah Filo... Aku baru saja membelikan kau cakar itu."

"Tapi...."

Kereta itu memang sudah bunyi-bunyi lebih parah daripada biasanya, jadi aku berpikir tentang memperbaikinya. Adapun kalau membeli baru, aku nggak yakin tentang itu.

"Aku akan membuatnya semurah yang aku bisa."

Dia betul. Kalau kami mau terus bepergian, aku harus mempertimbangkan daya tahan dari keretaku. Aku nggak mau memanjakan Filo, tapi disaat yang sama, kalau kami harus terus memperbaiki kereta kayu kami, dalam pertimbangan jangka panjangnya, akan lebih baik membuat yang baru dengan kualitas yang lebih tinggi.

"Aku ingin sebuah kereta yang tahan banting yang bisa memuat banyak material. Danaku sekitar 10 gold."

"Dengan 10 gold, kau bisa membuat kereta yang betul-betul bagus. Kau nggak peduli tentang dekorasinya, kan?"

"Tentu saja enggak. Fokus saja pada detail praktisnya. Filo nggak masalah meskipun keretanya berat."

Terkadang Filo bahkan menarik kereta dengan satu tangan. Kami bisa membuatnya jauh lebih berat dan dia nggak akan mengeluh.

"Baiklah, bocah. Serahkan padaku. Kau nggak masalah kan, gadis burung?"

"Um... Ya! Aku ingin kereta yang besar—kayak rumah!"

"Itu terlalu besar, gadis cilik."

Dana kami nggak akan cukup kalau sebesar itu. Aku hendak mengatakannya saat pak tua itu memberiku tanda bahwa dia tau apa yang kupikirkan.

"Makasih."

"Gadis cilik—memang bagus punya impian dan ambisi, tapi kenapa nggak tunggu dulu sampai kau lebih besar dan lebih kuat sebelum kau membuat sebesar itu?"

"Tapi....."

"Bukankah kau akan malu kalau aku membuat sebesar itu dan kau nggak bisa menariknya?"

"Ya...."

"Bagus. Yah, aku nggak tau seberapa berat yang bisa kau tarik, jadi aku akan membuat sesuatu yang kelihatan bagus buatku. Oke?"

Ya, dan itu adalah buatan khusus. Itu akan berbeda dari kereta-kereta yang digunakan para bangsawan, jadi itu adalah sebuah proyek baru. Yang mana membuatnya penting untuk dijadikan prioritas.

"Baiklah. Aku mau sebuah kereta baru kalau begitu."

"Baguslah, bocah."

Baiklah kalau begitu—kami masih punya waktu sebelum gelombang tiba. Butuh beberapa saat sebelum senjata dan keretanya siap, jadi aku memutuskan untuk kembali melakukan pekerjaan pedagang keliling kami.

***

avataravatar
Next chapter